Notification

3.4K 544 115
                                    

"Jadi, San. Kapan sebaiknya kalian menikah?"

Menikah...

Soal itu—San belum tau. Ia tak tau apakah ia pantas atau tidak menggandeng Wooyoung sebagai istrinya. Ia tak tau bagaimana perasaan Wooyoung padanya, apakah sama atau tidak. Ia tak punya pekerjaan, San masih pengangguran setelah memilih lepas dari klub malam itu.

Bagaimana bisa dia jadi suami dan ayah yang baik bagi istri dan anak-anaknya?

"Bu, bisa jangan bahas itu sekarang? Kami yang canggung karena ibu tau?!" ucap Wooyoung menggerutu.

"Mm? Why? Bukannya kalian saling suka?"

Baik San atau Wooyoung, mereka berdua saling menatap. Dalam hati, San membenarkan—bahwa ia suka pada kucing kecil yang ia jumpai di klub ini, tapi—entahlah dengan Wooyoung.

"Apa-apaan, kalian tidak suka satu sama lain? Lalu kenapa-"

"Iya!"

Semua menoleh pada Wooyoung, termasuk San yang otomatis terkejut. "K-kami saling suka, um, benarkan, S-San?"

Wooyoung menyenggol lengan San, mengode dengan gerakan matanya. Ah, ternyata cuma pengalihan.

"Ah... Iya, tentu kami saling suka," ucap San tersenyum sampai matanya menyabit.

"Baguslah! Hehe, kukira tak akan ada yang mau dengan anakku yang satu itu. Setiap hari dia bekerja, bekerja, dan terus berkerja sepanjang waktu. Entah apa yang membuatmu tertarik, tapi ku harap kau tak menyesal karena telah suka padanya," Jimin memotong dagingnya santai.

Wooyoung cemberut, kedengarannya seperti ia tengah di jelek-jelekkan.

"Tidak, kok. Wooyoung itu orang yang baik. Lihatlah, anakmu ini sudah menyandang pangkat tertinggi di perusahaan Jung, bukankah itu stu pencapaian yang bagus?" San membela, Wooyoung terkejut.

"Ya, cuma itu yang bisa aku banggakan."

"Ibu! >:("

San terkekeh, mengelus tengkuk Wooyoung guna menenangkannya. "Anieyo, Wooyoung itu orang yang benar-benar hebat!" Wooyoung masih kaget saat San tiba-tiba menatap matanya.

"Dia pekerja keras, dan tak kenal lelah. Wooyoung sangat hebat, setelah bekerja pun—dia masih bisa merawat Jungso. Dan lagi—dia orang paling tulus yang pernah aku temui..."

Sepersekian detik, Wooyoung merasa waktu berjalan lebih lambat. Itu terjadi sampai San kembali mengalihkan pandangannya. Pipi Wooyoung sudah dipenuhi semburan merah.

Wooyoung harap, San bukan sekedar mengucapkan kalimat itu karena mereka tengah di depan orang tuanya. Wooyoung harap—San sungguh-sungguh.

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

Pertemuan keluarganya sudah selesai, San dan Wooyoung langsung masuk ke mobil, karena Wooyoung harus segera bekerja.

Subin entah pulang dengan apa, mungkin bus. Tadi saat mereka menawarkan tumpangan, Subin menolak. Katanya dia masih ingin bersama orang tuanya.

"Langsung ke kantormu, ya?"

"Hmm..."

Wooyoung kelihatan menyandarkan kepala, menatap malas keluar jendela, San sadar itu.

"Kenapa? Ada sesuatu yang terjadi?"

Wooyoung menghela napasnya, "Tidak kok. Cuma sedang tidak mood saja..."

[✔] Sanwoo: InstagramWhere stories live. Discover now