The Ego

4.7K 633 114
                                    

"Selamat datang, Kang. Lama tak bertemu," Wooyoung menyambut sahabat sekaligus rekan bisnisnya itu hangat.

"Bagaimana pertunangan mu dengan Jongho?" tanya Wooyoung sembari mengiring Yeosang duduk di kursi tamunya. Yeosang tersenyum, "Tentu saja baik."

"Nah, Kang Yeosang, ada apa datang kemari? Biasanya kau cuma mengirim pesan lewat ponsel, kenapa hari ini kau datang langsung?"

"Aku tak boleh datang, ya? Ah kalau begitu aku pergi-" Yeosang sudah ancang-ancang untuk beranjak, tapi tentu saja ia ditahan Wooyoung agar tetap tinggal. "Ck, labil kau."

Wooyoung terkekeh. Yeosang sebetulnya bukan orang yang banyak bicara. Ia juga tak pandai membuat lelucon lucu. Tapi teman sejak masa kuliahnya ini punya mulut yang pedas dan tingkah aneh yang cuma bisa dimengerti Wooyoung seorang. Tentu saja, ini hubungan 6 tahun pertemanan.

"Nah Yeosang, katakan ada apa."

Sebuah selebaran tebal yang dibalut pita merah dengan hiasan cantik Yeosang berikan pada Wooyoung. "Minggu depan aku menikah. Jangan lupa datang, ya?"

Wooyoung mengambil undangan itu, mengamatinya dan berfikir 'wah, temanku bahkan sudah mau menikah. Aku kapan?'

"Aku sudah mau menikah, kau kapan?"

Yup, terimakasih telah mengingatkan, Kang Yeosang.

"Ingin fokus ke karir dulu..." Wooyoung mencari alasan. Ia menghembuskan napas meratapi nasibnya yang miris sekali, lalu duduk di samping Yeosang, "Ceritakan, bagaimana awal kau tau kalau kau jatuh cinta padanya?"

Yeosang bergumam sebentar, "Entahlah. Rasanya tubuhku ditumbuhi bunga yang mekar setiap kali aku melihatnya. Mataku tak akan mau berpaling dari makhluk ciptaan Tuhan yang satu itu. Jantungku akan berdetak lebih cepat saat tatapanku di balas. Saat didekatnya, aku merasa aman dan nyaman. Dan-aku tak mau melepaskan tangannya saat ia memelukku."

Wooyoung terlarut dalam pikirannya. Ia pernah merasakan hal yang sama, ia rasanya pernah merasakan itu juga. Kalau di ingat-ingat, itu semua terjadi karena oknum bernama Choi San.

Tapi-kenapa harus Choi San?

"Woo?"

Wooyoung tersentak setelah Yeosang mendekatkan wajah dan meneriaki namanya. Tepat setelah itu, pintu ruangan Wooyoung diketuk.

"Tuan, um- ada yang ingin bertemu denganmu..."

Wooyoung melirik ke orang yang berdiri di belakang Yeonjun. Kali ini, aura orang itu terasa berbeda. Apa itu benar-benar Choi San?

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

Setelah Yeosang undur diri pamit saat melihat ada yang salah dengan Wooyoung dan orang yang datang setelahnya, San dengan sigap langsung mengunci pintu ruangan dan menutup tirainya cepat.

Wooyoung sedikit ngeri melihat San yang tiba-tiba kasar dan ia seperti melihat asap hitam mengikuti kemanapun San lewat. Seolah tengah ada kilat dan petir bergemuruh di mata elang orang itu.

"Choi San kau ini kenapa!?"

"Kau yang kenapa!"

"Aku tak melakukan apa-apa! Dimana Jungso?"

San memutar bola matanya malas, "Ada bersama Kak Seonghwa. Jangan alihkan pembicaraan!"

"Ya memangnya ada apa!?"

"Siapa orang tadi?" nadanya penuh penekanan dan menusuk.

"Orang tadi, siapa? Itu cuma Kang Yeosang!"

"Siapa dia? Dia tak punya hak sedekat itu denganmu."

"Dia temanku, San. Kami sudah berteman lama! Wajar, kan kami dekat?"

"Ya, sangat dekat sampai wajahnya ada didepan wajahmu dengan jarak tak lebih dari 5 cm. Benar-benar cuma temanmu."

Wooyoung menganga tak percaya, "Kau barusan mengatakan itu seolah kami tengah- Wah... Dia bahkan mau menikah minggu depan, San!"

"Aku tak peduli! Kau pikir lelaki buncit yang ada di bar belum punya istri??"

"Kau menyamakan aku dengan orang-orang itu!?"

"Tidak... Tidak kok," ejek Choi San dengan wajah menyebalkannya.

Wooyoung mengacak rambutnya frustasi. Ia terduduk di kursi kerjanya dengan emosi yang masih berapi-api.

"Oke, katakan lah apa yang kau bilang barusan benar. Lalu apa bedanya denganmu? Tiap malam kau bahkan menjilati penis orang dengan tak tau malu," ucapnya sarkas.

"Kau pikir aku baik-baik saja dengan itu? Kau pikir Jungso tak mencari ayahnya saat tiba-tiba ia terbangun di tengah malam? Setiap malam kau pergi ke tempat laknat itu-bercinta, bercumbu, bermain sesuka hatimu tanpa ingat aku dan Jungso. Kau boleh melakukan itu semua, kenapa aku tidak boleh?"

Baik San atau Wooyoung, hati keduanya seolah retak. San terdiam di tempat yang sama-tertunduk menatap lantai, sedangkan Wooyoung memutar kursinya tak ingin San melihat ia menangis.

"Yang seharusnya tak punya hak untuk dekat denganku itu adalah kau!" Wooyoung mengusap air matanya kasar.

"Kau cuma orang yang dibayar untuk menemaniku di bar. Dan sepertinya tak cukup malam itu saja, kau datang di hidupku tanpa diundang, lalu kau minta jadi ayah dari anakku. Bukankah itu aneh? Kau cuma orang asing, Choi San! Seharusnya aku tak punya hubungan apa-apa denganmu!"

Sakit. San benar-benar sakit hati. Jadi selama ini, dirinya bukanlah apa-apa?

"Kupikir-kita adalah keluarga..."

Kalimat itu berhasil membuat Wooyoung berpaling menatap San kembali. Ia terlihat sedih. Tak ada asap hitam ataupun kilatan petir lagi. Hanya seorang Choi San yang tertunduk layu.

'Hah, bagus Wooyoung. Kau mengacaukan semuanya.'

Wooyoung melihatnya saat bulir bening tiba-tiba jatuh dari mata San. Ia pikir seharusnya ia tak berkata begitu.

Dengan dingin, San menatap kembali Wooyoung, menghapus air matanya dan berkata, "Akan ku minta Kak Seonghwa mengantar Jungso ke apartemen mu nanti. Permisi," Lalu dia pergi.

Wooyoung menyandarkan tubuhnya, menatap langit-langit menahan air matanya tak kembali jatuh. Matanya sudah bengkak, hidungnya merah.

Tok tok

"Wooyoung, kau baik-baik saja? Aku tadi melihat orang itu-"

"Jangan bicara padaku," potongnya. Wooyoung kesal kenapa ia tak bisa berhenti menangis. Kenapa ia menangis? Bukannya ia tak ada hak sama sekali untuk cemburu?

Tok tok

"Kumohon biarkan aku sendiri-!"

Kali ini kalimatnya yang terpotong. Semua karena orang yang tengah berdiri di ambang pintunya.

"Kak?"
Jung Subin.

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

yak, next guys. Double up :)

[✔] Sanwoo: InstagramHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin