No name

4.2K 611 71
                                    

Subin benar-benar kaget melihat seseorang mengantar bayi yang katanya milik Sang kakak malam-malam begini. Ia berteriak pada kakaknya, Subin masih tak percaya.

Akhirnya baik Subin maupun Wooyoung duduk bersama di meja makan, mencoba meluruskan kesalahpahaman yang terjadi sekarang. Ah, Jungso sedang tidur by the way.

"Jadi-itu bukan bayi hasil-ya,, kakak tau-semacam,, ck..ya." Subin mencoba menyusun kata-kata yang tepat, namun otaknya tak memunculkan kata selain 'pemerkosaan' dan 'meninggalkan'.

"Subin,, sudah kubilang ini tak ada hubungannya dengan pemilik Lipstik itu. Aku menemukan Jungso dan memutuskan membawanya, itu saja!"

"Lalu kenapa aku melihat kakak menangis tadi??" Subin bertanya dan menatap mengintimidasi. "Kenapa bayi ini ada pada orang lain?"

"Lupakan soal aku menangis. Jungso tadi aku titipkan karena tengah bekerja. Buang pikiran buruk mu itu. Sekarang biarkan aku yang bertanya, kenapa kau tiba-tiba menginap disini?"

San tidak pulang. Lebih tepatnya orang itu pasti akan pulang ke apartemen miliknya jika tidak di bar. Biarkan saja, memang Wooyoung peduli?

"Kak, aku sebentar lagi tamat. Aku belum tau akan lanjut bagaimana kak. Ada saran?"

"Umm, entahlah. Bagaimana dengan kerja di perusahaan saja? Mungkin nanti akan aku carikan tempat di perusahaan Jung. Kalau tidak ada-perusahaan Kang Yeosang juga sepertinya sedang buka lowongan. Apa kau bisa melakukannya?"

"Kakak meremehkan aku!?"

"Hah, tidak."

Subin sesekali melirik kakaknya sambil makan cemilan. Ia sebenarnya tak terlalu kaget dengan kakaknya yang tiba-tiba membawa makhluk hidup untuk di rawat. Dari dulu, saat masih tinggal bersama, Wooyoung sudah begitu. Sering kali Wooyoung membawa kucing liar untuk dirawat dirumah mereka. Atau sesekali membawa kerumah burung yang kakinya patah dan butuh perawatan, atau hewan apapun yang butuh pertolongan. Tapi kali ini yang membuat Subin kaget, kakaknya membawa b.a.y.i... seorang bayi. Kenapa hobinya semakin berkembang saja?

"Kenapa menatapku?"

"Matamu bengkak," tunjuk Subin dengan sendoknya. "Diamlah..."

Wooyoung langsung memalingkan wajahnya. Ia mendiamkan Subin untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba menggebrak meja dan berkata, "Kau bisa jaga rahasia kan, Subin?"

Subin mengangguk-ngangguk.

"Begini," Wooyoung terlihat gugup, ia memainkan jari-jarinya untuk pengalihan, "sebenarnya,, Jungso-punya ayah."

"-UHHUK UHUK! APA!?"
in front of my salad? -subin

"Jungso punya ayah..." ucap Wooyoung lagi dengan nada yang lebih pelan.

Pikiran Subin yang padahal sempat jernih tadi kembali berkecamuk. Ia mulai berfikir yang aneh-aneh. Jadi kakaknya benar-benar diperkosa? Apa kakaknya ditinggal ayah Jungso? WAH LELAKI MANA YANG BISA-BISANYA BERBUAT SEPERTI ITU PADA KAKAKNYA!?

"Jadi maksudmu-"

"Ayah angkat, Subin... Bukan kandung. Sudah ku bilang jangan berfikir yang aneh-aneh."

"Lalu mana ayah Jungso?" Subin mengedarkan pandangan. Mulai berfikir kalau ia tengah di prank atau bermain petak umpet dan semacamnya.

"Kami berkelahi."

In front of my salad? -subin #2

"Kenapa?"

Wooyoung mulai menceritakan semua. Tak terkecuali bagaimana ia dan 'ayah Jungso' pertama kali berjumpa sampai bagaimana perkelahian mereka barusan.

Wooyoung bilang ia tak mengerti kenapa San marah sampai sebegitunya. Ia juga tak sangka akan sangat marah dengan San. Padahal cuma masalah sepele.

"Kupikir itu karena kalian sama-sama cemburu," ujar Subin.

"Cih, cemburu? Kami bahkan tak saling mencintai!"

"Buktinya kau memakai gelang leher pemberian ayah Jungso..."

Wooyoung menyentuh leher dimana neck-choker itu terpasang. Entah kenapa ia memakainya, padahal tidak ada yang minta. Wooyoung pikir-mungkin karena ia tengah merindukan San.

Aih bicara apa dia ini.

"Akui saja lah kak. Ini wajar di dunia pernikahan. Setiap pasangan pasti-"

"Kami tak menikah."

Mata Subin berkedip lucu, "Eh benar juga. Apa perlu aku minta Daddy menikahkan kalian?"

"Kau lakukan maka kau mati. Aku memintamu menjaga rahasia, kan?"

Subin meneguk ludahnya kasar. "Tapi kurasa Mommy dan Daddy akan paham masalah ini. Kurasa mereka tak akan marah, apalagi Mommy sangat suka bayi, kan?"

"Lalu menurutmu mereka tak akan marah karena aku tiba-tiba pergi ke tempat laknat?"

"Kau lelaki dewasa, kak. Kurasa itu normal," jawabnya sambil memangut-mangut.

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

Tak seperti dugaan Wooyoung, setelah kejadian itu, San langsung berkelana entah kemana. Disaat itu juga, San membeli mobil seperti tengah membeli permen di kedai kecil.

Setelah beberapa jam berkendara, San turun dari mobilnya. Ia pergi ke pantai seorang diri. Untuk sekedar merenung, atau berdiam menatap garis temu laut dan langit biru.

San tak peduli kemeja dan celana panjang putihnya kotor terkena pasir. Bahkan surai abu-abu miliknya ia biarkan menyentuh tanah begitu saja saat berbaring.

San mulai merutuki diri; aku benar-benar orang yang buruk, aku ayah yang buruk, aku patner yang buruk, dan Choi San yang buruk ini tidak pantas mendapatkan orang seperti Jung Wooyoung.

Kalimat-kalimat yang Wooyoung lontarkan benar-benar menusuk langsung kedalam otaknnya. Hingga saat bulan mulai bertukar peran dengan matahari pun, San masih berbaring disana.

Sungguh ia khawatir. Apa Jungso bisa menggapai Shiber saat terlempar? Apa anak itu dan Wooyoung sudah makan? Apa Wooyoung baik-baik saja tanpanya? Bagaimana kalau pembully yang diceritakan Wooyoung waktu itu berulah lagi?

San sebenarnya ingin berhenti dari pekerjaan ini. Tapi-ia seperti sudah terperangkap. Ia mencintai pekerjaannya. Ia mencintai patner kerjanya, ia mencintai bagaimana khasnya bau saat kakinya berpijak di bar, apalagi nominal banyaknya uang yang akan ia terima.

Ting!

Kak Seonghwa
San, aku mengerti keadaanmu
jadi beristirahat lah malam ini.
Tak usah pikirkan pekerjaan, fokus
saja pada dirimu sekarang. Ku harap
kau semakin membaik, ya~
[Read 11:24 PM]

You
Ya.
[Read 11:25 PM]

San baru menyadari Yunho dan Mingi banyak mengiriminya pesan sejak tadi pagi, tapi satupun tak ia balas.

Nama Jung Wooyoung ia beri pin hingga tetap berada di paling atas. Wooyoung online beberapa menit lalu, San mulai mengira-ngira apa yang barusan dilakukan oleh si Jung itu.

Ia berpindah ke instagram, menggulirkan halaman sampai maniknya menangkap pengguna 26woo_ng menyukai kirimannya kira-kira kemarin malam.

Ini sudah kesekian kalinya San membuka profil orang itu. Namun tak satupun informasi bahkan sekedar nama pun yang tertera di akunnya. Tidak ada postingan, tidak di tandai dimana-mana, juga cuma menuliskan 261O di bio. Selebihnya kosong.

Pengguna ini menarik perhatian San sejak beberapa waktu lalu ia menyukai postingan San. Tak ada kata-kata laknat atau vulgar, 26woo_ng hanya memberi pujian dan semangat padanya. Ia ingin berterimakasih, tapi akunnya di privat dan San ragu untuk memulai percakapan. Alhasil sampai sekarang, cuma ini yang bisa San dapat.

So, haruskah San memulainya sekarang?

。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆

[✔] Sanwoo: InstagramWhere stories live. Discover now