Chapter 34 ~ The Rival.

145 8 0
                                    

Happy Reading!❤️
(Instagram : Masyithohyosi)
-------

Hmm... It's gonna be fun!”
_______

Jav masih terpaku di tempatnya berdiri. Dia enggan menempati salah satu kursi lain yang masih tersisa. Sementara itu, ruangan perlahan kian ramai. Otomatis kursi yang tersedia juga akan cepat terisi. Jika diperhatikan, kebersamaan Ayesha bersama si laki-laki semakin dekat. Ini aneh, kenapa Jav kesal melihatnya seperti itu? Padahal gadis yang di sana adalah si biang kerok yang kerap membuat dirinya pusing 7 keliling dengan kelakuannya.

Jav dibuat larut cukup lama pada kegiatan memandangi Ayesha. Sekitar 10 menit.

“Kuganggu saja mereka,” gumam Jav, dia menyeringai jahil.

Merasa ingin menyudahi pemandangan yang dihadapinya, Jav menengok kanan-kiri mencari kursi yang menarik untuknya. Selepas melihat-lihat, Jav menatap kembali ke depan. Ternyata kursi tepat di sebelah laki-laki yang bersama Ayesha masih saja kosong. Sepertinya mahasiswa lain belum tertarik mengisinya.

Tanpa banyak mengulur waktu lagi, Jav mulai mengambil langkah untuk menghampiri dan langsung mengklaim kursi kosong tersebut.

"What?! Jadi kau takut darah, sementara kau sendiri adalah mahasiswa medical major," tutur Stephanie sembari terbahak kuat. Dia menertawakan Ethan, setelah laki-laki itu bercerita bahwa dia tidak sanggup melihat darah. Mau darah manusia, atau hewan. Apapun itu.

“Kenapa tidak kau ambil jurusan seni saja? Kalau begini, sama saja seperti menggali kuburanmu sendiri, kau tahu,” Stephanie menimpali sambil terus tertawa. Astaga, tawa si Stephanie begitu rusuh. Dia sampai memukul-mukul meja yang tidak bersalah.

“Ya, kau benar. Aku bahkan pernah ditegur oleh asisten dosen saat sedang praktik,” ungkap Ethan.

Tepat setelah Ethan berkata, mata Stephanie sontak membulat sempurna, “Oh ya? Kau kenapa?” tanyanya semakin ingin tahu.

“Kenapa lagi? Yang jelas tidak jauh karena masalah phobiaku pada darah. Waktu itu, aku praktik membedah bagian perut. Baru saja mereka menyayat kulit patung manekin untuk memperlihatkan cara membedahnya, aku langsung mual begitu melihat isi organ di dalamnya. Sambil menutup mulut, aku berhambur keluar ruangan secepat kilat,"

“Pffftt... padahal yang digunakan hanya tiruan, begitu saja kau takut!” ejek Stephanie.

“Aku tahu. Aku bukannya takut, aku hanya geli. Catat itu, Ms. Hills!”

Ayesha yang nyaman berperan sebagai pendengar, kontan terkekeh mendengarnya. Kemudian Ayesha menyahut, “Kau harus banyak berlatih,”

"Pergilah ke pasar tradisional, dan cari tukang daging. Lalu perhatikan bagaimana tukang daging di sana berhadapan dengan darah-darah hewan dagangannya setiap hari. Jika perlu, kau tanyakan tips pada mereka agar tahan melihat darah," timpal Ayesha.

“Sekarang kau menyuruhku menjual daging?”

Ayesha mengangkat bahunya, “Tidak juga. Maksudku, jika kau ingin cepat terbebas dari phobiamu, maka kau harus hadapi dulu ketakutan itu.”

“Hmm... Kau tahu? Aku akui kau cukup bijak, walau saranmu absurd.”

Stephanie dan Ethan saling melempar tatapan mengejek. Tak lama, mereka berdua terbahak. Mengetahui dua orang itu tertawa, Ayesha jadi ikut terbawa arus. Ia pun tertawa geli mengikuti temannya.

Lepas beberapa saat, suara tawa mereka menipis. Karena Sephanie rusuh ketika tertawa, dia spontan menoleh. Saat menoleh, tiba-tiba dia mendapati sosok Jav telah berdiri di dekat Ethan. Raut muka Jav begitu datar saat Stephanie menemukannya. Alhasil, ia langsung benar-benar menghentikan tawanya.

If I Know HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang