[Tamat]
11 anak remaja dipaksa oleh orang tuanya untuk tinggal di sebuah desa demi kebaikan mereka masing-masing.
"kamu harus belajar dewasa"
"momyyyy kangen"
"janji ya mah pulang dari sini langsung beliin aku tiket konser bities"
Warning: mengandun...
Jiya hanya melirik mawar yg sedang memejamkan matanya. Dia sebenarnya ingin membukakan pintu karna jefran yg sangat brisik namun dia juga tidak mau mawar menjadi marah padanya.
"war war mawarrrrrr"
"BRISIK ANJING!" bentak mawar dengan penuh emosi dan suara tersebut tidak terdengar lagi. Jiya sempat terkejut karna bentakan mawar
"istipar lo" saut jiya,dan dia pun langsung beranjak keluar kamar. Jujur saja dia tidak tahu apa-apa soal mawar dan jefran tapi dari kemarin pria tersebut selalu minta maaf.
"anjir!" lagi-lagi jiya terkejut karna jefran yg ternyata masih diam tepat di depan pintu kamar mereka
"mawar lg ngapain?" tanyanya dengan nada berbisik
"ikut gw" jiya menutup pintu kamar dan menyeret jefran ke depan teras.
"apa dah?" pria tersebut langsung duduk di samping jiya dengan ekspresi wajah yg penuh tanya.
"jujur aja gw gamau ikut campur soal urusan lu bedua lagian itu bukan tipe gw,tapi kalo didiemin yg ada malah bikin gw tambah gondok" jefran terdiam
"pertama-tama gw mau nanya,kenapa lu terus-terusan minta maap ke mawar?"
"ya karna gw salah"
"salahnya?"
kemudian,jefran menjelaskan masalah kemarin sore saat hujan. Memang sepanjang perjalanan pulang gadis tersebut memasang muka bete nya karna gara-gara jefran dia jadi merasa tidak enak dengan ujang. Dan mungkin saja ujang akan marah karna dia tinggal pulang duluan.
"kek bocah" dumel jiya dan dapat didengar jefran.
"eng—engga engga,maksud gw mawar yg kayak bocah. Segitu bucinnya sama si ujang"