Part 4 - Kejadian

2.3K 170 18
                                    

Dara dan Gita pergi ke kantin seperti biasa mereka memesan makanan dan minuman lalu mencari tempat meja makan yang kosong. Setelah menemukannya mereka pun mulai duduk dan memakan makanannya.

"Parah perut gue dari tadi bunyi terus
Dar " celetuk Gita disela makanya

Dara hanya tertawa kecil dan geleng-geleng kepala "Kan kebiasaan perut kamu ga bisa jauh-jauh dari makanan" kekeh Dara pelan

"Yee bisa aja..eh.." ucap Gita lalu menatap fokus luka memar pada lengan Dara

"Lengan lo kenapa Dar? ko memar gitu" tanya Gita menatap luka memarnya

Dara yang lupa memakai jaket untuk menyembunyikan lukanya pun sedikit terkejut. Ia bahkan takut jika Gita akan terus bertanya dan membuat dirinya sampe menceritakan kejadian dua hari yang lalu .

"Eh gapapa kok Gita" ucap Dara lalu memegang lukanya

"Ini cuma luka kecil aja" kata Dara menyakinkan Gita yang terus menautkan kedua alisnya seakan bisa membaca kebohongan Dara

"Beneran?"

Dara mengangguk pelan

"Oh oke deh" Gita pun melanjutkan makan mie ayamnya dengan lahap

Dara merasa bersalah pada Gita didepannya moodnya seketika berubah.

Maafin aku gita aku gabisa cerita yang sebenarnya ~ batin Dara

"Eh Git"

"Hmm" Gita mendongak sambil melahap mie yang ada didalam mulutnya

"Aku pergi ke toilet dulu ya" ijin Dara lalu bangkit dari tempat duduknya

Gita hanya mengangguk paham sambil mengacungkan jempolnya

Dara berlari kecil menuju ke toilet tapi seketika tubuhnya mematung dan tiba-tiba detak jantungnya berdetak dengan cepat bahkan kini rasanya ia sulit bernapas

"Feno.." ucap Dara lirih

Sungguh jantungnya terasa amat berdegup keras tetapi sebisa mungkin ia berusaha untuk menetralkan nya.

Melihat matanya yang hitam pekat, hidung mancung serta badan yang tegap nan tinggi. Cowok kecil itu telah berubah. Semakin hari ia semakin tampan tapi tidak dengan sikapnya yang selalu dingin.

Cowok didepan itu juga nampak terlihat terkejut ketika keluar dari area toilet siswa. Ia menatap mata Dara secara intens membuat sang empu bisa merasakan tatapan cowok didepannya. Ya tersirat makna rindu yang amat dalam dari mata mereka berdua.

Ingin sekali Dara memegang tangan Feno, memeluknya dengan erat dan menangis sembari menceritakan keluh kesahnya saat ia ditinggalkan sosok pangeran kecilnya.

Ingin sekali ia menyentuh setiap inci wajah tampan cowok didepannya itu.
Tapi mengapa, mengapa tubuhnya seketika kaku berubah menjadi es batu seperti di kutub utara. Mengapa kini tangannya sulit untuk ia gerakan. Dara hanya bisa menatapnya Feno dengan diam ditempat tanpa bisa menyentuhnya.

"Kenapa lo?" Tanya Feno kepada Dara membuatnya tersentak dari lamunannya

"Nggak,aku nggak papa kok" ucap Dara menggeleng cepat. Tangan gadis itu meremas rok seragamnya dengan kuat, ia merasa salah tingkah saat didepan cowok itu

"Hah pasti lo lagi bayangin buat bisa meluk gue kan?!" Ucap Feno angkuh

"Eng..." Belum sempat Dara selesai menjawab Feno langsung memotong

"Jangan berharap! lo sama gue beda kasta, Dara." Kata Feno dengan kasarnya

Bagai ditusuk jarum tumpul berkali-kali,
sungguh ingin rasanya Dara langsung menghilang dari hadapan nya. Ingin rasanya ia tidak mendengar ucapan hina darinya. Ingin rasanya ia berteriak bahwa hatinya sangat kesakitan karena ucapannya.

Dara Story [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora