02

54.1K 780 38
                                    

"Hoekkk..hoekk.."

Aretha dari pagi selalu mual, tak tahu mengapa. Ia tdk memberitahu suaminya itu, takut ia dibentak lagi. Ia bukan anak kecil lagi, ia tahu ini gejala kehamilan. Segera ia pergi ke apotek untuk membeli testpack dan mencobanya.

2 garis, itu yg ia lihat. Ia senang sekaligus takut. Senang karena ia mempunyai anak, di satu sisi ia takut avaro tdk menginginkan anak itu. Ia berencana memberitahunya di waktu yg tepat.

-------
Ketika avaro pulang, ia tak memberitahunya. Ia mengambil jas snelli avaro juga kotak makannya. Ia menaruhnya ditempat cucian dan juga membuatkan teh untuk suaminya itu. Avaro duduk di sofa sambil menonton tv.

"Mas, ini tehnya, aku taruh disini ya" kata aretha sambil menaruh teh di meja depan sofa itu.

Avaro meminumnya dan BYURR.. Teh itu muncrat dari mulut avaro, lalu ia menaruh teh itu sambil ke arah aretha. Ia menjambak rambut aretha dan menjatuhkannya ke lantai.

"Kalau buatkan teh yg benar! Sudah berapa kali saya bilang jgn panas2!"

"Ma-mas sakitt.."

Brakk.. Avaro menjatuhkan aretha. Aretha terbentur oleh dinding. Fisik dan mentalnya sakit sekarang.

"Aucchh.. Ahh.. Ma-mas, tolong aku..ahh" kata aretha sambil memegang perutnya. Darah keluar dari balik dasternya menuju lantai putih itu.

Avaro terkejut, melihat aretha yg mengeluarkan darah, ia mengendongnya menuju kamarnya yg besar itu. Avaro menaruhnya dgn lembut. Avaro mencium kening aretha meminta penjelasan.

"Kamu kenapa? Apa yg terjadi?
"Se-sebenarnya aku, ha-hamil mas"
"Apa?! Kenapa kamu baru kasih tahu saya!"
"A-aku takut mas gamau anak ini"
"Tidak aretha, aku sangat senang, sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah, dan kamu akan jadi ibu anak2 kita nanti"

Avaro tersenyum bahagia, begitu juga aretha. Avaro mencium perut aretha yg masih datar itu. Ia kira avaro sdh tidak membeci ia lagi, tapi ternyata ia salah. Selama hamil, avaro masih dingin kepada aretha, membentaknya dan selalu menyuruhnya.

Skip Aretha sdh mengandung 9 bulan

Aretha sekarang sdh mengandung 9 bulan. Ia tak pernah pergi ke dokter, karena ia tahu, suaminya pasti yg akan melakukannya.

"Aretha! Kemana jas snelli saya?! Kan saya sdh bilang jangan dibawa ke tempat cucian!"

Aretha terkejut mendengar suaminya berteriak, padahal ia sedang mengepel lantai bawah. Ia segera mengambil jas snelli yg tadi sdh ia setrika.

"Mas, ini jas snelli nya"
"Bawa kemari!"
"Ta-tapi mas.."
"Tak ada tapi2 an, cepat kemari"

Aretha pasrah, ia membawa jas snelli itu ke lantai atas. Tangan kirinya memegang pinggangnya dan tangan satu lagi untuk membawa jas snellinya. Sakit sekali rasanya! Perutnya keram dan pinggangnya seperti ditonjok dengan batu bata.

"I-ini mas" ia segera memakaikannya di badan avaro. Lalu ia kembali ke lantai bawah, menyiapkan bekal suaminya.

-------
Ia mengisi tempat bekal tupperware itu dengan masakannya. Nasi, kangkung cah, ayam bakar, dan juga buah apel kesukaan suaminya.

"Ini mas bekalnya, jangan lupa dimakan. Oh ya, ini air putih nya harus habis ya" ia memberikan bekal dan juga air putih 2 liter itu pada suaminya.

"Iya ah bawel! Sana kamu kembali kerja! Awas aja ya kalau rumah dan kolam itu belum kau bersihkan!" ia membentak aretha dan langsung pergi ke mobilnya dan berangkat.

Aretha menangis. Bagaimana tidak, suaminya membentaknya terus menerus. Sakit sekali hatinya. Tiba2 anaknya menendang perutnya.

"Kamu kenapa nak? Sakit? Maafin bunda ya, bunda blm bisa istirahat. Nanti kalau bunda sdh membersihkan rumah dan kolam berenang, baru bunda bisa istirahat. Yang sabar ya nak" ia mengelus lembut perut buncitnya dan melanjutkan mengepel.

Ketika ia sudah membersihkan rumah, ia pergi ke halaman belakang tempat kolam berenang itu berada. Kolam berenang itu besar sekali, mirip kolam berenang hotel bintang 5. Ia harus membersihkan kolam berenang itu sendirian, apalagi ia sedang hamil tua. Ia segera membersihkan kolam berenang. Daun2 dari pohon berguguran ke kolam berenang itu. Akhirnya aretha selesai membersihkan rumah dan kolam itu.

Kemudian ia pergi ke dalam dengan baju yg masih basah, lalu duduk di sofa sambil mengelus perutnya yg daritadi keram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kemudian ia pergi ke dalam dengan baju yg masih basah, lalu duduk di sofa sambil mengelus perutnya yg daritadi keram. Tiba2 suara mobil datang dari luar. Avaro mengetuk pintu utk dibukakan, tapi aretha tdk beranjak dari sofanya.

Perutnya keram sekali. Pinggangnya sakit. Ia lelah sekali. Tapi avaro tetap menggedor-gedor pintu dengan keras, kemudian aretha berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Kamu kemana aja sih?! Kalau tak mau dibukain, nggak usah di kunci! Apa kamu tau saya sdh menunggu 5 mnt disini hah!"
"Ma-maaf mas, perut aku keram. Tadi aku kesusahan jalan"
"Halah, jangan bohong kamu! Minggir saya mau mandi! Awas kamu ya kalau nggak mandiin saya!

Avaro menepis bahu aretha yg masih kesakitan. Dada aretha sesak, aretha ingin menangis.

"Teganya kamu mas sama aku, aku salah apa? Sampai2 kamu nggak mau sama aku dan anak ini?" batin aretha sambil menahan air mata.

Bersambung..
Vote ya!

Avaro & ArethaWhere stories live. Discover now