13

28.6K 515 23
                                    

Paginya, aretha tetap bangun untuk memasak sarapan dan bekal utk avaro.

Skip pas avaro sdh bersiap

"Mas, sarapannya dimakan mas"

Avaro tak menjawab. Ia mengambil roti yg dia oles sendiri dan memakannya sebagai sarapan. Aretha tahu avaro tak mau memakan makanannya, tetapi ia ingin memperbaiki hubungan ini.

"Mas, aku udh kasih bekalnya di kursi samping ya"

Lagi2 avaro hanya melewati aretha menuju mobilnya dan pergi. Aretha menahan tangisnya. Ia harus kuat untuk anak - anaknya.

Aretha pun duduk di kursi makan dan makan seorang diri. Air matanya perlahan menetes.

"Maafin bunda ya sayang, karena bunda papa jadi kayak gini. Bunda janji nggak akan tinggalin dedek sama abang. Bunda janji kalian akan hidup enak, walaupun papa nanti nggak ada ya sayang"

-------
Malamnya, avaro pulang. Aretha menunggu kedatangan suaminya dari tadi. Kriett.. Pintu terbuka. Aretha bergegas ke arah avaro, tapi avaro melewatinya sampai ke arah ruang tamu.

Aretha pergi ke mobil avaro dan mengambil bekal itu. Berat, itu yg ia rasakan. Ia menaruh tupperware itu sambil duduk. Ketika ia buka, makanan yg ia siapkan tadi pagi masih utuh sekali.

Dada aretha sesak. Matanya memerah, dan berkaca - kaca. Teganya avaro tidak memakan makanan yg sdh dibuat oleh aretha.

Ia mengambil sendok makan dan menyuap makanan itu di mulutnya. Makanan itu sdh dingin. Ditambah lagi dengan cumi goreng yg sdh dingin, keras sekali. Tapi ia tetap memakan makanan itu.

Aretha menangis sesenggukan sambil memakan makanan itu. Tiba2 seluruh badannya bergetar, kepalanya pusing, tetapi ia tetap melanjutkan makan nya.

Selesai memakan makanan itu, perutnya nyeri. Darah keluar dari selangkangannya. Ingin sekali aretha menahan darah itu, namun tak bisa. Ia sambil berjalan menaruh tupperware itu di tempat cucian dan menaiki tangga.

Ia menahan perut bawahnya sambil menopang tubuhnya agar tetap tegak. Darah itu tetap mengalir. Ketika ia masuk ke dalam kamar, ia membuka celana dalamnya.

Darah penuh di dalam celana itu. Ia mengganti celana dalam itu dan duduk di kasurnya.

Perutnya sakit, sepertinya ia mengalami kontraksi palsu. Aretha tak tahan dengan rasa sakit itu, ia pun segera ke depan kasur.

Aretha mengangkang, perutnya kembali sakit. Tenaganya habis. Ingin sekali ia dipijit oleh avaro, namun ia menghilangkan pikiran itu. Aretha tahu di situasi sekarang, mana bisa ia sembarangan meminta.

Aretha berdiri setelah mulai baikan lalu tidur di kasurnya.

-------
Sudah 1 minggu avaro mendiami aretha, namun avaro tetap dingin pada aretha. Setiap hari aretha selalu membuatkan avaro makanan, namun tetap avaro tak makan. Alhasil ia akan memakan bekal yg sdh dingin itu dengan darah yg selalu mengalir dari selangkangannya.

Pagi - pagi aretha bangun. Ia berjalan ke arah dapur sambil memegang perutnya yg semakin menurun. Memang hari ini adalah hari sabtu, sehingga avaro tak pergi ke rumah sakit. Tapi tiba2 pandangan aretha kabur, badannya lemas. Brukk.. Aretha pingsan disana.

Avaro yg mendengar suara keras, melihat keluar. Ia terkejut karena aretha tergeletak pingsan disana, dan ia langsung menghampiri aretha.

"Aretha, aretha bangun! Saya nggak akan maafkan kamu kalau kamu seperti ini! Aretha bangun!"

Avaro tak sengaja memegang selangkangan aretha. Avaro menoleh, terkejut melihat selangkangan aretha yang dipenuhi darah.

Tanpa berpikir panjang, ia menggendong aretha ke kamar mereka. Ia menempatkan aretha ke kasur, dan menyuntikkan suntikkan untuk menghentikan pendarahan.

Darah sudah tak keluar dari vagina aretha, tapi aretha tak kunjung bangun. Ia menunggu aretha sambil tidur di sampingnya, mengelus perutnya.

"Ughhh..."

Avaro segera bangun mendengar ringisan aretha. Ia tidur menyamping di samping aretha sambil mencium kening istrinya itu.

Sungguh ia sangat merindukan bayinya yg ada di kandungan aretha. Ia ingin sekali mengelus perut aretha yg sdh menjadi kebiasaannya. Selama 1 minggu di rumah sakit, ia mengambil foto USG aretha sambil berulang kali mengatakan maaf.

"Mas.. Hikss.. Bayi kita... Kenapa mas?.. Hikks.."
"Tenang aretha, bayi kita tak apa2. Kamu istirahat aja, saya ada di samping kamu"
"M-mas udh ngga marah lagi sama aku?"
"Hmm.. Sekarang kamu istirahat ya"

Avaro memeluk aretha sambil mengelus rambutnya. Perlahan mata aretha tertutup dan ia tertidur.

Avaro yang melihat aretha sudah tertidur mengarahkan kepalanya berhadapan ke perut aretha. Ia membuka setengah dress aretha yang menampilkan perut buncit aretha. Ia mencium perut aretha lalu menempelkan telinganya.

Dukk.. Dukk.. Terdengar suara tendangan bayinya dalam perut aretha. Avaro tersenyum senang. Sudah lama ia tidak mendengar suara ini.

"Dek, cepet keluar ya. Dedek mau kan main sama papa? Nanti kalau dedek udh keluar, dedek bisa main juga sama bang ben"

Avaro kembali memeluk aretha dan tidur bersamanya.

Bersambung..
Halo semua, makasih banyak ya kalian mau baca, vote, sama komen cerita ini. Kalian semua bikin aku semangat terus! Aku janji aku bakal bikin cerita ini lebih menarik lagi! Jangan lupa kasih saran untuk cerita selanjutnya kayak gimana di kolom komentar ya!

Avaro & ArethaWhere stories live. Discover now