07

36K 555 11
                                    

Jam sdh menunjukkan pukul 16.30 WIB. Aretha yg merasa sdh baikan memutuskan keluar kamar dan menuruni tangga. Ia melihat avaro dan ben yg sedang tertidur di sofa dengan tv yg masih menyala.

Ia mematikan tv, lalu menggendong ben tidur di kasur kamarnya. Ia juga membawa selimut dan bantal dari lemari dan turun kebawah. Kemudian ia mendorong sandaran sofa yg bisa dibuat menjadi tempat tidur. Ia membenarkan posisi avaro menjadi terlentang. Kemudian ia memberikan bantal itu ke kepala avaro dan memasang selimut ke badannya.

Setelah itu ia mengepel rumah. Jam menunjukkan pukul 17.00 WIB. Ia selesai mengepel, dan pergi ke atas membangunkan ben.

"Ben, bangun yuk anak bunda. Mandi dulu, habis itu tidur lagi. Ben.."
"Huaammm.. Endong nda"

Aretha menggendong ben, ben mengumpulkan nyawanya di pelukan aretha. Kemudian mereka menuju kamar mandi.

Di kamar mandi, ben tdk bisa diam. Ben setiap mandi berlari kesana kemari. Aretha sabar menghadapi ben, maklum ia berada di tahap lincah. Kini aretha selesai memandikannya. Aretha memakaikan minyak telon, minyak kutus2, dan bodycare yg lain. Aretha lalu memakaikan ben pakaiannya dan menggendong ben ke lantai bawah sesuai permintaannya.

Di bawah avaro sedang memainkan hp nya, ia sdh bangun. Melihat avaro, ben meminta diturunkan aretha dan berlari ke pelukan papanya.

"Papa.."
"Eh, anak papa udh mandi. Hmm.. Wanginya anak papa. Papa mandi dulu ya nak, ntar kita main lagi. Ben nonton disney aja lagi"

Avaro menyetel film lagi. Ben hanya menatap film nya itu. Avaro melihat aretha duduk di meja makan sambil mengatur nafas. Ia segera pergi ke aretha tanpa membuat ben tau.
Aretha meringis, perutnya nyeri kembali.

"Huff.. Huff.. Huff.."
"Kamu kenapa aretha?"
"Ah, enggak mas aku nggak apa2, cuman nyeri dikit aja habis mandiin ben. Ini biasa kok mas, mas tenang aja, dedeknya nggak sakit kok"

Aretha takut avaro marah lagi. Avaro menggendong aretha menuju ke kamar mereka. Ia menempatkan aretha di sofa kamarnya. Ia membuka dress yg aretha pakai sebatas perut. Ia merasakan bahwa perut aretha menegang dan bergetar. Ia kemudian mengelus perut aretha yg masih mengatur nafas. Untungnya sekarang sdh baikan.

"Aretha, kamu udh mandi?"
"Be-belum, ini mau mandi"

Kemudian avaro menggendong aretha ke kamar mandi dan menempatkannya di sofa kamar mandinya. Ia membuka baju aretha juga pakaiannya. Ia mengarahkan shower ke arah mereka berdua.

Rasa nafsu avaro meningkat, ia menginginkan aretha sekarang juga, tetapi ia sadar bahwa aretha sedang hamil. Air mengalir dari rambut panjang aretha sampai kakinya, itu yg avaro lihat. Kemudian ia menggosokkan sabun pada aretha dan jg pada ia sendiri.

Ia mengumpulkan air di bathtup dan menggendong aretha duduk di pangkuannya.

Avaro mengelus perut aretha dari belakang, ia juga mencium leher aretha. Aretha tahu bahwa sekarang ia hanya pemuas nafsu suaminya. Mereka pun selesai mandi dan mengganti baju.

-------
Jam sdh menunjukkan pukul 18.00 WIB. Aretha sekarang sedang memasak ditemani oleh ben, anaknya yg bermain di meja makan. Makan malam pun jadi. Ia segera memanggil avaro utk makan.

Avaro yg sedang memainkan ps4 di kamar, turun kebawah utk makan. Ia melihat anaknya yg sedang duduk di meja makan juga aretha yg sedang mengelus perutnya sambil mengatur nafas. Avaro pun duduk di samping aretha.

"Mas? Mas nggak duduk di sebelah ben? Kasian loh dianya"
"Nggak bunda, ben kuat kok, lihat ben"

Ben berdiri di kursinya dan melihatkan pose tangan diatas seperti hulk. Aretha tersenyum terharu melihat anaknya. Ia bangga sekali, anaknya sekarang sdh semakin besar.
Mereka pun makan2 an yg aretha buat. Sesekali aretha mengatur nafas membuat avaro meletakkan tangan sebelah kirinya di perut aretha sedang tangan kanannya sedang makan.

Aretha terkejut melihat tangan avaro yg ada di perutnya sambil mengelus perutnya. Ia ingin waktu dihentikan walau sebentar saja. Tapi waktu tak akan pernah berhenti, aretha tahu itu.

Selesai makan, avaro dan ben memainkan crocodile dentist. Aretha yg selesai mencuci piring dan gelas mengambilkan buah dan puding utk mereka. Aretha pun duduk di tikar. Ia menyuapi avaro dengan buah dan menyuapi ben dengan puding bergantian.

"Papa, kita kalau kalah harus cium bunda ya"
"Buat apa ben?"
"Itu hukuman pa, kalau kalah harus cium bunda, mau nggak?"
"Jangan, nanti bunda sakit"
"Bilang aja papa takut lawan ben, bleee.."
"Oke, kalau kalah jangan nangis ya"

Aretha tersenyum melihat suaminya dan juga anaknya. Kemudian ia fokus ke permainan.

Ceklekk.. Gigi yg ditekan ben tertutup.

"Yah ben kalah"
"Sini cium bunda"

Ben mengecup di bibir aretha. Aretha tersenyum, kemudian ben dan avaro lanjut permainan. Senyum aretha hilang seketika, melihat ternyata avaro lah yg harus menciumnya.

"Yee papa kalah, cium bunda deh papa"

Avaro jg terkejut kemudian melihat aretha. Ben kemudian memaksa papanya mencium bundanya.

"Papa kok nggak mau cium bunda? Papa nggak sayang bunda ya?"
"Papa sayang kok, tapi nanti ya sayang" ucap aretha.

Aretha tau bahwa avaro tidak mau menciumnya, itu sebabnya ia mengeles di depan anaknya.

"Terus kenapa papa nggak mau vium bunda?"
"Bunda.."

Aretha tak tahu harus jawab apalagi. Tiba2 avaro mencium pipi aretha.

"Kok papa cuma cium pipi sih? Cium disini"

Sekarang tangan kecil ben ada di bibir aretha. Avaro meneguk salivanya, lalu mencium aretha. Aretha terkejut, tapi ia tau ciuman itu sungguh bukan dari hati avaro. Ia ingin menangis, namun tak bisa. Lama kelamaan avaro melumat bibir aretha. Aretha yg melihat ben dgn tatapan bingung mendorong avaro. Avaro sadar daritadi anaknya menatap mereka. Ia pun mencium pipi ben, mengalihkan perhatian.

"Bunda ke kamar dulu ya. Ntar kalau sdh selesai mainnya, panggil bunda ya nak"
"Oke bunda, yuk papa lanjut"

Aretha berjalan di tangga sambil memegang perutnya yg berat. Ia duduk di kasurnya sambil menangis. Ia merosot ke lantai, menangis kembali.

Bersambung..
Vote ya!

Avaro & ArethaWhere stories live. Discover now