10

33K 508 5
                                    

"Ben, ben main dulu ya di kamar"
"Ngga mau bunda, bunda gendong"
"Tapi bunda sambil ngepel rumah mau?"

Ben menganggukkan kepalanya. Aretha membuang nafas dan langsung menggendong ben sambil mengepel.

Sudah 3 jam ia mengepel sambil menggendong ben, namun tak selesai2 juga. Seluruh badannya pegal, apalagi sambil menggendong ben yg sedang tertidur.

Kini sdh jam setengah sepuluh, setelah 3 jam lebih ia habiskan hanya untuk mengepel. Ben belum bangun juga, ia masih tetap di gendongan aretha yg memeluk erat lehernya.

Aretha duduk di sofa, tangan satunya sedang mengelus perutnya yg nyeri, satu tangannya lagi ia gunakan untuk menopang badan ben.

"Huamm.."

Tiba2 ben terbangun. Aretha memangku ben dan tersenyum pada buah hatinya.

"Ben, mandi yuk"

Ben menggeleng tak mau mandi. Ia semakin memeluk erat bundanya.

"Kenapa ben nggak mau mandi? Ntar ben nggak ganteng lagi loh"
"Tapi ada satu syarat"
"Apa itu nak?"
"Bunda harus nari ikutin aku"
"Bunda nggak bisa nak"
"Pliss bunda, abis itu aku janji bakal mandi"

Aretha mengangguk tak punya pilihan. Ben tersenyum kemudian berdiri di lantai diikuti aretha. Ben memperlihatkan gaya2 lincahnya yg diikuti aretha.

Ben kemudian berlompat - lompat sambil memutar di tempat. Aretha menarik nafasnya dan memperagakannya. Perutnya bergoyang ke atas dan juga ke bawah. Perutnya nyeri sekali, ingin sekali ia meringis, namun ia tak mau merepotkan anaknya.

Ben pun selesai memperagakan dan aretha menggendongnya menuju ke kamar mandi. Ben tak bisa diam, ia berlari kesana kemari lagi. Perutnya menegang ketika ben berlari. Akhirnya ia selesai memandikan dan memakai pakaian utk ben. Kemudian ia menyuruh ben bermain sendiri dan ia pun pergi ke kamarnya.

Di kamar, aretha duduk di depan sofa, ia bersandar di sofa. Tangannya meremas sofa di belakang dan mengangkang. Ia berkeringat dan mulai mengatur nafas.

Rasa sakit itu tak kunjung mereda, malah tambah sakit. Kemudian ia berdiri memasuki kamar mandi dan duduk di sofa toiletnya. Ia membuka semua pakaiannya sambil mengatur nafas. Ia segera mandi dan berpakaian.

Kring... Kring... Aretha mendengar suara dari handphone nya dan melihat siapa yg menelfonnya. Mas Avaro, itu yg ia lihat. Ia segera mengatur nafas dan mengangkat handphone nya.

"Halo mas?"
"Kamu dmana aja sih! Sudah berapa menit saya telfon kamu nggak angkat2! Lain kali tepat waktu dong! Saya tak suka orang yg suka terlambat!"

Aretha menelan salivanya. Hatinya sangat sakit sekarang. Coba saja avaro tahu bahwa ia daritadi hanya mengatur nafasnya, tak mau kelihatan ia sedang kesakitan.

"I-iya mas, maaf"
"Maaf2! Hah sudahlah! Jam 12 nanti saya akan menjemputmu sama ben, papa mama katanya kangen, sama keluarga Agatha sama Aland"
"Wah, kak Agatha sama mas Aland juga datang? Berarti Alvin juga datang?"
"Hmm.. Udh kamu bersiap aja sama ben! Denger yah, jangan sampai terlambat! Awas kamu!"

Tutt.. Tutt.. Avaro mematikan telfonnya. Aretha hanya bisa menghempaskan nafasnya dan segera bersiap dengan ben. Aretha memakai gaun cantik dengan rambut yg di sanggul nya, juga dengan high heels silvernya.

Ben yg memakai jas berwarna hitam dan pita kupu2 merah membuatnya mirip sekali dengan ayahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ben yg memakai jas berwarna hitam dan pita kupu2 merah membuatnya mirip sekali dengan ayahnya.

-------
"Aretha"
"Iya mas"
"Ayo cepat! Apa kau masih bersiap?!"

Aretha turun ke tangga dengan menggendong ben. Avaro menelan salivanya. Avaro menatap aretha. Pandangannya tak bisa putus dari aretha padahal ia sdh ada di depannya. Aretha pun melambaikan tangannya ke depan mata avaro.

"Mas?"
"I-iya?"
"Kok mas liatin aku kyk gitu sih? Dress ini nggak cocok ya sama aku? Kan udh aku bilang jangan beli yg macem2 waktu itu. Ini jadi gabisa kepake deh"
"Eh, nggak apa2. Kamu cantik aretha. Yuk berangkat"

Pipi aretha memerah. Ia malu. Pertama kalinya ia dipanggil cantik oleh avaro membuatnya merasa malu.

Aretha menaruh ben di jok bayinya, dan ia pergi ke samping avaro. Dan mereka berangkat.

-------
Aretha mengelus perutnya. Rasa sakit itu belum juga hilang2, padahal sdh lebih dari 1 jam. Aretha mengatur nafasnya diam2 agar avaro tak khawatir. Avaro pun melihat aretha yg sedang mengelus perutnya.

"Aretha, kamu kenapa?"
"Nggak mas, cuma ngelus2 aja"

Aretha berbohong. Ketika avaro ingin menyentuh perutnya yg sedang menegang itu, ia me-rileks kan perutnya, walau itu jauh lebih sakit. Avaro yg memegang perut aretha yg tdk menegang fokus menyetir kembali. Akhirnya mereka sampai ditujuan.

Bersambung..
Vote ya!

Avaro & ArethaWhere stories live. Discover now