27

24.9K 459 21
                                    

"Hoekk.. Hoekk.."

Sudah sebulan sejak kejadian itu. Aretha mulai merasakan mual, perutnya seakan ingin mengeluarkan sesuatu.

Pagi itu setelah mengantar avaro ke depan gerbang, aretha kembali merasakan mual. Secepatnya ia berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan sesuatu dari perutnya, namun yang keluar hanya cairan bening.

Aretha bukan anak kecil lagi. Ia sudah mengetahui gejala - gejala hamil, bahkan sebelum ia mengandung ben. Segera ia pergi ke apotek untuk membeli tespack dan mencobanya di rumah.

Dua garis merah terpampang jelas di tespack itu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Dua garis merah terpampang jelas di tespack itu. Aretha tak bisa lagi menyembunyikan senyumannya. Sambil memegang perutnya yang masih rata itu, aretha mengeluarkan air matanya bahagia.

Ia akan memberikan kejutan untuk ulang tahun avaro minggu depan. Hadiah yang mungkin paling berharga untuk seorang avaro.

-------
Hari ini adalah hari ulang tahun avaro yang ke 22. Aretha bangun, lalu membangunkan avaro.

"Mas, bangun mas"
"Hmm"
"Happy Birthday my husband"

Aretha mengecup bibir avaro lembut. Segera avaro membuka kelopak matanya. Manik mata indah mereka bertemu, avaro mempererat pelukannya pada pinggang aretha.

"Mas, lepasin. Aku mau masak dulu"
"Nggak"

Aretha terkekeh geli melihat tingkah suaminya. Tak ia sangka suaminya yg dingin dan cuek itu juga memiliki sifat manja seperti ini.

"Mas, kalau nanti aku nggak masak, nanti kamu mau makan apa?"
"Kamu"

Seketika wajah aretha memerah. Ia malu. Ia menyesal memberi pertanyaan itu pada avaro. Avaro tersenyum melihat tingkah istrinya. Ia mengusap punggung istrinya dari balik piyama panjang itu.

"Mas udah ah, aku mau masak"

Aretha mendorong tubuh avaro dan langsung beranjak menuju dapur sambil berlari. Avaro tersenyum kembali dengan tingkah lucu istrinya.

10 menit berlalu. Avaro bosan. Ia pergi ke dapur menyusul aretha yang sedang memasak dengan bertelanjang dada.

Avaro memeluk aretha dari belakang. Aretha terkejut, dan langsung membalikkan tubuhnya. Matanya tertutup seketika melihat avaro bertelanjang dada. Setiap hari ia melihat avaro bertelanjang dada, namun mengapa rasa malu itu tetap muncul?

"M-mas, pakai bajumu. Ayo makan, a-aku sudah memasak nasi goreng untukmu" ucap aretha, masih menutup matanya.

Avaro tersenyum smirk. Ia membuka kelopak mata aretha lembut.

"Buka matamu aretha, kenapa kamu masih malu? Apa badanku terlalu bagus untuk dilihat?"

Aretha menggeleng. Perlahan ia membuka kelopak matanya kembali. Avaro melepaskan pelukannya, membiarkan aretha membereskan meja makan itu.

"Mas, pakai bajumu. Ayo makan"

Avaro duduk di meja makan itu. Menepuk - nepuk kakinya agar aretha duduk di pangkuannya. Aretha langsung duduk di pangkuan avaro tanpa tahu yg akan terjadi selanjutnya.

Avaro menyatukan nasi goreng dari kedua piring itu. Aretha mengerutkan dahinya bingung. Apa yang akan dilakukan oleh avaro?

"Kamu ngapain mas? Kamu mau makan segitu banyak?"
"Nggak, aku mau berbagi dengan kamu"

Aretha tersenyum. Oh Tuhan, kenapa avaro tidak seperti ini dari dulu?

"Sendok aku mana mas?"
"Kan berbagi, berarti sendok juga berbagi dong"

Avaro mengambil sendok itu dang menyuapkannya pada aretha, begitu juga sebaliknya. Mereka berdua menikmatinya.

Tak terasa sudah 30 menit mereka saling suap-menyuap. Suara tangisan terdengar dari kamar ben dan clara. Segera aretha beranjak dari pangkuan avaro berlari menuju kamar anak2 nya.

Ceklekk.. Aretha mendapati clara yang terjatuh dari kasurnya. Segera aretha mengangkat clara dan menenangkannya. Namun tangisan clara tak juga berhenti.

Sudah 10 menit, namun clara tetap juga menangis. Entah kenapa hati aretha sakit melihat clara seperti ini. Ingin sekali ia mengeluarkan air matanya, namun hal itu ia urungkan. Avaro akhirnya masuk ke dalam, setelah memakai baju dari kamarnya.

"Clara kenapa aretha? Kok masih nangis? Sakit?"
"Ta-tadi clara jatuh dari kasur, gimana nih mas? Clara nggak mau berhenti nangis"
"Coba sini saya gendong"

Avaro menggendong clara perlahan sambil menepuk-nepuk bokongnya, berharap clara tak menangis lagi. Dan benar saja, clara sudah tak menangis. Mereka lega, akhirnya clara sudah tak menangis. Avaro kemudian memberi clara ke gendongan aretha.

"Cup.. Cup.. Cup.. Clara sakit sayang ya? Maafin bunda ya nak"
"Bu-bunda"
"Iya bunda disini. Jangan nangis lagi ya, anak bunda kan pintar"

Tiba2 saja ben bangun. Mungkin ia tak nyaman mendengar suara tangisan keras clara. Segera avaro menggendong ben sesuai permintaan ben dengan kedua tangannya yg terlentang.

"Ben udah bangun?"
"Hmm.. Tadi ben denger suara berisik, berisik banget. Memangnya kenapa bunda?"
"Clara nangis tadi, jatuh ke lantai"
"Lain kali jangan nangis ya dek, liat dong abang nggak nangis melulu"

Pernyataan ben diangguki oleh clara. Avaro dan aretha hanya bisa tersenyum melihat tingkah anak2 nya. Mereka pun ke bawah, menemani ben dan clara sarapan.

Bersambung..
Vote ya! Maaf baru update ya kawan2. Aku lagi banyak urusan di real life, tetap semangat ya!

Avaro & ArethaOnde histórias criam vida. Descubra agora