12

28.9K 534 46
                                    

"Papa, ben boleh ngga ikut papa?"
"Papa mau ke kantor nak, nanti kalau papa pulang kita main bareng lagi"
"Nggak mau, ben maunya sama papa"
"Yaudah, aretha saya bawa ben ya. Kamu jaga rumah sendiri aja nggak apa2 kan?"
"Iya mas, nanti siang aku kesana anter bekal ben ya"
"Hmm.. Ayo ben ikut papa"
"Yeyy, bunda ben pergi dulu ya"
"Iya sayang, jangan nakal ya disana"
"Siap bunda, yuk pa kita berangkat"

Avaro dan ben pun pergi ke mobil dan pergi ke rumah sakit milik avaro. Memang di usianya yg masih 21 lebih, pekerjaan itu tentu saja berat, apalagi ia harus membantu ayahnya mengurus perusahaan Chandra. Namun, avaro berbeda dari kebanyakan orang. Ia sangat pintar. Saking pintarnya, ia pernah beberapa kali lompat kelas.

Aretha membersihkan meja makan dan mandi. Selesai mandi, ia berpakaian lalu ia pergi ke lantai bawah untuk mengikuti senam hamil dengan Youtube sebagai tutornya.

Saat ia sedang senam, tiba2 angin berhembus kencang. Kriett.. Pintu Office avaro terbuka. Aretha berdiri dan berjalan ke arah office avaro. Ketika ia ingin menutup pintu itu, ia melihat foto2 avaro dengan wanita lain berserakan disana.

Aretha menutup mulutnya tak percaya. Ia mengambil sebuah foto di meja itu. Sebuah foto yg memperlihatkan avaro dengan wanita lain sedang menaiki biang lala sambil berciuman, itu yg ia lihat. Hatinya sakit sekali. Ia tak menyangka selama ini avaro berselingkuh dengan wanita lain.

Ia mengambil sebuah album yg ada di meja itu. Kosong, itu yg ia lihat. Ternyata avaro membongkar foto2 itu. Ia segera menyimpan kembali foto2 itu pada albumnya. Tapi album itu sdh penuh, dan masih ada 1 foto yg tersisa, yaitu foto yg tadi aretha lihat. Ia mengambil foto itu dan keluar. Ia menyimpan foto itu di sebuah buku kesukaan avaro akhir2 ini. Buku itu terdapat di paling atas rak buku.

Ia mengambil kursi tinggi dan memasukkannya di buku itu. Ia turun dari kursi itu dan mengembalikannya di tempatnya. Aretha masih tak percaya apa yg dilihatnya. Tega sekali avaro berselingkuh di belakangnya, padahal ia sedang hamil. Aretha pun menangis sejadi - jadinya.

Kini sdh saatnya jam makan siang. Aretha berangkat ke rumah sakit dengan bekal ben.

"Mas, aku pergi kesana ya. Aku pake taxi"

Aretha memberi chat pada avaro di perjalanan. Sesampainya di rumah sakit, suster disana langsung memberi tahu kantor pribadi avaro.

Aretha pun masuk ke dalam. Terlihat meja kantor hitam ada disana, dan sebuah pagar berwarna - warni. Ben ada di pagar itu sambil bermain dan menonton.

"Ben"
"Bunda" ben menoleh dan berdiri walau dihalau pagarnya

Aretha menggendong ben dan duduk di sofa dekat sana.

"Papa mana ben?"
"Papa lagi ke kamar mandi"

Kriett.. Bertepatan ketika ben bilang kamar mandi, avaro keluar dari kamar mandi itu. Deg.. Hati aretha berdebar. Ia masih mengingat kejadian tadi.

"M-mas?"
"Hmm.."
"Mas udh makan bekalnya?"
"Belum, sekalian mau makan siang bareng ben"
"Yaudah, aku siapin dulu ya"

Aretha menyiapkan bekal yg avaro bawa dengan bekal ben. Ia menyusunnya di meja depan sofa. Sayangnya, meja kecil itu lebih rendah dari sofa, sehingga mereka harus duduk di atas karpet.

"Ben, mau bunda suapin?"
"Nggak, ben mau makan sendiri"
"Pintarnya anak bunda"
"Aretha, kamu nggak makan?"
"Udh mas tadi sebelum kesini"

-------
Avaro selesai menyelesaikan pekerjaannya. Ia berjalan ke arah sofa yg dimana aretha yg sedang memeluk ben. Mereka tertidur. Avaro membangunkan aretha. Aretha bangun seketika juga. Tanpa membangunkan ben, mereka berjalan ke mobil dan pulang.

-------
"Aretha, saya bawa ben ke kamarnya ya"
"Iya mas"

Aretha duduk di sofa. Ia mengelus perutnya. Matanya terpejam. Tiba2 ia membuka matanya kembali karena mendengar avaro meneriakinya.

"Aretha!"
"Y-ya mas?"
"Kemana foto saya?!"

Aretha menyatukan alisnya tanda tak mengerti.

"Halah jangan bohong deh kamu! Tadi yg disini kan cuma kamu!"

Aretha sadar bahwa yg avaro maksud adalah foto yg ia pegang tadi.

"Di buku"
"Di buku mana di buku!"

Takk.. Avaro melempar buku album itu ke arah perut aretha. Aretha meringis kesakitan namun avaro tak peduli. Avaro menjambak rambut aretha kasar dan menghempaskan badan aretha ke lantai.

"Hikss.. Mas.. Sakittshh.. Hikss..."

Avaro semakin marah ketika aretha menangis. Ia menjambak rambut aretha kasar lagi dan menghempaskan tubuh aretha sekali lagi.

"Ahhh... Hikss.."
"Dimana kamu simpan jalang!"
"Di-di rak buku.. Hikss.."

Avaro menggenggam tangan aretha kuat dan menyeretnya yg masih ada di lantai menuju rak buku satu2 nya di rumahnya.

Avaro menghempaskan tangan aretha kasar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Avaro menghempaskan tangan aretha kasar. Aretha menangis sesenggukan, tak tahan dengan kondisinya saat ini. Luka gesek ada di mana2, perutnya sakit, dan kepalanya yg pusing setelah dijambak avaro 2 kali.

Avaro mendirikan badan aretha paksa. Aretha membungkuk, tak tahan untuk berdiri.

"Sekarang kamu ambil! Ambil foto itu tanpa bantuan apapun!"

Aretha menyesal mengapa ia menaruh foto itu paling atas. Dengan sisa tenaganya, ia memanjat rak buku itu.

Plakk.. Aretha jatuh. Badannya remuk, darah keluar dari kakinya juga tangannya. Avaro mendirikan aretha lagi sampai ia berhasil mengambil foto itu.

Dengan bercucuran keringat, aretha kembali memanjat sambil melompat - lompat. Buku itu diraihnya. Ia cepat2 mengambil foto itu dan memberinya pada avaro.

Avaro menerima foto itu. Ia menjambak rambut aretha lebih keras dan menghempaskannya kembali ke lantai.

"Ahh.. Shh... M-masshh.. Hikss.."

Avaro membiarkan aretha kesakitan. Ia memasuki kamar tamu, tanda ia tak mau sekamar dengan aretha. Aretha bersender di dinding. Darah mengalir keluar dari selangkangannya. Badannya remuk, kepalanya lebam. Sambil mengelus perutnya, ia menangis dengan sisa tenaganya disana.

Bersambung..
Vote ya!

Avaro & ArethaWhere stories live. Discover now