15

32.7K 524 23
                                    

Seharian aretha merasakan sakit pada perutnya, namun adik ben masih betah di dalam perutnya. Sekarang masih jam 02.45 WIB dan aretha terbangun karena kontraksinya.

Ia tak tega membangunkan avaro karena seharian ia menjaganya. Aretha beranjak dari kasurnya dan memasuki kamar mandi. Ia mengecek celana dalamnya yg sdh dipenuhi oleh flek dan menggantinya.

Ketika ia ingin tidur di kasurnya, tiba2 perutnya merasakan kontraksi lagi. Kontraksi ini beda sekali dengan sebelumnya, kontraksi yg sedang ia rasakan sekarang jauh lebih sakit. Tak tahan, ia pun meringis meminta tolong.

"Aghh... Ahhh... M-mashh bangun.. Ahh"

Avaro bangun dan langsung menoleh ke arah aretha. Ia segera membantu aretha untuk duduk bersandar di kasurnya.

"Aghhh... M-mass sakittshhh.. Ahh..."

Tak tahan, aretha pun mengejan. Avaro kaget melihat aretha mengejan. Ia segera mengecek pembukaan aretha. Namun vagina aretha sudah bengkak berwarna merah.

"Kamu belum pembukaan aretha. Sabar saja, tunggu pembukaan dulu saja"
"T-tapi aku ngga tahan mashh.. Aghhh"

Aretha kembali mengejan. Keringat sudah bercucuran di wajahnya.

"Aretha kamu-"
"Aku tahu mas, aku tau.. Ahh.. T-tapi aku udh shh.. Gak tahan ahh.."
"Aretha, jangan mengejan lagi!"
"Terus aku hrs gmana mas? Ahhh.."

Avaro berpikir sejenak. Ia membuka dress aretha sehingga aretha telanjang bulat. Kemudian ia membantu aretha berjalan.

"Berjalanlah aretha, air ketubanmu pasti bakal pecah lebih cepat"

Aretha menurut. Ia berjalan dibantu avaro yg memapahnya. Sudah 1 jam ia berjalan, namun air ketubannya belum juga pecah. Avaro tak tega melihat aretha yang sedang meringis kesakitan karena berjalan.

Avaro mengingat perkataan ibunya bagaimana cara ia dilahirkan. Avaro dan kembarannya dilahirkan dengan cara water birth. Ia pun segera mengisi bathtup dengan air dan membantu aretha bersender di bathtup itu.

Aretha bersender di bathtup, sedangkan avaro yg berada di sampingnya meremas bokongnya untuk menambah pembukaan.

"Ugghh.. Mass.. S-sakitshh.."
"Sebentar saya cek pembukaan kamu dulu. Pembukaan kamu baru pembukaan 6 aretha"
"T-tapi aku udh nggak kuat mashh.. Bantu keluarkan aku mashh.. Ahhh.."

Avaro membantu mengeluarkan aretha dan memapahnya. Saat aretha berjalan di depan kasurnya, tiba2 saja ia terpeleset. Pyarr.. Air ketubannya pecah. Ia segera mendapat kontraksi, namun ia tak sanggup mengejan. Avaro segera membuka kaki aretha agar mengangkang dengan kedua tangannya yang menahan kakinya itu.

Sudah beberapa kali ia mengejan, namun setiap ia kehabisan nafas, kepala bayinya masuk kembali.

"Ugghhh.. Mass.. Ga kuat.. Ghhh.. Huff huff huff.."

Avaro membuat posisi aretha yg tadinya bersender sambil mengangkang, membuat posisi aretha seperti berlutut. Aretha menggalungkan tangannya di leher avaro, sedangkan avaro memeluk aretha sambil memijat pinggangnya.

"Ugghh.. Ahhh.."
"Pelan2 aretha"
"M-mass.. Bayinya tetap nggak mau keluar...ahhh.."

Avaro melebarkan paha aretha. Aretha sekarang hampir tidak punya tenaga. Beberapa kontraksi ia lewatkan begitu saja karena ia sudah tak tahan lagi untuk mengejan.

Avaro yang sedari tadi memijat aretha sudah mau putus asa juga. Ia tak tega melihat aretha yang sudah mengelurkan flek dan darah begitu banyak, namun bayinya tetap tak mau keluar.

Avaro membuat posisi aretha menungging, mencoba membuat aretha kontraksi lagi. Namun itu semua sia2. Kepala bayinya masuk kembali ketika aretha sudah kehabisan nafas.

"Ba-bagaimana ini mashh.. Aku udh nggak tahanshh.. Aghhh.. Ugghhh.."
"Sabar aretha, jangan menyerah. Kamu nggak mau kan ben sendirian nggak punya temen?"
"T-tapi mas.. Aghhhhhhhhh... Kontraksihh.. Ughhhh..."

Segera avaro menekan perut aretha, berharap kepala bayinya keluar.

"Ayo aretha, mengejan tanpa putus aretha"
"Uggggghhhhhhhhh..."

Aretha mengejan dengan sisa tenaganya. Mukanya memerah, urat2 terlihat di kepala aretha. Ia memeluk leher avaro kencang sambil menggoyangkan pinggulnya.

Plopp.. Kepala bayi adik ben keluar. Aretha melemas, tak sanggup mengejan lagi. Avaro membuka lebar vagina aretha agar anaknya cepat keluar.

"Ayo aretha, kamu pasti bisa"
"Ugghh.. Aku capek masshh.. Ghhh.."

Avaro melihat wajah aretha. Muka aretha pucat, bibir bawahnya berdarah karena ia terus - terusan menggigit bibirnya waktu mengejan.

Avaro mendirikan aretha dengan kepala bayi yang menggantung di vagina aretha. Aretha kesakitan setiap berjalan, namun avaro tidak mempedulikannya. Yang avaro pedulikan hanya bagaimana cara anaknya keluar, itu saja"

"Mas.. Udah masshhh.. Sakitt.. Aghh.. Kasian juga kepala adek digantung masshh.. Aghh.."

Avaro diam saja. Ia memapah aretha sambil berjalan agak cepat. Aretha merasa bagian bawahnya robek. Darah terus keluar dan tiba2 aretha mendapat kontraksi lagi.

"Aghhhhh.. Kontraksihh... Aghhh.."

Avaro segera mendudukkan aretha sambil membuatnya mengangkang lebar. Tangannya terus menekan perut aretha agar bayinya cepat keluar.

"Aghhhhhh... Ahhhhhh... Mas jangannnnn.."

Badan aretha membusung kedepan, bola matanya seperti hampir keluar, dan vaginanya sakit sekali.

"Kenapa kamu seperti ini mas? Kenapa kamu nggak peduliin aku yg sedang kesakitan? Kenapa?" batin aretha.

Oekkk.. Oekk.. Adik ben akhirnya keluar juga. Aretha terharu, akhirnya ia bisa mengeluarkan adik ben dari perutnya. Ingin sekali ia menggendongnya, namun tak bisa. Ia sudah kehabisan tenaga. Perlahan aretha menutup matanya lelah. Ia tertidur saat itu juga.

Avaro masih memeluk anaknya, padahal tali pusat nya belum ia potong. Ia senang sekali melihat anaknya. Ia segera membersihkan kekacauan itu setelah ia memorong tali pusat dan membawa aretha ke kasur.

Bersambung..
Vote ya!

Avaro & ArethaWhere stories live. Discover now