BAB 1 | MALAM DAN SIANG

1.1K 60 7
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : SMASH - Siang Dan Malam

***

BAB 1 | MALAM DAN SIANG

Hanya 2 waktu ku perlu waktu hanya siang dan malam

***

Kisah ini memiliki alurnya sendiri, Kisah ini tidak melibatkan nama asli karena sudah terlalu banyak nama yang terpampang dalam berbagai cerita, nama yang telah jadi pasaran itu membuat kisah ini mereka terkesan plagiat. Maka dari itu nama ini adalah sebuah doa agar kelak di masa depan nanti bisa menjadi pemimpin bagi keluarga.

Namun itu hanyalah angin lalu kala dirinya harus menerima kenyataan bahwa orang yang selama ada disampingnya meninggal di depan matanya, kecelakaan beruntun menyebabkan banyak korban jiwa salah satunya anak laki laki itu yang bisa di bilang adalah salah satu korban yang selamat dalam kecelakaan maut itu.

Waktu itu usianya menginjak 6 tahun, memori nya telah menangkap beberapa kejadian hingga mengalami trauma berat. Sebenarnya walaupun ia korban yang selamat akan tetapi belum tentu yang selamat itu tidak memiliki luka atau efek samping dari kejadian itu. Namun berkat keras kepalanya anak laki laki itu membuat dokter pasrah dan membiarkan anak kecil itu di bawa oleh kakaknya yang masih remaja. Kejadian itu membuat sakit jiwa dan sakit raga. Bahkan belum sampai itu ia juga harus menerima rasa sakit badan kala setiap malam hari saat ia tertidur ia harus bersiap-siap menangis dalam diam dan berteriak dalam hati kala rasa sakit itu bertambah seiring berjalannya waktu malam.

Bukan hanya anak laki-laki itu di tempat lain seorang gadis yang memiliki nasib yang sama.

Malam ini begitu indah karena kebetulan malam ini cahaya bulan tengah menyinari malam ini dan juga taburan bintang yang menemani sang bulan yang tengah sendiri itu. Sesosok gadis kecil tengah menikmati malam ini tidak lama kemudian datanglah gadis kecil seumuran dirinya datang memeluk dirinya.

"Ra, ngapain kamu disini?" tanya gadis itu. "Eh kak Selfi. Rara sedang menggambar," jawab gadis itu yang bernama Rara itu.

Selfi melihat gambar itu dan betapa terkejutnya ia, hingga akhirnya ia bergantian menatap gambar itu dan juga Rara dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Ra, kenapa kamu gambar ini?" tanya lagi Selfi.

"Rara gambar ini agar kak Selfi, kak Lesti dan Bang Uwan ingat Rara terus. Serta ayah tidak marah marah lagi sama Rara karena gara gara Rara menyebab Bunda meninggal," jawab Rara dengan nada gemetar.

Selfi sedikit terkejut, karena sudah di pastikan gambar itu adalah gambar dimana seorang gadis kecil dengan anak laki-laki sedang berada di sebuah tempat yang dinamakan Surga. Tidak terasa air mata Selfi jatuh begitu saja sehingga Rara menoleh kebelakang dan langsung menghapus air mata kakaknya.

"Kakak jangan nangis, Rara tak suka. Apa yang kakak tangisi di gambar ini, seharusnya kakak senang karena aku sama dia itu bahagia," ucap Rara. "Iya Ra. Oh ya, dia itu siapa?" tanya Selfi penasaran.

"Rara juga gak tahu tapi Rara yakin dia itu akan jadi teman Rara," jawab Rara yakin.

"Ya sudah kalau gitu, kita masuk yuk. Kakak temani kamu tidur," ajak Selfi. "Ajak kak Lesti juga ya untuk tidur bareng," pinta Rara.

Selfi hanya tersenyum. Hingga akhirnya mereka masuk ke dalam rumah, dan beberapa menit kemudian lampu kamar itu mati. Rupanya dari tadi ada seseorang yang mengawasi mereka senyuman merekah ia tunjukkan bersamaan dengan detak jantung yang berdetak tidak karuan.

***

Kini sekarang ia telah berubah menjadi pemuda yang pendiam. Namun diam nya ini bukan dalam arti pemalu, melainkan dalam arti hati-hati dan waspada. Memilih dan memilah teman adalah satu cara agar ia tidak terjebak dalam masa lalu yang menjadi mimpi buruknya.

"Gun, Gunawan. Sini nak?" teriak salah satu orang tua disana yang meminta bantuan dirinya.

"Iya ada apa, Bu?" jawab pemuda itu yang di panggil Gunawan. "Tolongin ibu nak, ibu gak bisa angkat ikan ini," ucap ibu itu lesu.

"Baiklah bu, biar Gun yang bawa." Dengan sisa tenaga yang masih ada ia berusaha mengangkat ember-ember berisi ikan itu menuju tempat yang di tunjukkan ibu itu.

Nama anak itu Gunawan. Pemuda berkulit sedikit hitam manis kayak kecap yang bermerek terkenal di televisi itu adalah anak yang sangat rajin. Se rajin-rajin dirinya ia tidak mengeluh dengan keadaan walaupun memang dari kecil sampai sekarang ia harus banting tulang demi menghidupi dirinya dan juga kakaknya akan tetapi hidup Gunawan bertahan sampai detik ini dan itu wajib di syukuri Gunawan.

"Sudah nak, disitu saja." Gunawan menuruti perintah ibu itu.

Ibu ibu itu malah meninggalkan Gunawan tanpa imbalan ataupun ucapan terimakasih, namun Gunawan menerima nya dengan ikhlas. Karena bagaimanapun ia itu orang tua mungkin ia memiliki penyakit pikun hingga lupa mengucapkan sesuatu kala sudah di bantu.

Siang ini matahari begitu panas, Gunawan sangat senang kalau sudah bertemu siang. Walaupun siang selalu membuat orang gerah dan berkeringat namun bagi Gunawan siang itu sangat kesepian, karena matahari selalu sendirian walaupun para awan-awan ada disana tapi mereka selalu datang dan pergi. Dan Gunawan benci akan hal itu.

"Assalamualaikum, Gunawan pulang," sapa Gunawan kala memasuki satu rumah.

Namun tidak ada sahutan dari penghuni rumah disana. Hingga akhirnya ia memilih masuk kamar dan langsung berbaring di kamar tidur, matanya menatap langit hingga pikiran melanangbuana menuju satu malam dimana ia melihat  seorang gadis tengah asik menggambar

"Hei, hei," panggil nya.

Gadis itu yang sibuk dengan menggambar akhirnya menghentikan aksinya. "Siapa itu?" teriak gadis itu.

"Hei kenalin namaku Gunawan. Kamu siap?" tanya anak laki laki itu yang bernama Gunawan. "Namaku Rara salam kenal," jawab Rara.

"Kamu sedang gambar apa?" tanya Gunawan. "Entahlah Gun. Rara bingung," jawab Rara.

"Gimana kalau aku sama kamu," tawar Gunawan.

Tanpa mendapatkan balas dari Rara. Rara langsung menggambar dengan begitu asiknya, sementara itu Gunawan hanya bisa melihat Rara menggambar dan hingga akhirnya Rara selesai menggambar dan menunjukkan kepada Gunawan.

"Gimana Gun, bagus gak?" tanya Rara.

"Bagus, itu Rara gambar apa?" tanya balik Gunawan. "Rara gambar Gunawan dan Rara di taman surga," jawab Rara dengan polosnya.

"Di surga? Kenapa di Surga Ra?" tanya balik Gunawan.

"Karena kata pak ustadz Surga itu indah dan enak. Maka dari itu Rara mau Gun temenin Rara ke Surga kalau diantara Rara dan Gun pergi terlebih dahulu maka salah satu di antara kita harus menunggu di pintu Surga," jawan Rara yang membuat Gunawan kaget.

Mendengar penuturan Rara membuat Gunawan tertegun. Perkataan Rara layaknya orang dewasa walaupun Rara masih berumur 6 tahun.

"Rara, apakah kamu masih mau menunggu Ku di pintu surga," ucapnya sendiri.

"Mah, pah, Gunawan mau ikut." Gunawan menangis dalam diam dan dalam sinaran matahari yang terasa begitu dekat.

***

Tbc.

Yeyeyeye akhirnya Lis bisa update lagi. Bagaimana dengan bab apakah kalian sudah merasa sedih dengan percakapan mereka, kalau memang sudah merasa sedih coment di bawah ya dan katakan ampun Lis.

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣

Lis_author

(TERBIT) DLS [3] Goodbye And Go ✓  Where stories live. Discover now