BAB 34 | SELAMAT TINGGAL DAN PERGI

502 39 4
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now playing : Ello - Pergi Untuk Kembali

***

BAB 34 | SELAMAT TINGGAL DAN PERGI

Kata beda makna sama. Sama sama membuat hati kita menangis

***

Pagi mulai menyinari salah satu kamar, cahaya perlahan-lahan masuk menembus kaca jendela disana. Suasana putih rumah sakit sudah menjadi warna yang dominan di tempat ini hingga semilir aroma obat sudah setiap hari mereka hidup. Beberapa peralatan medis menjadi penompang hidupnya dan kayaknya tubuh ini seperti mayat hidup yang tidak tahu kapan bangun.

Namun satu tempat dimana sosok mulai membuka matanya, menetralkan semua pemandangan yang awalnya buram menjadi jelas. Ia tahu tempat ini tempat yang tidak asing baginya, bahkan tangan ini juga tidak asing ia menoleh sosok menjaga nya telah tertidur lelap. Ukiran senyuman terbentuk disana namun membuat sang pemilik tangan itu malah terbangun dari tidurnya.

"Eh, Ra kamu sudah bangun?" tanya Ridwan kepada adik kesayangannya itu.

"Iya bang, kok Rara bisa di rumah sakit sih," tanya balik Rara dengan nada lemah. "Kemarin abang temukan kamu di kamar dalam keadaan pingsan, penyakit kamu makin parah dek, makanya jangan terlalu kecapean," saran Ridwan.

"Rara tahu bang, tapi—" Rara menggantungkan ucapan nya dan membuang muka ke arah lain.

"Tapi kenapa dek?" tanya Ridwan bingung. "Apa Indi bisa mau memaafkan Rara?" tanya balik Rara.

Ridwan terkejut dengan penuturan Rara. Sepertinya pembicaraan Randa, Meli, Selfi dan Lesti membuat Rara mengetahui semuanya walaupun ia masih belum tahu kalau Gunawan sakit. Tapi setidaknya ia sedikit menyadari kalau disini bukan salah Gunawan. Melainkan salah Ady.

"Indi pasti mau memaafkan kamu," ucap Ridwan. "Tapi bang, Disini Rara yang salah. Rara yang sudah membuat Indi pergi apakah Indi mau memaafkan Rara dengan sungguh-sungguh?" tanya lagi Rara.

"Dengerin Kakak dek, Indi pasti akan memaafkan kamu. Kakak yakin akan hal itu," jawab tegas Ridwan agar Rara percaya. "Kalau memang begitu antar kan Rara ketemu sama Indi," rengek Rara.

Ridwan bingung. Apakah Rara siap menerima kenyataan bahwa selama ini Gunawan bagaikan mayat hidup yang entah kapan bangun. Ridwan takut Rara panik dan shock melihat semua ini, namun kalau Rara tidak bertemu dengan Indi maka itu akan membuat Rara akan makin merasa bersalah. Kala Rara merengek minta di antar kan Ridwan ke kamar Gunawan, satu pintu terbuka dan memunculkan sosok yang memang awalnya disukai Rara.

"Selamat pagi Ra," sapa Ady.

Rara dan Ridwan menatap kedatangan Ady, dan seketika Rara langsung membuang muka. Ady masih belum mengetahui perubahan raut ekspresi Rara dan masih terus menggoda Rara. "Rara sayang, gimana kabarnya? Maaf ya, aku baru kesini soalnya Lesti baru memberitahu kamu bahwa kamu sakit," ujar Ady.

"Apa peduli kamu!" ucap Rara ketus.

Ady tersentak. Ridwan terkejut, perbuatan ekspresi Rara memang sulit di tebak "lho Ra, kamu kenapa kok nada bicara tinggi sih?" tanya Ady bingung. "Jangan pura pura gak tahu ya, Ady. Kenapa kamu tega sama aku," ucap Rara kesal.

"Pura-pura, maksudnya apa Rara?" tanya balik Ady tidak tahu menahu. "Kau lupa atau pura pura lupa! Selama ini kamu mendekati aku cuma itu membalas dendam kamu kenapa Indi kan!" teriak Rara.

Ady makin pucat wajahnya. Rara tahu dari mana kalau ia ingin menyakiti Gunawan. "Aku sudah tahu semuanya Dy, kamu tega sama adik kamu sendiri. Kamu sudah bikin aku jauh dari Indi ku, dan kamu juga nekat bekerjasama dengan Nia, orang yang selama ini tidak suka kepada ku. Aku tahu semuanya Dy aku tahu semuanya, bahkan kami juga membuat Indi celaka tapi untungnya tuhan masih melindungi Indi karena kamu yang kena karma nya," teriak Rara mengeluarkan semua kekesalan nya.

"Aku minta maaf sama kamu Ra, bukan maksud aku menjauhi kamu dengan Gunawan. Dulu memang aku jahat kepada Gunawan tapi sekarang setelah aku menerima apa yang kau sebut karma, aku sadar. Aku menyesali semua perbuatan kamu," ucap sesal Ady.

Rara masih membuang muka. Ady menundukkan kepalanya tanda menyesal sementara Ridwan hanya bisa melihat gerak-gerik Ady sesuai permintaan Irsya agar tidak kecolongan.

"Aku tahu permintaan maaf ini tidak akan merubah apapun setelah apa yang aku lakukan di masa lalu. Dan juga tidak akan membuat Gunawan sembuh dan bangun dari koma nya," lanjutnya lagi yang membuat penuturan baru kepada Rara.

Rara menoleh menatap Ady dan Ridwan secara bergantian, ia tidak tahu kalau Gunawan sakit dan koma. Rara berharap semua ini mimpi dan berharap segera bangun dari mimpi nya itu. "Enggak, gak mungkin," pekik Rara.

"Katakan kepada aku bang, semua penuturan Ady bohong. Ia kan tukang bohong," ujar Rara menatap Ridwan. "Maaf, Ra perkataan Ady benar. Gunawan koma dan kata bang Irsya kita hanya tunggu keajaiban tuhan yang maha kuasa," jawab Ridwan.

Rara kalang kabut mendengar penuturan Ridwan dan Ady. Mereka tidak tahu apa yang dengan memberi tahu Rara seperti ini akan mengubah keadaan. Rara bingung, Rara panik dan menangis tersedu-sedu membasahi pipinya, menyesali apa yang sudah ia lakukan selama ini. Menjauhi dan membenci nya.

"Pergi!" teriak Rara tegas.

"Aku bilang kamu pergi!! Ady! Aku gak mau lihat muka kamu lagi!!! PERGI!!!"

Rara memang mengusir Ady, walaupun Ady sudah meminta maaf akan tetapi memang benar kesalahan Ady begitu besar hingga sulit untuk di maafkan. "Aku harus ketemu Indi sekarang juga," desak Rara.

"Jangan Ra, kamu masih belum sehat betul," cegah Ridwan.

"Jangan halangi aku bang!! Aku mau ketemu sama Indi ku." Rara langsung mencabut selang infusan dan oksigen nya turun dari ranjang berlari menuju keluar kamar.

Ady dan dan Ridwan tidak bisa berbuat apa-apa mungkin mereka bisa mengontrol Rara dari belakang karena saat ini emosi Rara tidak stabil. Rara berlari mencari di semua sudut kamar rumah sakit ini. Rara bodoh, kenapa ia tidak menanyakan dimana kamar Indi? Dan hingga akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang mungkin Rara tahu sekilas ia itu adalah Irsya—abang angkat Gunawan.

"Bang!?" panggil Rara dengan nada lirih.

"Rara!" teriak Irsya terkejut. Rara mendekati Irsya "bang, Indi mana?" tanya Rara.

Irsya terkejut. Kayaknya Rara mengetahui semuanya walaupun Rara masih belum tahu kalau Gunawan terkena penyakit Jantung. Irsya menatap nanar Rara yang pucat ia tidak tega harus berbohong lagi, tanpa memberikan ucapan apa-apa Irsya hanya memapah Rara menuju ruangan Gunawan.

Kamar itu sangat kental dengan warna putih itu hingga sosok disana begitu tenang dalam dunia yang entah dimana ia berada. Entah di dunia atau di akhirat. Mata Rara terbelalak melihat semua ini akhirnya Irsya melepaskan pegangannya dan Rara langsung mendekati Gunawan yang masih sibuk dengan menutup mata nya.

"Indi? Ini aku Rara, maaf Indi. Maaf hiks..hiks..." tangis Rara pecah disana Rara menangisi apa yang terjadi dan juga apa yang telah ia lakukan.

"Sudahlah Ra, Gun pasti akan memaafkan mu," ucap Irsya menenangkan Rara. "Tapi bang, apakah permintaan maaf dari aku apa membuat Indi akan kembali terbangun bang?" tanya Rara yang membuat Irsya mati kutu.

Irsya bingung harus jawab apa ke Rara. Kalau sampai Gunawan tidak bangun lagi, maka Irsya harus mengatakan bahwa Gunawan benar-benar sudah meninggal kita untuk selamanya. Namun Irsya masih berharap keajaiban akan datang kepada Gunawan, Irsya berharap keajaiban datang lebih cepat.

***

Tbc.

Yeyeyeye akhirnya Lis bisa update lagi. Bentar lagi end? Siapa yang sudah siap baca ending cerita ini. Lis lagi baik soalnya Lis mau mempersiapkan cerita lain juga. Mudah mudahan hati dan jantung kalian siap ya.

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣

Lis_author

(TERBIT) DLS [3] Goodbye And Go ✓  Where stories live. Discover now