BAB 9 | MAAF DAN SESEORANG

496 44 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Rio Febrian - Maafkan

***

BAB 9 | MAAF DAN SESEORANG

Kata maaf dari seseorang yang tulus akan menciptakan ketenangan sendiri

***

Bel tanda pulang sekolah berbunyi, semua siswa-siswi berhamburan keluar dari sekolah. Semua menuju parkiran sekolah karena ingin segera pulang untuk membebaskan pikiran dari pelajaran yang sudah mereka terima dari guru mereka di sekolah. Namun satu siswi masih sibuk dengan dunianya bahkan ia tidak menyadari bahwa kelasnya sudah kosong.

Tiba tiba satu orang berhasil masuk ke kelas itu dan mengagetkan seseorang yang tengah asik menggambar. "Hayoh! Rara sedang ngapain kamu," teriak Selfi yang berusaha mengagetkan Rara. Namun Rara tidak sedikit pun kaget, justru raut wajah Rara tampak sendu. Selfi yang menyadari perubahan wajah Rara berusaha bertanya, "Ra, Rara kenapa?"

"Rara gak papa kok," jawab Rara sendu. "Kalau kamu ada masalah lebih baik cerita sama kakak. Mungkin kakak bisa bantu kamu," ucap Selfi membujuk Rara.

Rara hanya membereskan buku-bukunya dan segera untuk pulang ke rumah, namun tadi pertanyaan Selfi tidak di gubris Rara. Dan bahkan sekarang wajahnya makin lama makin layu seperti bunga yang tidak terawat. Sepanjang koridor juga Selfi tidak mau bertanya apa apa lagi kepada Rara, sampai mereka di parkiran seorang cowok tengah di papah memasuki mobil.

Rara tidak lepas dari pandangan itu, Membuat Selfi penasaran akan hal itu hingga ia akhirnya menatap ke arah yang sama. "Ra, kenapa?" Selfi bertanya lagi karena saking penasaran. "Kak, Rara merasa bersalah sama Gun," jawab Rara spontan.

"Gun, siapa Gun?" tanya Rara lagi.

"Gun itu adalah murid baru di kelas Rara tadi aku gak sengaja ngobrol sebentar di taman sekolah tapi pas aku kesal dan sebel karena ia mengejek ku akhirnya aku meninggalkan dirinya, ia merasakan kesakitan di bagian dadanya bahkan sampai pelajaran tadi pun ia masih kesakitan akhirnya ia di bawa ke UKS dan sekarang kakak lihat ia masih terlihat kesakitan, Rara takut terjadi apa-apa. Ini semua salah Rara," terang Rara yang langsung memeluk Selfi.

"Sudahlah Ra, Gun pasti baik baik saja. Ia tidak akan marah sama kamu," ucap Selfi yang membuat Rara sedikit tenang. "Lebih baik kita pulang yuk, kakak beli kan martabak telur kesukaan mu," aja Selfi.

Mereka akhirnya berjalan meninggalkan sekolah untuk pulang ke rumah, sebelum itu Selfi membeli martabak telur kesukaan Rara. Mereka langsung menaiki angkutan umum. Setelah sampai mereka langsung masuk kedalam dan disana mereka sudah di tunggu oleh Ramzi—Ayahnya Rara. Baik Selfi dan Rara sama sama bingung, hingga akhirnya Rara memutuskan untuk ke kamar duluan karena mungkin sebentar lagi ayahnya itu akan memarahinya.

"Ra, tunggu!" panggil Ramzi.

Rara berhenti namun tidak menoleh, terlihat helaan napas berat. Dan akhirnya ia berjalan kembali, namun kali ini Ramzi langsung menahan langkah Rara. "Ra tunggu, ayah mau bicara sama kamu?" tanya Ramzi.

"Ayah mau bicara apa lagi, ayah mau marahin Rara, ayah mau hina Rara, ayah mau nyiksa Rara. Silahkan yah, silahkan. Itukan yang ayah mau, ayah mau Rara mati karena Rara yang membuat ayah kehilangan Bunda Avi, Mama Yana dan papa Reza!" Rara berteriak sambil membentak Ramzi, Rara sudah paham betul kalau ayahnya akan memarahinya.

Ramzi masih mencengkeram tangan Rara, "LEPASIN RARA YAH! LEPASIN RARA! AYAH PUASKAN, SELAMA INI DOA AYAH TERKABUL AGAR RARA CEPAT MATI, DAN SEKARANG TINGGAL MENUNGGU WAKTU NYA. KALAU AYAH MAU MEMPERCEPAT KEMATIAN RARA! SILAHKAN MARAHIN RARA, SIKSA RARA ATAU PERLU GUNAKAN TANGAN AYAH UNTUK LANGSUNG MEMBUNUH RARA, BIAR AYAH PUAS!!!"

Ramzi langsung memeluk Rara yang masih meronta-ronta dan terus berteriak kepada ayahnya. Sementara itu Selfi hanya menangis melihat semua ini, Ramzi tahu selama ini ia bersalah sama Rara dan kemarin tepatnya menjadi hari dimana Ramzi mendapatkan tamparan dari Lesti. Dan Ramzi menyesali akan hal itu maka mulai dari sekarang ia berjanji akan melupakan masa lalu dan menyayangi anak yang selama ini di anggap pembawa sial itu.

Perlahan lahan Rara kehilangan kesadaran karena terlalu emosional dan menguras tenaganya. Melihat akan hal itu, Ramzi memangku Rara menuju kamarnya. Setelah itu Ramzi keluar dari kamar Rara membiarkan Rara berisitirahat di kamarnya, sementara itu Selfi sudah masuk ke kamarnya. Ramzi sampai lupa kepada Selfi hingga Ramzi berjalan menuju kamar Selfi.

"Sel, Selfi, ayah boleh masuk." Ramzi meminta izin kepada Selfi agar bisa masuk.

Pintu terbuka lebar dan terlihat Selfi membuka pintu itu dengan mata sembab dan terlihat linangan air mata yang masih tertahan disana. Ramzi akhirnya masuk dan langsung memeluk Selfi, "Sel. Jangan nangis papa selalu akan ada di dekat kamu. Walaupun papa memang bukan ayah kamu, tapi demi memenuhi wasiat ayah kamu. Kamu bisa menganggap ku ayah kamu sendiri," terang Ramzi kepada Selfi.

"Iya pah, Selfi tahu. Papa rela membagi kasih sayang papa kepada Selfi dan juga Kak Lesti. Selfi sayang sama papa," ucap  Selfi semakin mendekap pelukan nya.

"Oh ya pa, apakah penyakit Rara bisa di sembuhkan?" tanya Selfi. "Bisa sayang, yang penting sekarang kita akan beri semangat untuk Rara dan jangan lupa doa kan agar Rara bisa terus bersama kita," jawab Ramzi. "Iya pa, Papa janji sama Selfi ya pa, papa akan menyayangi Rara kan. Selama ini Rara sering cerita sama Selfi kapan Rara bisa dapat kasih sayang ayah? Kapan ayah dapat memaafkan Rara?"

Kalau Ramzi harus memutar waktu ke masa lalu memang benar. Dirinya terlalu membenci Rara hingga Ramzi lupa bahwa anak kandungnya bukanlah Selfi melainkan Rara. Biasa saja Rara marah dan kesal sama Selfi atau bahkan sampai membencinya, tapi Rara tidak pernah sama sekali membenci Selfi dan Lesti. Dan mulai sekarang Ramzi akan memberikan perhatian kepada Rara karena bagaimanapun Rara memang butuh semangat dari orang orang.

Kala mereka larut dalam kesedihan. Tiba tiba ada satu ketukan pintu rumah terdengar begitu jelas dan terus berulang ulang, membuat mereka sedikit terkejut dan penasaran. Ramzi dan Selfi menghapus air mata masing-masing. "Siapa pa?" tanya Selfi.

"Entahlah Sel, kalau gitu papa ke depan dulu untuk ngecek," jawab Ramzi.

Ramzi akhirnya berjalan meninggalkan Selfi dan sekarang beralih menuju suara di luar rumah yang terus mengetuk secara berulang kali. Dengan langkah cepat Ramzi menuju pintu utama, dan saat ia ingin membuka pintu itu ternyata tidak ada siapa siapa disana, Ramzi berjalan ke depan untuk memastikan ada seseorang yang bersembunyi. Tapi setelah ia cek tidak ada siapa siapa disini.

Ramzi tidak mau ambil pusing, kayaknya memang orang itu hanya iseng mengetuk pintu atau memang anak anak yang suka jahil seperti itu, akhirnya ia menutup pintunya kembali.

***

Tbc.

Yeyeyeye akhirnya Lis bisa update lagi. Bagaimana dengan bab ini, apakah kalian mulai suka jalur cerita ini. Terus kalian bertanya tanya? Siapa yang mengetuk pintu rumah keluarga Ramzi. Apakah ada orang jahat? Atau justru hanya kejahilan dari anak-anak saja?

Temukan jawabannya di bab selanjutnya!!?

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣

Lis_author

(TERBIT) DLS [3] Goodbye And Go ✓  حيث تعيش القصص. اكتشف الآن