BAB 7 | SAHABAT DAN DUGAAN

533 42 1
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Ipang - Sahabat Kecil

***

BAB 7 | SAHABAT DAN DUGAAN

Ini masih menjadi sebuah misteri dan akankah kisah ini berhasil bahagia, seperti yang selalu kita bahas, sahabat?

***

Keesokan harinya. Lesti, Ridwan dan Selfi tidur di kamarnya Rara. Rara pun tidak tahu kenapa semua kakak nya tidur disini tapi yang terpenting semuanya memang menyayangi Rara. Maka kalau Rara harus pergi meninggalkan mereka semua Rara akan senang karena akan ada orang-orang yang mau menangis kepergian.

Akhirnya Rara bangun dan melihat jam yang menunjukkan pukul 05:00 pagi. Seperti biasa ia menjalankan semua kewajiban nya sebagai seorang muslim sejati, dan tanpa Rara sadari satu mata tengah mendengar doa nya walaupun ia masih berat untuk bangun namun telinga nya masih mendengarkan apa yang di panjatkan adik kecil nya itu.

"Ya Allah ya Tuhanku. Aku sangat terkejut kala engkau telah memberi aku penyakit yang mematikan, aku tahu engkau sayang padaku tapi jangan ambil nyawaku dulu karena aku gak mau sampai mereka sedih dan menangis atas kepergian ku. Tahan aku ya allah aku belum merasakan pelukan dari seorang ayah dan aku juga masih ingin menikmati dunia ini walaupun dunia ini terasa penjara bagiku. Kabulkan lah doa ku ini ya Allah..."

Satu air mata lolos dan mulai membasahi tempat yang ia tiduri. Selfi tidak pernah membayangkan betapa sakit Rara kala di benci oleh ayahnya dan sekarang ia malah mendapatkan penyakit yang berbahaya. Sungguh beruntung Selfi walaupun lebih beruntung Rara karena masih memiliki ayah sementara Selfi beruntung bisa tumbuh sehat seperti remaja pada umumnya tanpa merasakan sakit apapun.

Setelah Rara selesai berdoa ia langsung menuju meja belajar dan membuka ponselnya, melihat beberapa pesan masuk di WA nya. Apalagi pesan dari Putri-sahabatnya yang menanyakan keberadaan nya. Rara tidak mau sampai sahabatnya tahu akan penyakit nya ini akhirnya ia membalas sambil mengalihkan pembicaraan kepada tugas belum ia catat selama 2 hari ini.

Rara sekarang berkutat dengan bukunya sampai tidak sadar bahwa semua kakaknya tengah memperhatikannya dan mulai pergi diam-diam takut membuat Rara terganggu. Sementara itu Selfi masih menatap Rara dengan sendu sampai akhirnya ia di suruh oleh Lesti untuk bersiap siap berangkat ke sekolah.

Sarapan pun tiba. Semua orang telah berada di meja makan, Ramzi sedang duduk di meja makan sambil membaca koran dan meminum segelas kopi. Lesti duduk sambil membawa setumpuk buku mata kuliahnya yang belum ia kerjakan selama 2 hari ini, Ridwan tidak ikut sarapan pagi karena harus buru buru ke kantor untuk mengerjakan pekerjaan nya sempat ia tinggalkan, sementara Selfi baru saja turun dari tangga dan mulai mendekati meja makan.

Dan terakhir Rara, Rara mulai menuruni anak tangga dan melihat ke arah meja makan suasana tampak seperti biasa hanya saja yang berbeda tiada kehadiran Ridwan-abangnya yang setia menunggu Rara. Ramzi menoleh dan menatap anak kandungnya-Rara dengan tatapan yang tidak bisa di tebak, menyadari akan hal itu Rara seketika turun dan, "Rara duluan," ucap Rara berlalu.

Melihat Rara yang pergi begitu saja membuat Selfi mempercepat makannya dan menyusul Rara. Sementara Ramzi yang ingin berniat baik kepada Rara di tolak mentah-mentah hingga membuat Ramzi makin merasa bersalah. Lesti yang melihat akan hal itu mencoba menenangkan papah nya itu.

***

Di sekolah Rara kini duduk di bangkunya. Dan mulai mengeluarkan benda kesayangan yaitu buku gambar dan juga pensilnya dengan cepat Rara mulai menggambar mengeluarkan imajinasi yang ada didalam otaknya. Tidak lama berselang datanglah Putri-sahabat Rara yang baru saja datang dan sudah di kejutkan dengan aksi Rara yang berkutat dengan gambar nya.

"Selamat pagi, Ra." Putri menyapa Rara yang kayaknya tidak akan di jawab oleh Rara karena saking asiknya. Putri pun duduk di bangku dan mulai melihat Rara yang sedang asik dengan dunianya, namun tidak lama berselang air mataku jatuh hingga terdengar satu isakan yang membuat Rara terkejut dan menghentikan aksinya.

"Lho Putri! Kapan kamu datang?" tanya Rara polos. Putri tidak menjawab pertanyaan Rara, tapi hanya menatap Rara dengan tatapan sendu nya. "Kamu kenapa? Hei kenapa kamu nangis?" tanya lagi Rara.

Putri langsung memeluk Rara dengan erat, "kenapa kamu gak bilang sama aku bahwa kamu sakit parah sih, Rara. Aku khawatir sama kondisi kamu, aku gak sanggup kehilangan kamu, hiks..hiks.." Putri menangis di pelukan Rara.

Rara terkejut "Kamu tahu darimana?" tanya balik Rara.

"Aku tahu dari Kak Selfi. Kalau aku gak tahu sakit parah aku gak bisa maafin diri aku karena aku gagal menjadi sahabat kamu," ucap Putri. Sebenarnya Rara tidak mau kalau Putri sampai tahu tapi semuanya sudah terlanjur tahu dan kayaknya sebentar lagi ia akan terkenal bukan karena bakatnya melainkan penyakitnya.

Rara memang anak berbakat di sekolahnya. Bukan hanya terkenal ceria dan baik akan tetapi karena ia jago dalam menggambar, bahkan karya sudah masuk beberapa pameran. Rara senang kalau di sekolahnya mengadakan pameran, Rara akan mengeluarkan semua kemampuan untuk di pamerkan. Mungkin suatu saat nanti ada mau melirik karyanya. Tapi sekarang mungkin dirinya akan makin terkenal karena penyakit. Rara tidak mau ia harus terkenal dari karya nya bukan penyakit nya.

Adegan itu harus terhenti gara gara Rara langsung melepaskan pelukan Putri dengan secara paksa karena beberapa siswa lain berhamburan masuk ke kelas dan kayaknya guru mata pelajaran akan segera memulai perjalanan. Rara dan Putri menghapus air mata masing-masing dan langsung duduk di bangkunya.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Ibu Erie-guru seni budaya.

"Pagi Bu." Jawab mereka cepat karena pandangan mereka kini telah menuju seseorang cowok yang tinggi, berkulit sedikit hitam berhidung mancung.

"Anak anak hari ini kita kedatangan murid baru. Gun, silakan perkenalkan nama kamu," titah Bu Erie. "Hallo, teman teman perkenalkan namaku Gunawan saya pindahan dari Maluku Utara, saya pindah kesini karena ikut Abang angkat saya," ucap Gunawan sambil memegang dadanya dengan tangan kanannya.

Semua menatap cowok bernama Gunawan, tidak terkecuali Rara. Akan tetapi Rara bukan melihat Gunawan karena ketampanannya melainkan tangan kanannya memegang dada nya. Hingga akhirnya berbisik kepada Putri, "Put, eh Put!" panggil Rara berbisik.

Putri menengok kebelakang dan "ada apa?" tanya Putri. "Kamu merasa aneh gak?" tanya Rara penasaran.

"Aneh gimana?" Putri bingung. "Itu tuh kenapa ia terus memegang dadanya, apa ia sakit." Rara semakin penasaran. Putri menghela napas "tanya aja sendiri, aku tidak penasaran sama hal itu tapi aku terpesona sama ketampanannya," kagum Putri.

"Yaelah Put, kirain apaan. Terus Hari mau kamu kemana in," ejek Rara. "Akh Rara gitu, gak asik tahu." Rara tahu Putri merajuk.

Akhirnya Gunawan berjalan seolah mendekati dirinya, akan tetapi ternyata tidak, ia sekarang duduk di bangku tepat disampingnya Rara. Rara terus melirik dari ujung matanya, sementara itu Gunawan juga tampak melihat ke arah Rara. Bukan orang nya yang ia lihat melainkan gambar nya, Gunawan penasaran apakah gadis itu adalah gadis di masa lalu yang menunggu dirinya di pintu surga sekitar 12 tahun yang lalu.

***

Tbc.

Yeyeyeye akhirnya Lis bisa update lagi. Bagaimana dengan bab ini, akhirnya Rara dan Gun, di pertemukan dalam keadaan yang biasa aja dan bahkan orang juga menganggap ini sudah basi atau terlalu klasik. Iya sih memang benar, tapi apakah kalian tahu di prolog kan. Rara dan Gun sudah di pertemukan?

Apa masih kurang pertemuan Gun dan Rara ini? Kalau kurang nanti Lis kasih di next bab ya.

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣

Lis_author

(TERBIT) DLS [3] Goodbye And Go ✓  Where stories live. Discover now