05. Find him

1.8K 286 77
                                    

"Biar ibu saja yang membereskan piringnya Hyelim, kau istirahat saja di sana," pinta Eunjae.

"Tidak apa bibi, badanku sudah cukup energi setelah seharian tidur," kata Hyelim sambil sibuk membereskan bekas piring makan dari para pelanggan kedai milik Eunjae.

Kedai makan milik Eunjae malam itu sedang tidak terlalu ramai pelanggan. Mengingat hari yang sudah semakin malam.

Eunjae menatap Hyelim dengan wajah iba. Kuliah dan bekerja pastinya bukan pilihan yang ingin anak itu ambil. Eunjae pernah meminta Hyelim untuk berhenti mengorbankan waktu istirahatnya dengan mengerjakan tugas-tugas demi sedikit uang, atau membantunya di kedai hingga larut malam. Tapi Hyelim menolak dengan alasan ini dan itu.

Anak malang itu juga selalu memberinya uang bulanan yang katanya untuk mengganti rumah yang digadaikan oleh ayahnya. Eunjae pernah menolak tapi Hyelim yang keras kepala memohon agar ia menerimanya uang tersebut jika ia benar-benar sayang pada Hyelim.

Semua uang Hyelim tidak pernah Eunjae pakai. Eunjae menyimpannya di tabungan atas nama Hyelim. Tentunya tanpa sepengetahuan Hyelim sendiri. Eunjae akan memberikannya kembali pada Hyelim suatu saat nanti.

"Berikan piring itu pada ibu," kata Eunjae mengambil paksa tumpukan piring dari tangan Hyelim.

"Bibi, aku sudah bilang kalau aku sudah sehat"

Eunjae melotot pada Hyelim.

"Ya... baiklah aku akan istirahat jika bibi memaksa," kata Hyelim patuh dan memilih duduk di dekat Eunjae yang kini sedang sibuk mencuci piring.

"Aku belum melihat Suinn seharian ini?," tanya Hyelim sambil mengedarkan pandangannya. Yang terlihat hanyalah beberapa pelanggan kedai yang sedang menyantap samgyeopsal yang berdesis dari panggangan.

"Dia akan datang jika perutnya lapar, kau tidak perlu mengkhawatirkannya," jawab Eunjae yang sudah hapal dengan kebiasaan anaknya itu. Hyelim hanya mengangguk.

Moon Suinn adalah anak kedua dari Eunjae. Eunjae menikah dengan ayah Hyelim saat Hyelim berumur 13 tahun. Suinn dan Hyelim menjadi teman sekelas saat Hyelim dibawa ayahnya pindah ke kota kelahiran Eunjae.

"Oh iya, bibi. Mungkin dalam beberapa hari ini aku tidak bisa sering-sering membantu bibi di kedai seperti biasanya," ucap Hyelim ragu-ragu sembari jarinya memainkan apron berwarna biru yang ia pakai.

"Sejak kapan kau harus selalu membantuku, sayang. Suinn-lah yang harusnya membantu, tapi mana buktinya? Anak itu hanya tahu bermain basket dengan teman-temannya," Eunjae tampak kesal.

Hyelim tersenyum tipis. Ia bisa membayangkan setelah ini Suinn akan di ceramahi habis-habisan oleh ibunya.

Eunjae selesai dengan semua piring-piringnya. Waktu perlahan beranjak dan menunjukkan hampir jam 12 malam, udara dingin mulai masuk dari jendela. Kedaipun sudah sepi dari pelanggan hanya tinggal kedua wanita itu saja yang kini saling duduk berhadapan.

Eunjae meraih tangan Hyelim. Ditatapnya jemari tangan Hyelim yang tampak kurus sambil sesekali mengelusnya penuh kasih. Lalu tangannya menyentuh wajah pucat gadis cantik dihadapannya itu. Tidak banyak ekspresi yang tercipta disana. Bukan tidak tercipta, tapi sengaja gadis itu sembunyikan dari semua orang.

Naluri seorang ibu yang pernah ditinggal selamanya oleh anak perempuannya membuat hati Eunjae sakit setiap kali melihat Hyelim. Hyelim harusnya bisa hidup bahagia tanpa perlu menanggung banyak beban dipundaknya. 

Hyelim harusnya bisa bermain berkumpul dengan teman-teman seusianya tanpa perlu berpikir dengan apa ia harus membayar biaya kuliahnya. Hyelim bahkan harusnya bisa merasakan apa itu jatuh cinta. Tapi Hyelim yang berada dihadapannya ini justru seperti cangkang tanpa isi. Dingin dan kosong.

IRREVOCABLE || JUNG JAEHYUNWhere stories live. Discover now