• 013 •

2.2K 451 64
                                    

A day for Sunshine
Be prepare.

Jangan lupa tinggalin vote dan komen yaa~
I'll be grateful for that!!

⚠⚠⚠
Istilah, nama kerajaan atau nama tempat yang mungkin ga pernah kalian dengar sebelumnya murni adalah fiktif belaka. Hanya karangan penulis aja.

"Oh great, ketakutanku sia-sia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh great, ketakutanku sia-sia."

Padahal tadi Haechan sudah takut kalau mereka akan dibawa Tuan Puteri ke hadapan kaisar untuk dihakimi karena telah membuat kekacauan di pusat kota tadi. Tapi ternyata mereka dibawa ke kediaman Tuan Puteri bahkan dijamu layaknya tamu.

"Maaf Tuan Puteri, tapi apa tidak salah?"

"Kenapa? Kau mau dihukum? Masih untung kalian ku jamu dengan baik. Mau dipenggal saja?"

'Kalau bukan tuan puteri sudah ku bejek-bejek mukanya. Ngeselin!'

Haechan berhenti mengata-ngatai Tuan Puteri dalam hatinya begitu dia ditatap oleh wanita cenayang itu.

"Maaf Tuan Puteri, tapi bagaimana anda bisa mengenal cenayang ini?"

"Dia tinggal di sebuah pondok di atas bukit. Aku bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu. Ternyata sudah beberapa lamanya dia tinggal di sana tanpa tanda kependudukan. Entah dia melarikan diri dari siapa tapi katanya dia dikejar-kejar orang yang hendak membunuhnya di Joseon."

Haechan dan Jisung saling bertukar tatap. Pasti orang suruhan Menteri Shin, itulah yang ada di pikiran mereka berdua saat mereka berkontak mata.

"Apa mereka orang suruhan Menteri Shin, halmeoni?"

"Ya, tapi saya berhasil kabur ke Dinasti Qing."

"Kenapa Menteri Shin mengejarmu? Apa halmeoni tahu sesuatu?"

"Saya tidak bisa menjelaskannya, saya pikir saya harus menunjukkannya. Tuan Puteri, biarkan kami pergi ke tempat saya."

"Kalian akan ku biarkan pergi setelah makan."

Haechan mungkin terlalu cepat menilai Tuan Puteri. Dia tidak sejahat yang ada di pikirannya.

Pondok yang ditinggali cenayang itu terletak di atas bukit, mengingatkan Haechan pada rumah milik nenek yang dia tolong waktu itu. Benar-benar persis. Tangga menuju ke pondok juga sama banyaknya dan sama terjalnya. Hanya saja kalau pada jamannya, kiri kanan ada banyak rumah bukan hutan seperti di era Joseon ini.

Begitu masuk ke dalam pondoknya, si cenayang itu langsung mengantarkan mereka pada sebuah kamar. Jisung langsung masuk melihat hanbok yang sudah terlipat dengan rapi di atas meja, juga dwikkoji dan norigae yang tampak sangat familiar baginya.

"Haechan!!"

"Ya? Aku di sini, Jisung."

"Bukan, maksudku... ini semua milik Haechan. Aku mengenalnya dengan sangat baik. Dia sering menggunakan norigae ini kalau bepergian keluar. Kalo Haechan ada di sini. Kau siapa?" Kata Jisung sambil memutar tubuhnya menghadap Haechan.

SUNSHINE ☀ -NoHyuck-Where stories live. Discover now