CHAPTER 29

5.1K 321 7
                                    

Argan segera berlari menuruni tangga.

"Argan mau kemana?" tanya bundanya

"Cherly kecelakaan bun, Argan ke rumah sakit Bunda."

Argan meraih kunci motor dan mengegas motornya dengan kecepatan tinggi. Tidak memperdulikan umpatan pengendara lain. Pikirannya kalut, takut terjadi sesuatu pada ratunya.

Sampai dirumah sakit, dia segera berlari menuju ruang UGD.
Terlihat Dion tengah duduk di depan  ruang UGD dengan wajah khawatir.

"Bang gimana Cherly?" tanya Argan dengan napas tersengal-sengal akibat berlari.

"Masih ditangani dokter.Dia parah banger gan."

Ucapan Dion membuat Argan meluruh ke lantai dingin rumah sakit. Dia takut, takut Cherly akan meninggalkan dirinya.
Tak lama kemudian bunda Argan datang diikuti teman Argan dan teman Cherly.

"Gimana Cherly?" tanya Maya dibalas gelengan pelan Argan.

Dimas berjalan menuju Argan dan menepuk pundak Argan untuk menenangkan.

"Dim gue takut Cherly ninggalin gue." suara Argan terdengar parau. Dia menangis.

"Lo tenang dulu, Cherly pasti baik-baik aja." ucap Dimas

"Perasaan gue nggak enak, gue takut gue takut  Cherly ARGGHH!!" Argan meninju dinding rumah sakit dengan keras. Membuat semua orang terkejut.

"Argan bunda yakin Cherly kuat." ucap Maya sambil memeluk putranya itu. Maya ikut menangis merasakan apa yang dirasakan putra sulungnya.

Dokter keluar dari ruang UGD. Dengan segera Argan bangkit.

"Gimana istri saya dok?" tanyanya bahkan sampai menyebut Cherly 'istri' saking kalutnya.

"Maaf pasien tidak dapat diselamatkan."Semua orang terkejut mendengar ucapan dokter.

Dem. Ucapan dokter sukses membuat jantung Argan seperti dihantam batu dengan keras. Ketakutannya terjadi. Pikiran negatif yang dari tadi bersarang di otaknya akhirnya terjadi.

"Gak mungkin." bantah Argan. Air matanya menetes kembali.batinnya bergemuruh hebat.

"Tapi ini memang kenyataannya."ucap dokter lagi

Argan berlari menuju ruang UGD. Hatinya terasa sakit melihat Ratu dihatinya terbaring lemah di brannkar dengan wajah yang pucat.

Kemudian dia mendekat ke arah Cherly.

"Wake up baby. Pliss stay with me. Don't leave me alone." ucap Argan sambil menggoyangkan badan Cherly.

Menggenggam erat tangan Cherly dan mencium kening Cherly berkali-kali. Air matanya mengalir semakin deras.

Semua orang tidak menyangka bahwa Cherly akan pergi secepat ini. Karin,Bella dan Dini menangis melihat temannya terbaring lemah.

"Pliss bangun, baru kemarin kamu bilang nggak akan ninggalin aku,mana janji kamu!"

"Kamu ingkar Cherly."

"Pliss bangun. Aku benci kayak gini!!"

"Bangun sayang. Jangan pergi. Kalo kamu pergi aku pulang kemana?" Argan terus berucap berharap Cherly mendengarnya dan bangun.

Semua orang di dalam ruangan itu ikut merasakan kesedihan Argan.

"Cherly plis,abang minta kamu bangun. Jangan tinggalin abang. Banyak orang yang sayang Cherly,kembali ya?!" Ucap Dion menangis. Tubuhnya merosot ke lantai. Dengan sigap Deni menahannya.

"Cher pliss jangan tinggalin gue. Nanti yang main sama gue siapa,bangun Cher!" Karin juga menangis histeris. Dimas disampingnya ikut merasakan kesedihan. Dimas menarik tubuh Karin kedalam dekapannya.

Argan meluruh ke lantai. Menangis meraung-raung. Dirinya hancur sehancur hancurnya. Pikirannya berputar kembali ke masa saat saat mereka bersama. Saat dimana mereka tersenyum dan tertawa bersama.

Teringat saat mereka sama sama berjanji untuk tidak meninggalkan. Namun apa?

Cherly meninggalkannya tanpa pamit. Meninggalkan sakit yang teramat sakit di dada lelaki itu. Haruskah berakhir seperti ini?

Sesak. Sungguh sesak yang dirasa sekarang. Kenapa tuhan begitu jahat kepadanya?

"Pliss wake up." lirih Argan sambil memegang dadanya yang nyeri. Jantungnya seakan diremas begitu keras, meninggalkan rasa yang begitu sesak.

Kini tak ada lagi senyum hangat ratunya, tak ada lagi tawa yang mengisi hari-harinya. Apakah ini akhir dari cinta mereka?

'Tentang takdir, pantaskah jika dirinya membenci takdir? Bahkan hatinya mengatakan jika tuhan tidak adil'

ARGAN'S [END]Where stories live. Discover now