Kindergarten-Yuuki Makoto

1K 88 5
                                    

“[Name]-chan, kalau tahu begini aku tidak akan ikut...” Makoto memprotes kepadamu saat kalian sedang berjalan bersama.

“Tenang saja, kau pasti bisa!” Kau menepuk punggung Makoto untuk memberikannya semangat, meskipun itu hanya membuatnya mengaduh kesakitan dan semakin galau.
“Tapi pekerjaannya berhubungan dengan anak-anak... Berurusan dengan orang lain saja aku kesusahan apalagi dengan anak-anak, mereka pasti tidak akan menyukainya.”
“Anak-anak itu sudah tahu kita akan datang hari ini kok, tidak mungkin mereka akan bertingkah jahat. Tenang saja, aku akan menemanimu jika ada masalah.” Kau berusaha menenangkan Makoto dan dia hanya menatapmu sesaat lalu tersenyum dengan terpaksa. Tanpa kalian sadari, TK yang akan menjadi partner kerja kalian hari ini sudah berada di depan.

Beberapa hari lalu kau menawarkan pekerjaan pada Makoto, mengingat Trickstar sedang luang untuk beberapa saat dan kau merasa Makoto akan cocok dengan pekerjaan ini. Pekerjaan kali ini adalah dokumenter yang diminta oleh stasiun TV. Mereka ingin rekaman aktivitas antara para idol dengan anak-anak dan kau memohon kepada Makoto agar dia mengambil pekerjaan ini karena tidak ada siapapun yang cocok serta memiliki waktu kosong selain dia. Karena dokumenter tentu saja memerlukan rekaman kamera, Makoto mengetahuinya dan karena itu kau mencoba meminta tolong kepada stasiun tersebut agar kau saja yang merekamnya setelah menjelaskan keadaan Makoto, syukurnya mereka memperbolehkannya.

Kalian melihat dari luar gerbang, masih ada beberapa anak yang sedang bermain di luar. Salah satu anak menyadari keberadaan kalian dan bertatapan dengan kalian. Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya memanggil anak-anak yang lain kemudian semua melihat kearah kalian.
“SENSEEEEEIIIII!! ADA ORANG ANEH!” Mereka berteriak bersamaan dengan sangat lantang sambil menunjuk kalian yang kaget dengan tingkah mereka tiba-tiba. Guru-guru yang mendengar teriakan mereka langsung muncul dari dalam dan melindungi mereka sebelum mereka melihat ke kalian dengan curiga. Mau tidak mau kau harus masuk ke dalam dan menjelaskan siapa kalian sambil ditatap tajam oleh para anak-anak.

“Ahhh, maaf, maaf! Akan kujelaskan pada anak-anak. Tunggu sebentar ya. Tapi emm, bagaimana dengan lelaki itu?” Dia menunjuk kearah Makoto yang masih menunggu di luar sambil mengintip.
“Ah iya, dia Makoto Yuuki, idol yang dimaksud.” Kau mengisyaratkan untuk menyuruh Makoto masuk dan dia berjalan ke dalam, tentu saja masih ditatap curiga oleh anak-anak itu.

“Anak-anak, ini yang sensei bicarakan kemarin. Dia seorang idol dan kalian akan direkam bersamanya hari ini. Sensei bisa percaya kalian anak baik ‘kan?”
“Bisa sensei!” Ucap semuanya bersama, setelah mengecek beberapa hal lagi denganmu, guru-guru lain kembali menuju kelasnya masing-masing, hanya tersisa 1 yang di sana untuk menjaga kalian semua.

Makoto dan dirimu menghampiri para anak-anak yang masih sedikit canggung dengan kalian. Sejujurnya Makoto juga masih tidak yakin dia dapat disukai oleh anak-anak, tetapi demi pekerjaan.
‘Mereka imut kok Makoto, tenang saja, tenang.’ Batin Makoto ke dirinya sendiri kemudian berjongkok agar dapat melihat mereka dengan lebih jelas.
“H-hai! Namaku Makoto Yuuki, seorang murid di yumenosaki, kalian tau?” Makoto tersenyum kepada mereka, beberapa menjadi sedikit lebih tenang sedangkan beberapa juga ada yang masih canggung.
“Ah, dan aku [Name], sekolahku sama dengannya tetapi aku seorang produser.” Kau juga memperkenalkan dirimu sambil memegang kamera untuk merekam mereka semua, syukurlah tidak ada murid yang membenci kamera di sini.

“Kalau tentang idol aku tau! Mereka yang menari dan menyanyi di atas panggung ‘kan! Mama sering menontonnya di rumah!” Salah satu anak perempuan dengan rambut kepang menjawab pertanyaan Makoto dengan ceria. Makoto menghela nafas lega dalam hati setidaknya ada yang membalasnya.
“Iyap! Meskipun aku belum sehebat itu sih.” Makoto menggaruk belakang kepalanya dan tertawa pasrah.
“Tapi kau tidak terlihat seperti idol. Yang di tv biasanya tampan! Kak Makoto culun!”

Makoto terdiam sesaat mendengar itu tetapi tidak lama kemudian dia tersenyum kembali.
“Haha, aku sadar kok kalau tentang itu. Tapi kak Makoto tiap hari berusaha agar orang-orang bisa menyukainya meskipun tampilannya culun begini!” Ucapnya dengan ceria seolah telah terbiasa dengan itu. Mereka semua tampak kagum dengan balasannya yang antusias itu.
Sejujurnya hati Makoto retak dan sedih sih mendengarnya, tapi kau percaya dia tidak mungkin pergi hanya karena komentar seperti itu. Makoto melihat sesaat kearahmu dan kau mengatakan ‘nice job!’ tanpa suara padanya. Makoto tampak menyukai itu dan kembali bersemangat.

“Cukup dulu tentangku, kalian mau memperkenalkan diri kalian padaku?” Tanya Makoto pada mereka, anak-anak telah sedikit lebih terbuka padanya dan mulai memperkenalkan diri mereka pada Makoto yang berusaha susah payah untuk mengingatnya satu persatu hingga sedikit kewalahan. Setelah semua itu selesai, Makoto mengajak mereka untuk kembali bermain, meski beberapa diantara mereka memaksa Makoto untuk bercerita saja sih.
“Hmm, kita main dulu, setelah kalian lelah baru aku akan bercerita, bagaimana?” Tawar Makoto pada mereka, dan mereka setuju dengan itu lalu Makoto pun pergi menemani mereka bermain. Latihan idol ternyata tidak sebanding capeknya dengan mengurus anak-anak, 30 menit setelah Makoto mengajak mereka bermain, malah dia yang kelelahan terlebih dahulu, memang energi anak-anak tidak boleh dianggap remeh.

“Kak Makoto ayo maaaiiinnnn!!” Salah satu anak menarik Makoto yang nyaris tepar untuk lanjut bermain kejar-kejaran. Makoto menarik nafasnya yang tersengal-sengal dan menahan lengan anak itu.
“Sabar, kak Makoto gakuat, sebentar ya. Sebentar...” Makoto terduduk di tempat, kau memutuskan untuk beristirahat sebentar dan menyimpan kameramu. Setelah itu kau mengambil sebotol air dan memberikannya pada Makoto yang sedang dikelilingi anak-anak yang tidak mau lepas darinya.

“Kita istirahat dulu, terima kasih atas kerjakerasnya Makoto-kun. Kau terlihat sangat senang ‘loh!” Katamu sambil meminum airmu sendiri. Kau melihat ke sekeliling kalian, anak-anak itu tampak seperti sedang menunggu Makoto untuk kembali sedangkan Makoto masih kelelahan. Kasihan dengan mereka, kau memutuskan untuk menawarkan dirimu bermain dengan anak-anak itu.
“Eh, tidak apa-apa? Tapi aku masih bisa kok!” Protes Makoto yang berusaha untuk berdiri tetapi kakinya masih bergetar.
“Tidak apa-apa, kau istirahat saja dulu, lagipula beberapa anak nampaknya ada yang menunggu kau bercerita. Habiskan saja dulu waktumu dengan mereka.” Jelasmu kemudian mengikuti anak-anak yang ingin lanjut bermain.

Makoto mengajak anak-anak yang lain untuk pergi ke tempat yang lebih teduh, dan dia mulai menceritakan rasanya menjadi idol pada mereka sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
“Kak Makoto, kak Makoto.” Panggil salah satu anak.
“Hm?”
“Kak Makoto suka pada kak [Name] ya?” Tanyanya dengan polos, mata Makoto terbelalak sesaat karena kaget dengan pertanyaan itu.
“Ahaha, jelas banget ya? Tapi jangan kasih tau ke kak [Name] ya.” Makoto mengelus kepala anak itu, tidak membantah pertanyaannya.

Sesekali dia melihat ke tempatmu yang sedang mengejar anak-anak yang lain, tertawa bebas dengan mereka. Ternyata pekerjaan ini tidak buruk juga, dia bahkan tidak merasa seperti direkam daritadi dan anak-anak ternyata menyukainya. Mungkin lain kali dia dapat membawamu kesini lagi untuk bertemu dengan mereka.

-the end-

From A to Z [Ensemble Stars! oneshots collection]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora