Unhappy-Ibara Saegusa

1.4K 125 1
                                    

“Ibaraaaaa.” Kau memeluk manja Ibara yang sedang memeluk sesuatu juga, laptop kesayangannya.
“Iya ada apa sayang?” Tanya Ibara santai sambil mengetik di laptopnya, tidak melihat sedikitpun kearahmu.
“IBARAAAAAAA.” Panggilmu semakin menjadi-jadi dan malah meremas badannya, bukan memeluknya lagi. Ibara mau tidak mau mengalihkan pandangannya sebentar dari laptopnya dan menatapmu, tersenyum tapi tampak jelas tidak senang.

“Ada apa?” Tanyanya pendek singkat jelas.
“Bosan.” Kau mengatakannya sambil cemberut, masih tidak ingin melepaskan pelukanmu.
“Sabar ya, sebentar lagi kok rencanaku akan selesai.” Ucap Ibara, terdengar sedikit nada paksaan di kata-katanya.
“Terakhir kali kau mengatakan itu, rencananya baru jadi sebulan kemudian.”
“Bahkan rencana peperangan tidak disusun dalam semalam ratuku.” Ibara mencubit hidungmu lalu melepaskannya. “Jadilah anak yang baik ya, saat ini selesai aku akan menemanimu kok, aku masih harus menyusun dialog untuk Kakka yang akan tampil sebentar lagi.”
“Sebenarnya pacarmu itu aku atau Nagisa sih.” Kau mengomel kemudian mengeluskan kepalamu ke punggung Ibara.
“Kamu kok. Sudah ya, aku harus kembali mengurus ini.” Selesai mengatakan itu, Ibara membuka ponselnya dan mulai menelepon lagi dan berbicara dengan penuh semangat.
“Dasar ular.” Ucapmu saat melepasnya, tampaknya dia mendengarmu kemudian menyentil jidatmu. “SAKIT!” Kau memukul lengannya meskipun tidak berefek apa-apa kemudian berjalan keluar meninggalkan Ibara.

Kau mulai menggambar-gambar di pasir dengan ranting kayu yang kau temukan tadi setelah turun ke lapangan di bawah. Sekolah ini tidak menarik, kebanyakan murid hanyalah mengejar murid-murid yang handal dengan harapan bisa menjadi mereka juga. Tidak ada yang ingin menjadi temanmu selain member Adam, kebetulan Nagisa juga sedang memiliki pekerjaan lain sekarang sedangkan murid lain tidak ingin mendekatimu sehingga yang bisa kau lakukan hanya menggambar seperti ini.

Terakhir kali kau memiliki waktu bersama Ibara itu hanya sehari, 3 bulan lalu. Sisanya? Ya begitu, selingkuhan dan rival terbesarmu adalah laptopnya yang penuh dengan data-data yang dia dapatkan setelah berbagai transaksi. Saat dia bertemu dengan laptop itu, duaar kau langsung dilupakan kecuali kau mengganggunya seperti tadi. Tentu saja kau mengetahui juga bahwa lelaki berambut merah itu bukanlah manusia yang paling suci dan polos di dunia ini.

“Ibara bego.” Kau menggambar ular berkacamata di pasir lalu mencoret-coretnya. Kau melakukan hal tidak berguna seperti itu sekitar 20 menit karena kekurangan kerjaan juga. Tidak ada tanda-tanda Ibara akan segera keluar dari ruangannya.
Ibara tidak menyukai PDA, dia memiliki bakat untuk merubah sifatnya sebagaimana orang lain menginginkannya. Kau mengetahui hal-hal romantis yang dia lakukan itu 90% hanya agar kau dapat membiarkannya sendiri untuk sementara dan 5% nya agar kau senang. Memancing emosi memang, tapi 5% nya adalah kejujuran, dan kau menyukainya hanya karena 5% itu.

“Ibara bego, Ibara ga pekaan, Ibara uler!” Kau mencoret-coret pasir itu dengan lebih keras, syukur ruangan Ibara itu soundproof jadi tidak terdengar suara makianmu padanya.

....

.......

“Huh, malah tertidur.” Ibara menemukanmu yang terlelap sambil bersandar di depan pintunya dengan nyenyaknya. Ibara turun dan menatapmu, melihatmu terlelap dengan tenangnya meskipun dia ataupun orang lain bisa saja melakukan apapun kepadamu jika kau bertingkah seperti ini. Dia menyadari ada bekas pasir di tanganmu, kemudian melihat ke bawah, dia dapat melihat coretan kata bego besar di sana.

“Kau merusak nama baikku tau.” Komentarnya, dia akan meminta seseorang untuk membereskannya nanti. Lagipula tidak akan ada yang percaya dengan tulisan itu di Shuetsu, tapi ya jaga aman sajalah.
Ibara kembali ke tempatmu kemudian duduk di sebelahmu kemudian mendekati telingamu untuk membisikkan sesuatu. Karena risih dan merasakan tanda bahaya, kau langsung terbangun sebelum dia dapat membisikkannya.

“Ibara?” Tanyamu setengah sadar, siapa tau kau hanya berkhayal.
“Iya ada apa ratuku?” Ibara tersenyum manis, semanis permen gulali pakai susu kental manis.
“Hapus senyuman itu, bikin kesal.” Komentarmu sambil mencubit pipinya.

“Apa saja yang kau tulis di bawah itu?” Ibara mengangkat tanganmu yang memiliki bekas pasir dan menatapmu untuk memaksamu menjawab.
“Kau bego.” Tanpa dia melakukan hal itu, kau juga akan mengatakannya ke wajahnya.
“Jika aku bodoh, aku tidak akan menyusun strategi bagi Eden, jadi pernyataanmu itu tidak sah.” Jelasnya, kau mengabaikannya karena tidak peduli. “Kau selalu tampak tidak senang saat bersamaku. Kau tidak menyukaiku?” Lanjut Ibara.

“Ternyata kau peduli juga jika aku tidak senang.” Ucapmu dengan nada penuh sarkas.
“Tentu saja aku mengingat hal tentangmu dan tentang kita!” Ibara membalasmu dengan ceria seolah tidak ada dosa.
“Jadi, kapan terakhir kali kita menghabiskan waktu bersama tanpa kau memedulikan pekerjaanmu?” Tanyamu, tersenyum dengan rasa marah.
“3 bulan 11 hari lalu, hari senin tanggal 19 Maret, jam 2 siang hingga 7 malam. Tuh ‘kan ingat.”

“Justru karena itu aku marah, itu sudah sangat lama tau!” Kau mencoba memukul Ibara, sebelum dia menahan tanganmu itu.
“Ohoho, maaf, wajahku kalau bisa jangan disentuh ya, aset terbesar keduaku selain pikiranku!” Ibara tertawa, membuatmu semakin kesal. “Tapi memang juga sudah cukup lama. Aku memiliki waktu kosong setelah live Eden di akhir bulan. Hm hmmm, biarkan aku melihat jadwalku.” Ibara membuka ponselnya dan mengecek kalendernya.
“Yap, aku memiliki waktu kosong selama beberapa hari setelah itu.” Ibara berkata dengan senang.

“Lalu?”
“Ayo pergi berkencan, akan kutinggalkan laptopku. Kalau perlu kumatikan ponselku, bagaimana?”
“Kau memang ular ya.” Komentarmu atas tindakannya yang sangat sangat sesuai dengan harapan dan isi hatimu. “Baiklah, berikan 24 jam waktumu bagiku dan aku akan memaafkanmu.” Ucapmu dengan senyuman tenang pada Ibara.
“Apa maksudmu hanya 24 jam? Darah dan dagingku dan segalanya milikku adalah milik ratuku. Mana bisa aku membiarkan ratuku tidak bahagia saat bersamaku. Percayalah bahwa diriku yang kutunjukkan padamu adalah diriku yang sesungguhnya.”

Yep, memang sudah kuduga manusia yang kau sukai ini adalah ular, apalagi yang bisa kau lakukan selain menerima fakta itu.

“Ibara.”
“Iya?”
“Aku menyukaimu.”
“Fufu, tentu saja Ibara Saegusa ini juga menyukaimu.”

Kalian berdua hanya dapat tertawa mendengar perkataan kalian masing-masing. Memang hubungan yang aneh. Mungkin besok-besok kau harus mulai merencanakan untuk melempar laptop Ibara keluar jendela.

-the end-

From A to Z [Ensemble Stars! oneshots collection]Where stories live. Discover now