2. Karena Mea!

3.2K 365 15
                                    

Dengan berat hati dan kaki dia menuju ruangan lelaki es itu walaupun sulit meminta izin pada karyawan yang di lobby tadi. Namun lelaki itu mengizinkan Prilly ya karna dia butuh obat itu. Bukan karna ingin bertemu Prilly. Perusahaan ini begitu luas membuat Prilly lelah berjalan. Akhirnya dia tiba di depan pintu ruangan lelaki itu.

Tok tok tok

"Mas-"

Hatchim

"Suk,"

Wah, Prilly terkaget ruangan ini dipenuhi tissu, seperti lautan tissu. Prilly berjalan pelan-pelan menghindari tissu tissu itu.

"Cepatlah!"

Hatchim

Prilly menyodorkan tas yang ia bawa. Berisi minum, obat, nasi, dan sup yang dibuat Lastri. Tetapi lelaki itu malah langsung meminum obat bukannya malah makan terlebih dahulu.

"Pak Zehan makan dulu."

Dia tidak mendengarkan Prilly. Obat itu sudah meluncur masuk perutnya. Ah menyebalkan!

"Maaf Pak Zehan ini semua salahku."

"Pak? Bapak?!"

Prilly mengangguk.

"Saya bukan Bapak kamu!"

"Maaf Om Zehan,"

Mata lelaki itu membulat.

"Apa saya menikahi Tantemu!"

Prilly malah menggeleng. Ya Tuhan! gadis ini kenapa? Frustasi pria itu.

"Jadi aku harus manggil apa?"

"Panggil saya Ali,"

"Hah?"

"Kamu tuli?"

"Tapi Buk Lastri memanggil Zehan,"

"Zehan-"

"Ali."

"Zehanali." Sambungnya. Prilly ber'oh ria karna baru paham.

"Orang yang memanggil saya dengan panggilan Zehan hanya untuk orang terdekat. Kamu orang asing." Prilly hanya diam saja. Ali malah meliriknya bingung.

"Kenapa masih disini? Pulanglah!"

"Ali harus habiskan nasi dan soup nya dulu."

"Saya gamau."

"Kalau gamau, aku yang makan nih."

"Yasudah, habiskan."

Prilly mengambil kotak nasi dan soup itu dibawanya ke meja untuk tamu yang ada di ruangan Ali.

What?!

Ali mengira perempuan ini hanya bercanda ternyata tidak. Dia memakannya dengan lahap dan sangat menikmati. Sesekali Ali melirik dan beralih ke komputernya. Kenapa dia tidak fokus? Ah sial!

"Cepatlah makan dan pulang. Kamu membuat saya risih." Prilly hanya mengangguk. Bukannya pulang setelah makan Prilly malah mengutip tissu yang ada di ruangan Ali, memasukkannya ke tong sampah.

Ali benar-benar pusing sekarang tidak bisa fokus dengan kerjaannya. Karna tak biasa ada orang di ruang kerja nya apalagi sosok wanita. Ali akui ponakan Bik Lastri ini cantik, manis dan lucu. Tidak mirip sama sekali dengan Lastri.

Ali memakai jasnya yang sedari tadi menyelimuti kursinya.

"Kemana?"

"Pulang,"

"Tapi ini masih jam 1 siang."

"Suka-suka saya lah. Saya yang punya." Rasanya Prilly ingin mencubit bibir lelaki tak berperasaan ini.

Sepuluh BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang