4. Mencari Pekerjaan.

2.7K 310 10
                                    

"Permisi, apakah ada lowongan kerja disini?"

"Maaf, tidak ada."

"Apakah membutuhkan karyawan lebih?"

"Maaf, belum."

"Saya ingin melamar kerja disini."

"Maaf, kami tidak menerima tamatan sekolah SMA."

"Maaf kamu kurang tinggi untuk syarat menjadi karyawan kami."

Maaf, maaf dan maaf. Mereka hanya bisa mengatakan itu. Berulang kali dia masuk ke perusahaan kecil bahkan sebuah toko atau restoran. Tidak ada peluang sama sekali.

Kaki Prilly keram karna asik berjalan dari sana kesini. Rasanya ingin menangis tetapi ditahannya. Matahari tepat berada di atas kepalanya. Ia memutuskan untuk membeli minum disebuah warung. Wajahnya memerah karna kepanasan, keringatnya bercucuran. Saat ia minum mata hazelnya mengikuti seorang wanita separuh baya yang cantik nan anggun menyebrang jalan.

Awas!

Cittt

Wanita separuh baya itu di bawa Prilly ke tepi sehingga mereka terguling.

"Woi jangan kabur!" Teriak Prilly pada pengendara itu.

"Ah," Wanita itu meringis kesakitan. Prilly membawa wanita itu ke warung yang ia singgahi tadi. Memberikannya sebotol minum air mineral.

"Ibuk gapapa kan?"

Tak ada jawaban.

Untung saja wanita yang diselamatkannya itu tidak apa-apa. Tapi siku nya seperti perih, dilihatnya ternyata luka kecil.

Wanita separuh baya itu sangat syok lalu menelpon seseorang.

"Zhefran,"

"..."

"Mama diserempet motor."

"..."

"Jemput Mama dipersimpangan jalan."

"..."

Yang benar saja wanita ini tidak mengucapkan terima kasih sama sekali. Jangankan terima kasih. Menatap Prilly saja tidak. Sibuk menonoh sebotol air itu dengan gemetaran. Ditariknya nafasnya dari hidung lalu dikeluarkannya dari mulut berulang kali.

"Terima kasih udah nolongin saya." Wanita itu menatap Prilly setelah menenangkan dirinya. Ia kaget ketika melihat siku tangan kanan Prilly tergores.

"Ah, tangan kamu!"

"Gapapa kok Buk." Prilly menyembunyikan tangan kanannya ke belakang.

"Tapi saya merasa bersalah." Ujarnya dengan raut sedih. Lalu mencari dompetnya di tas mengambil uang berwarna merah muda beberapa lembar.

"Nih buat kamu," Wanita itu menyodorkan uang itu kepada Prilly. Prilly menolak cepat.

"Ga Buk, saya ikhlas kok." Sebenarnya dia butuh uang untuk mencari kontrakan agar tidak tinggal di apartemen lagi. Tetapi dia benar-benar ikhlas. Teringat akan kata-kata Lastri.

"Udah seharusnya kita sesama mahluk hidup buat nolongin satu sama lain kan?"

Prilly tersenyum, perkataan Lastri sudah ia jadi panutan layaknya seorang anak yang mencontoh hal baik dari ibunya.

"Kalau begitu, izinkan saya menolong kamu juga."

"Kerja? Kamu lagi cari pekerjaan kan?" Sambungnya, Prilly memberikan ekspresi bingung bagaimana wanita ini mengetahuinya.

"Kok Ibuk tau-"

"Itu,"

Tunjuknya pada meja di warung ternyata amplop besar bewarna coklat itu ada disana.

Sepuluh BulanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora