13. Liburan?

2.6K 303 10
                                    

Hampir 3 hari Ali dan Prilly di kampung Lastri. Berkeliling kampung bersama Lastri tentunya membuat Prilly sangat bahagia. Karena ini hari terakhirnya di rumah Lastri. Prilly akan bermain-main lagi ke sawah Lastri yang indah. Sedangkan Ali tidak ikut karena katanya kotor dan terlalu kekanakkan bermain di sawah. Ali hanya berdiam di rumah saja, selama Prilly keluar bersama Lastri. Ali yang mulai jenuh hanya memainkan handphonenya di rumah Ali pun memilih menyusul Prilly dan Lastri di ladang. Memakai kaos hitam dengan celana pendek berwarna cream dilengkapi sendal jepit tentunya. Hanya jalan beberapa langkah dari rumah Lastri dapat Ali lihat Prilly sudah menancapkan padi di lumpur bersama Lastri dengan penuh kebahagian. Ali memotret Prilly dari kejauhan. Sangat indah pemandangan dihiasi bidadari bukan?

"Yeaay Ali datang!"

Ali pun tersenyum lirih lalu memilih duduk di pondok di dekat sawah itu. Prilly yang melihat Ali hanya duduk di pondok itu menghampiri Ali dengan tangan dan kaki penuh lumpur.

"Li sini yuk main, seru tau!" Ajak Prilly.

"Saya tidak mau."

"Ayoklah Li, sekali-kali nanti kan bisa di basuh." Kekeh Prilly yang masih memaksa Ali ikut bermain dengannya. Lastri yang mulai menjauh karena harus menanam padi di petakan lain itu pun tersenyum melihat dua orang yang ia sayangi bisa bahagia bersama.

"Ih ga asik banget sih!" Prilly mulai cemberut tetapi Ali masih tidak mengubris dirinya. Akhirnya pikiran jahil Prilly datang. Di sentuhnya lengan Ali dengan jari telunjuknya yang penuh lumpur.

"Apa yang kamu lakukan!" Prilly yang tidak takut dengan Ali malah menarik dua belah lengan Ali ke dalam lumpur. Ali sangat kesal karena dirinya ikut kotor seperti dirinya. Prilly malah tersenyum dengan puas tertawa melihat ekspresi Ali yang lucu.

"Oh kamu nantangin saya?" Ali mengenggam lumpur menempelkannya pada pipi Prilly. Prilly membulatkan matanya kaget.

"Ih Ali jorok tau! Jangan ke wajah dong!" Protes Prilly pada Ali tetapi malah tertawa kecil.

Prilly yang melihat Ali tertawa dengan sembunyi itu pun tersenyum. Baru kali ini dia lihat lelaki dingin itu tertawa seperti itu. Sangat manis. Prilly pun membalas menempelkan lumpur pada wajah Ali yang berakibatkan mereka bertempur lumpur di sawah dengan bahagia. Bukannya menolong Lastri tetapi mereka malah bermain dengan asik. Lastri tentunya tidak akan marah, mereka terlihat bahagia mana bisa Lastri marah.

"Udah Li,  nyerah-nyerah!" Ujar Prilly pasrah karena mereka sudah seperti hantu lumpur.

"Aduhh pengantin baru romantisnya!" Lastri pun datang menghampiri duduk di pondok. Prilly cengengesan sedangkan Ali hanya diam.

"Udah Prill, ajak Ali ke sungai yang kita datangi kemaren. Basuh badan kalian disana."

"Okee Buk!"

Prilly pun mengajak Ali ke sebuah sungai yang banyak dionggoki batu kecil hingga besar. Airnya jernih dan sangat deras.

"Ayuk Li, sini!" Ajak Prilly karena Ali hanya diam tidak mendekati aliran sungai itu. Prilly sudah dari tadi membasuh semua badannya sehingga membuat lekukan badannya jelas. Ali pun memilih membersihkan badan karena merasa sudah gatal dan risih. Saat Prilly ingin beranjak dari aliran sungai itu. Dia menginjak batu yang cukup besar dan terkilir.

"Aduhh sakit!" Prilly meringis terduduk. Ali yang melihat itu pun menghampiri Prilly.

"Kamu selalu merepotkan." Ujar Ali tapi malah mengarahkan Prilly untuk naik ke punggungnya.

"Aku berat." Ucap Prilly malu karena merasa tidak nyaman jika Ali menggendongnya dalam keadaan seperti ini.

"Cepatlah! Saya kedinginan!" Prilly pun menaiki punggung Ali. Mengalungkan tangannya pada leher Ali. Ali menangkup pantat Prilly. Menahan agar tidak terjatuh. Dengan hati-hati Ali pijaki beberapa batu kecil itu lalu menjauh dari sungai.

"Mendekatlah lagi. Dadamu terlihat jelas karena baju basah itu!"

"Apa?!"Hampir saja Prilly ingin menampar pipi Ali. Hey! Apakah ini termasuk pelecehan?

"Saya tidak ada maksud lain. Lihat, disana lelaki sangat ramai." Jelas Ali membuat Prilly mengalihkan pandangannya.

Dan ternyata benar disana banyak sekali lelaki yang nongkrong dilihatinya baju yang ia pakai kaos lengan pendek berwarna biru itu memang agak ketat. Tetapi sebelum basah tadi tidak terlalu ketat sama sekali. Prilly yang awalnya ragu mulai sedikit mendempetkan dadanya pada punggung Ali karena mereka akan melewati kerumunan lelaki itu. Di kalungnya leher Ali makin kuat dan membenami wajahnya pada tengkuk Ali karena malu tidak ingin dilihat lelaki tongkrongan itu. Ya Tuhan! Disatu sisi Ali malah menahan sesuatu. Tetapi dia tidak ingin Prilly dilihat oleh orang banyak dengan pakaian seperti itu.

"Sudah! Menjauhlah!" Peringat Ali lalu Prilly agak menjauhkan badannya pada Ali. Prilly sangat canggung dalam keadaan seperti ini. Dia ingin turun tetapi kakinya sangat sakit.

"Makasih ya Li,"

~Sepuluh Bulan~

Akhirnya Ali dan Prilly tiba di apartemen setelah melakukan perjalanan jauh. Prilly sangat bahagia menikmati liburan ini. Tetapi tidak tau dengan Ali. Karena selama di rumah Lastri Ali tidur di mobil tiap malam lalu bangun lebih awal agar tidak dicurigai oleh Lastri. Lelaki itu membuat Prilly selalu memikirkannya akhir-akhir ini. Ali memang terlihat tidak berperasaan tetapi dia sangat perhatian dan baik. Dia tidak terlalu pandai mengungkapkan dari perkataan tetapi ia sangat cepat dalam tindakan.

"Mea! Aku pulang!" Prilly pun memeluk Mea dengan penuh rindu.

Meoow meoow

Sepertinya Mea juga merasakan hal yang sama. Ali duduk di ruang tamu untuk beristirahat sejenak karena lelah menyetir. Prilly pun memberi Mea makan lalu mendatangi Ali yang sedang menutup mata itu.

"Mau aku buatin minum?" Tawar Prilly tetapi Ali tidak menjawab.

"Li.."

Sepertinya lelaki itu sangat lelah tertidur dengan posisi duduk. Prilly pun merebahkan Ali di kursi tamu itu. Ditatapnya lelaki yang memiliki bulu mata lentik dan alis tebal itu. Sangat menentramkan jika tidur. Sebenarnya Prilly ingin mengucapkan terima kasih tetapi Ali malah tertidur. Prilly pun memilih membersihkan diri karena hari sudah mulai senja.

"Li makan yok!" Prilly berusaha membangunkan Ali karena sudah masuk jam makan malam. Dan untungnya saja lelaki itu bangun. Seperti belum seutuhnya mengumpulkan nyawa kemudia langsung pergi ke kamar mandi membersihkan diri. Prilly memilih untuk menyiapkan makan malam.

Ali memakan masakan Prilly yang menurutnya sangat enak di dilidahnya. Ingin memuji tetapi itu bukan dirinya sekali.

"Kamu bosan bukan jika di rumah saja?"

"Iya, emang kenapa?"

"Bagaimana jika kamu kuliah?"

"Saya akan biayai. Kamu bisa mendapatkan teman baru, dan belajar lebih lagi" Jelas Ali yang tentunya membuat Prilly bahagia. Di umurnya yang masih menginjak 20 tahun ini dia sangat menginginkan untuk kuliah sejak dahulu tetapi karena kekurangan dana dia tidak bisa kuliah.

"Mau Li!" Ucap Prilly kegeringan.

"Yeaay yeayy kuliah kuliah!" Prilly berlompat-lompat seraya berkeliling seperti anak kecil. Tanpa Prilly sadari terukir senyuman di wajah Ali.


~Sepuluh Bulan~


Typo bertebaran karena update kilat!

Diwajibkan untuk komen dan vote agar penulis senang!

Jika tidak senang maka penulis akan bermalas-malasan untuk update part selanjutnya.

Sepuluh BulanWhere stories live. Discover now