27. Zhefran & Sanan.

3.1K 362 42
                                    

Sanan terburu-buru mencari toilet di restoran itu karena tidak dapat menahan kencingnya sedari tadi. Akhirnya lepas sudah beban yang ia tahan. Sanan terkagum-kagum dengan desain restoran ini, sangat unik. Dan toiletnya juga bersih. Pantas saja ramai pengunjung.

"Aduh, maaf Tante. Qila ga sengaja." Aqila lari menorobos masuk ke toilet yang menabrak lutut Sanan. Sanan pun tidak berhati-hati karena sibuk memperhatikan sekeliling.

"Gapapa sayang, Mama kamu dimana?" Sanan berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi gadis kecil itu.

"Oh Bunda?" Sanan pun mengangguk.

"Lagi kerja."

"Oh yaudah sini Tante anterin."

"Ntalan dulu Tan, Aqila mau cuci tangan." Sanan pun menggendong Aqila membantu agar gadis itu bisa mendapatkan air dari wastafel.

"Yuk ikut Qila ya." Aqila menarik tangan Sanan paksa. Membuat Sanan cukup kewalahan mengikuti langkah kaki kecil Aqila. Gadis kecil itu membawanya menaiki tangga yang dirasa Sanan disana terdapat ruangan bagian manager restoran itu. Dapat Sanan lihat di depan pintu ruangan ada seorang wanita berhijab membelakanginya berbicara kepada seorang karyawan restoran yang Sanan yakini wanita berkerudung itu adalah Ibu dari gadis yang bernama Aqila itu.

"Bundaa!" Panggil Aqila membuat Prilly menoleh ke belakang. Sanan terkejut, wanita yang di panggil 'Bunda' itu sangat mirip dengan teman dekatnya yang sedang ia cari. Namun bedanya dia memakai kerudung dan perutnya membuncit.

"Prilly?" Tanya Sanan karena takut salah orang. Prilly kewalahan ingin kabur namun bingung. Dengan sigap Sanan menahan lengan wanita itu. Sanan sangat yakin ini benar Prilly teman yang ia cari itu. Karena wanita itu sangat cemas ketika Sanan menyebutkan nama Prilly.

"Prill, lo kemana aja? Gue kangen!" Sanan memeluk Prilly namun tidak cukup dekat takut kandungan Prilly kenapa-napa. Apa kandungan? Prilly hamil? Dan gadis kecil yang memanggilnya dengan sebutan bunda itu anak Prilly?

"Prill, lo udah nikah lagi?" Tebak Sanan karena merasa tidak mengerti dengan keadaan yang ia lihat saat ini. Prilly sudah tidak bisa mengelak atau bersembunyi lagi. Ini lah yang ditakuti Prilly ketika berkunjung ke kota. Orang yang ia kenal mengenalinya seperti saat ini. Bagaimana pun Sanan adalah teman baik Prilly ia akan memberitahunya kepasa Sanan.

"Sayang main sama Kakak ini dulu ya. Bunda ada urusan." Ujar Prilly lembut kepada Aqila. Sanan tambah pusing menebak apa yang ia lihat saat ini. Tapi Sanan rasa Prilly sudah menikah lagi. Mana mungkin ia sudah punya anak berumur 5 tahun. Selain menikah dengan seorang duda beranak 1 bukan?

"Oke Bunda!"

"Tolong jagain anak saya dulu ya." Pesan Prilly beralih menatap karyawan wanitanya itu.

"Baik Buk." Karyawan itu memberi telapak tangannya pada Aqila yang diterima dengan baik. Aqila berdadah ria pergi dengan karyawan itu. Prilly membalasnya dengan senyuman bahagia. Yang membuat Sanan semakin bingung karena tatapan Prilly terlihat sangat tulus.

"Bentar Prill, gue panggilin Zhefran dulu." Langkah Sanan dicegah oleh Prilly. Prilly menggeleng pelan yang dapat Sanan artikan temannya itu tidak ingin Zhefran ikut mendengar penjelasan dari dirinya. Prilly pun mengajak Sanan masuk ke ruangannya.

"Berapa bulan Prill?" Tanya Sanan sambil mengusap perut Prilly.

"Hmm.."

"Enam bulan Nan."

"Jadi ini.."

"Anak Ali?" Lanjut Sanan yang diangguki oleh Prilly. Bagaimana pun anak yang di dalam kandungannya itu adalah anak Ali. Prilly mengakui itu, hanya saja Prilly masih sakit hati mengingat kasarnya perlakuan Ali terhadap dirinya.

Sepuluh BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang