18. Ternyata Cinta!

3.3K 338 16
                                    

Prilly mengerjapkan matanya seraya meraba-raba kasur disebelahnya yang kosong. Prilly membuka matanya untuk memastikan, Ali tidak ada. Kemana dia? Apakah sudah pergi kantor? Karena rasa penasaran Prilly ia pun melangkahkan kaki keluar dari kamar lalu menemukan lelaki itu sedang bekutik di dapur. Prilly tersenyum lalu memeluk Ali dari belakang.

"Kok bangun ga bilang-bilang sih?" Ujar Prilly manja menghirup punggung suaminya yang dilapisi kemeja putih itu. Sepertinya Ali sudah mandi.

"Sayang, masih marah?"

"Kok ga jawab?" Ali sama sekali tidak mengubris Prilly sama sekali. Lelaki itu malah sibuk mengaduk bubur jagung andalannya. Prilly yang sedikit kecewa pun memilih membersihkan diri. Ali sepertinya belum yakin pada dirinya. Baiklah Prilly akan mencoba menyakinkan suaminya itu bahwa dirinya tidak mencintai Zhefran. Ketika istrinya memilih melangkah pergi ke kamar mandi Ali menoleh sebentar. Sebenarnya Ali tidak tega mendiami Prilly. Tetapi Ali hanya butuh waktu untuk menerima semua ini perlahan. Memastikan dan mulai membangun rasa percaya pada Prilly.

~Sepuluh Bulan~

Sebelum ke kantor Ali mengantar Prilly ke kampus terlebih dahulu. Selama perjalanan Prilly menatap Ali. Lelaki itu masih terlihat dingin padahal sudah mengatakan cinta pada dirinya. Tak butuh waktu lama mobil Ali tiba di universitas swasta ternama itu. Prilly menyalami tangan Ali untuk pertama kalinya. Sebelum Prilly memilih keluar mobil ia terdiam sebentar menunggu mungkin saja Ali membuka pembicaraan. Tetapi nihil, lelaki itu masih teguh akan pendiriannya. Prilly pun keluar dari mobil Ali dengan muka masam. Tiba-tiba Ali malah keluar dari mobil yang membuat Prilly mengukir senyuman kembali.

"Handphone kamu ketinggalan."

"Aku kira apaan." Kesal Prilly mengambil handphonenya dari tangan Ali. Ali lagi lagi tidak mengubris Prilly yang membuat Prilly harus banyak mengelus dada.

"Bentar Li, ada yang ketinggalan lagi." Langkah Ali terhenti ketika ingin masuk ke mobilnya. Prilly mendekatkan dirinya menempelkan bibirnya pada pipi Ali.

"Marahnya jangan lama-lama ya." Pesan Prilly sehabis mengecup pipi suaminya itu. Ali membeku seketika rasanya ingin tersenyum dan membalas kecupan Prilly tetapi dia menahan diri. Ali pun masuk ke mobilnya tanpa bicara.

"Dadah sayang!" Prilly melambaikan tangannya tersenyum bahagia ketika mobil suaminya itu menjauh. Prilly tidak akan menyerah begitu mudah untuk meluluhkan hati Ali lagi.

"Sayang?" Prilly menoleh ke belakang menemukan Sanan disana.

"Gue ga salah dengar kan Prill?" Tanya Sanan untuk memastikan karena yang ia tau Prilly menikah bukan atas nama cinta.

"Engga kok,"

"Loh loh gimana sih? Gue ga paham." Prilly tersenyum menggandeng lengan sahabatnya itu mengarah ke taman kampus. Sanan hanya pasrah ketika Prilly mengajaknya duduk di taman di kampusnya.

"Ali ngungkapin perasaannya sama aku."

"Hah serius lo?!"

"Iya!"

"Ternyata dia selama ini dia mulai ada rasa sama aku, begitu pun sebaliknya." Jelas Prilly yang membuat Sanan tersenyum bahagia.

"Tapi-"

"Tapi apa Prill?"

"Ali ngira aku cintanya sama adeknya, bukan dia."

"Kok bisa gitu?"

"Iya soalnya dulu aku sempat kagum sama adeknya. Tapi ya itu dulu, aku ga cinta kok sama adeknya. Lagian sekarang jarang ketemu." Sanan hanya mengangguk paham.

Sepuluh BulanWhere stories live. Discover now