14. Terjebak!

2.7K 315 11
                                    

"Sanan aku mohon jangan bilang sama Mama Papa kamu yang sebenarnya ya." Mohon Prilly mengenggam tangan Sanan. Sanan terlihat masih syok dengan yang ia alami.

"Lo percaya sama gue kan Prill?"

"Gue ga akan bilang sama Mama Papa kok. Karena lo percaya gue, gue tau buat cerita sama seseorang yang baru dikenal itu ga mudah." Sanan tersenyum tulus seraya mengelus tangan Prilly. Ah untung saja Sanan adalah teman yang baik. Jika tidak Prilly tidak tau nasibnya harus bagaimana.

Prilly sangat bersyukur ternyata dirinya tidak salah memilih teman. Sanan sangat baik dan tentunya cantik. Sanan adalah teman pertama Prilly setelah sekian lama. Dan begitu juga dengan Sanan, Sanan selama kuliah terkenal penyendiri. Lebih tepatnya tidak ada yang mengajak dirinya untuk berteman karena yang lain sudah membuat geng tersendiri. Ketika Sanan dengar ada anak baru di kelasnya. Ia pun bergegas mengenalkan diri kepada Prilly dan menjadikannya teman.

"Jadi bagaimana dengan kuliahmu?"

"Seruu! Aku punya dua teman baik!"

"Hanya dua?"

Prilly memajukan bibir tipisnya menatap Ali sinis yang berada di sampingnya. Lelaki ini seperti meremahkan dirinya.

"Yaa orang masih hari pertama juga."

"Namanya Sanan dan Juan!" Tambah Prilly. Ali memencet tombol untuk membuka lift. Sekarang mereka akan ke apartemen setelah Sanan mengantar Prilly di depan gedung apartemen dan kebetulan Ali juga sudah pulang dan tak sengaja bertemu di lobby.

"Sanan?"

"Iya!" Prilly pun melangkahkan kakinya mengikuti Ali masuk kedalam lift. Ali memencet lantai 15 lalu menutup pintu dan jangan lupakan dengan gaya cool nya.

"Namanya seperti terdengar tidak asing."

"Ya memang, dia kan anaknya Pak Niko."

"Anak Pak Niko? bagaimana bisa kamu berteman dengannya?"

Brakk

Pintu lift itu seperti mati. Membuat Prilly cemas. Liftnya ternyata macet. Dan lampu di dalam lift mulai mati membuat Prilly bertambah takut.

"Li aku takut."

"Tenanglah, sebentar lagi akan membaik." Ali berusaha menenangkan Prilly agar tidak cemas. Namun sebenarnya Ali juga baru pertama kalinya mengalami ini juga. Dipencet Ali tombol emergency berkali-kali namun tidak ada respon. Prilly mulai mendempetkan dirinya pada Ali.

Braakk braakk

Lift itu bergoyang berulang kali membuat Prilly menutup matinya mengenggam lengan Ali. Untung saja Ali tidak melarangnya.

"Takut."

Ali mengusap tangan Prilly yang ada di lengannya memberikan ketenangan. Kali ini Ali tidak akan melarang Prilly untuk menyentuh dirinya karena berada di keadaan emergency. Lampu lift mulai hidup dan berjalan seperti biasanya. Prilly bernafas lega. Ia kira hidupnya akan bergantung pada lift itu.

Ting!

Pintu lift terbuka dan Prilly masih menggandeng lengan Ali.

"Lepaskan!" Ujar Ali yang membuat Prilly melepaskan genggamannya.

"Pelit!"

"Apa!"

"Saya pelit? Jadi kamu ingin menyentuh saya lagi?"

"Oke mari kita ke kamar sekarang juga!" Goda Ali yang membuat Prilly berlari terbirit-birit masuk ke dalam apartemen. Ali tertawa melihat tingkah Prilly. Sangat menggemaskan.

Sepuluh Bulanحيث تعيش القصص. اكتشف الآن