7. Dia Calon Istri Saya!

2.7K 312 6
                                    

"Saya ingin menikahi Prilly,"

Lastri kebingungan. Ditatapnya Ali dan Prilly secara bergantian. Prilly mengatupkan bibirnya. Sebenarnya Prilly tidak enak rasa dengan Lastri. Takut akan Lastri tidak menyetujuinya karena dia adalah orang asing bukan keponakan Lastri yang seperti Ali ketahui.

"Kok bisa? Prilly?"

Lastri sebenarnya ragu untuk mengiyakan. Bagaimana bisa ia memberi restu untuk Ali karena Prilly bukan keponakannya.

"Hmm.."

"Saya mencintainya,"

Ntah kenapa ketika kata itu terucap dari bibir Ali Prilly berdegup kencang. Karena sudah lama dia tidak mendengar kata itu dari lelaki.

Dulu dia pernah berpacaran tapi hanya sebatas cinta monyet anak remaja. Setelah itu sampai sekarang ia tidak bertemu pria untuk mengatakan hal itu karena ia sibuk untuk belajar mencintai diri sendiri. Seketika Prilly tersadar bahwa kata yang di ucap Ali itu hanya pemanis agar Lastri setuju.

"Beri kami restu, Bik Lastri."

Ali sebenarnya geli sendiri mengucap kata seperti itu. Itu bukanlah dirinya yang sebenarnya. Ingatlah, ini hanya demi perusahaannya!

Lastri pun tampak berpikir sejenak. Makan malam hari ini sangat canggung. Jantung Prilly berdegup kencang. Bukan karena Ali, bukan. Ini tentang dua orang yang sedang ia dustai.

Prilly sebenarnya merasa sangat berdosa karena membohongi Lastri tentang pernikahan ini bukan karena Ali mencintainya tetapi karena ini kontrak kerja. Dan Ali belum mengetahui bahwa Prilly bukan keponakan Lastri. Prilly merasa seperti orang jahat telah membohongi dua belah pihak sekaligus. Apakah dia harus beri tahu Ali bahwa dirinya bukan keponakan Lastri? Ya Tuhan!  Ini sangat menegangkan.

"Alhamdulillah, akhirnya Tuan Zehan nikah!"

Prilly malah melongo, Lastri memberikan kata diluar ekspetasinya. Sebenarnya Prilly berencana untuk memberi tahu Ali bahwa dirinya bukan keponakan Lastri jika Lastri tidak merestui pernikahan mereka.

"Hehe,"

Prilly menonoh minumannya dengan senyuman canggung. Ali merasa lega karena sudah melewatkan hal yang menjijikkan ini.

"Prilly perempuan baik, cocok sama Tuan Zehan."

Puji Lastri malah membuat Prilly seperti manusia bertopeng karena dia tak sebaik itu. Hey! Dia sedang membohongi dua belah pihak.

"Maaf Buk Lastri."

"Besok saya akan membawa dia pulang ke rumah untuk makan malam."

Pesan Ali lalu meneguk segelas air lalu berdiri memasuki kamarnya meninggalkan Prilly dan Lastri yang masih di meja makan. Lastri tersenyum geli menatap Prilly.

"Ternyata ada apa-apa diantara kalian ya!"

Ujar Lastri seraya mengambil alih piring sisa makanan Ali lalu membawanya ke wastafel dapur. Prilly hanya menggaruk tengkuknya karena tidak tahu arus mengatakan apa. Dia tidak ingin menambah dosa lagi karena berbohong.

Malam ini Prilly susah menutup matanya agar tertidur. Ditatapnya langit-langit kamar dengan penuh pikiran. Dia merasa sangat berdosa membohongi wanita separu baya yang berada di sampingnya itu.

"Buk.."

"Hmm?"

Ternyata Lastri belum sepenuhnya terlelap.

"Prilly belum kasih tau sama Ali kalau Prilly bukan keponakan Ibuk,"

"Prilly orang asing Buk.."

"Kamu ngomong apasih?"

Sepuluh BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang