12. Rindu Buk Lastri.

2.6K 320 9
                                    

"Bagaimana bisa Buk Rina tau kucingnya ada padamu?"

Tanya Ali yang sedang menyetir mobil tanpa melihat Prilly yang di sampingnya.

"Hmm sebenarnya.."

Prilly ragu mengatakannya karena dia meminjam handphone Ali tanpa izin. Apakah dia akan kena marah? Tapi mau bagaimana pun Prilly harus jujur. Ditariknya nafasnya dalam-dalam untuk menyiapkan diri disembur oleh amarah Ali.

"Aku minjam handphone kamu, aku masukin ke social media."

"Hehe."

"Maaf ya Li, aku terpaksa. Aku gamau buang kucing itu."

Karena mood Ali baik hari ini baiklah ia tidak akan memarahi wanita lancang yang berada di sebelahnya itu.

"Kenapa kamu selalu tidak mau membuang kucing? Mereka sangat merepotkan."

"Kamu gatau Li, rasanya dibuang."

Ali tertegun mendengar pernyataan Prilly. Apa maksud Prilly? Mata Prilly mulai terpancar kesedihan. Apakah dirinya salah bertanya?

"Ga di inginkan, padahal mereka ga pernah minta dilahirkan ke dunia ini."

"Apakah pertanyaan saya salah?"

Tanya Ali menatap Prilly lirih. Prilly pun mengerjapkan matanya menghapus kesedihan di matanya. Kenapa malah terbawa perasaan?

"Engga sih,"

Mereka pun senyap beberapa menit sampai Ali mengarahkan mobilnya ke mall. Prilly yang sebenarnya ingin bertanya tapi enggan. Apalagi kalau bukan Ali yang ingin berbelanja bukan? Dirinya hanya bisa mengikuti Ali saja tanpa penolakan. Saat ini mereka tiba di salah satu toko handphone merek ternama yaitu iBox ya handphone dengan logo apel yang di gigit itu. Mungkin Ali ingin mengganti handphonennya.

"Saya ingin membeli handphone terkeluaran terbaru."

"Baik Pak."

Karyawan itu memberi handphone berwarna biru yang agak gelap itu. Karena Ali tidak ingin mendengarkan spesifikasi dari barangnya ia pun segera membayar. Prilly menatapnya malas, lelaki ini terlalu sombong pikirnya. Ali menyodorkan tentengan plastik berisi kotak handphone itu.

"Untuk aku?"

Ali mengangguk lalu Prilly menggeleng cepat.

"Engga, aku ga butuh."

"Baiklah, saya akan membuangnya." Ujar Ali beranjak dari duduknya mencari tong sampah lalu memasukkan plastik itu kesana. Prilly dibuat melongo akan hal itu. Tentu saja itu sangat mahal. Ali malah berlalu meninggalkan dirinya. Prilly pun segera memungut plastik itu lagi. Daripada dibuang, ia akan menerimanya saja.

"Ali! Tungguin!" Teriak Prilly karena sudah ditinggalkan oleh Ali jauh.

"Kenapa diambil lagi?"

Tanya Ali ketika Prilly sudah masuk ke dalam mobil.

"Buang saja. Kamu tidak butuh bukan?"

"Aku tau kamu kaya dari orok Li, jangan kayak gitu juga lah." Kesal Prilly lalu memalingkan wajahnya ke jendelan memunggungi Ali. Terlihat wajah Prilly merah padam. Ali pun merasa bersalah. Sebenarnya niatnya baik karena ingin membelikan Prilly handphone agar Prilly tidak merasa bosan dirumah. Tetapi cara Ali salah dia tidak pandai mengungkapkan secara jujur untuk apa dia membelikan itu selalu memakai sikap angkuhnya yang tidak Prilly suka sama sekali itu.

~Sepuluh Bulan~

Saat tiba dirumah tadi Prilly hanya berdiam di dalam kamar. Tidak berisik seperti biasanya. Membuat Ali tambah merasa bersalah. Apakah Prilly sangat terluka karena perbuatannya tadi? Ali mulai khawatir duduk di meja bar yang dapat ia lihat pintu kamar Prilly. Kenapa tidak keluar-keluar. Beberapa menit Ali menunggu Prilly pun keluar membawa kopernya. Apa?! Prilly akan keluar dari apartemennya. Tapi kerja sama mereka baru dimulai.

Sepuluh BulanKde žijí příběhy. Začni objevovat