5. Pernikahan Kontrak?

2.8K 309 5
                                    

Prilly dibuat syok karena Ali tiba-tiba mengajaknya menikah. Tidak ada angin tidak ada hujan malah mengajaknya untuk menikah? Mudahnya ia mengatakan itu seperti mengajak ke pasar saja. Dan Prilly dibuat lebih kaget lagi karena pernikahan ini adalah sebuah pekerjaan!

Laki-laki tak berperasaan itu benar-benar gila.

Bagaimana tidak? Bisa-bisanya dia mengajak Prilly menikah dengan embel-embel pekerjaan. Menurut Prilly, pernikahan adalah hal yang sakral di hadapan Tuhan. Tiap kali sebelum ia akan tidur dia selalu membayangkan akan hidup bahagia menikah dengan lelaki yang dicintainya. Pernikahan yang penuh cinta. Bukan pernikahan yang di beri embel-embel pekerjaan.

Saat Prilly mendengarkan bahwa Ali ingin bekerja sama dengannya yang hanya karna menginginkan status menikah. Bukan karna mencintainya. Prilly tidak terlalu kecewa. Lagi pun Prilly tidak menyukai lelaki seformal Ali. Kaku, tidak bisa diajak tertawa bersama. Bukan tipe lelaki idamannya. Lelaki idamannya seperti anak lelaki Hena yang manis itu.

Menurutnya siapapun yang melihat lelaki yang sangat menyayangi ibu nya pasti akan jatuh hati bukan?

"Ini sebuah pekerjaan. Saya membutuhkan status menikah untuk perusahaan saya."

"What! Apa hubungannya perusahaan dan nikah sih?"

"Ga ada nyambungnya." Sambung Prilly dengan kesal.

"Kamu saja kaget mendengarnya apalagi saya." Prilly semakin bingung karena pernyataan Ali barusan.

"Apa saja yang kamu inginkan akan saya berikan."

"Perhiasan?"

Prilly tak tertarik mendengarnya.

"Mobil keluaran terbaru?"

Apalagi itu.

"Rumah atau apartemen?"

Telinga Prilly melebar mendengar itu. Ya itu yang Prilly butuhkan selama ini! Sungguh, ia sangat membutuhkan itu. Prilly mulai tertarik mendengarnya.

"Berapa uang yang kamu inginkan?"

"Aku bukan wanita matre." Prilly mulai berdiri ingin meninggalkan Ali.

"Kamu tidak perlu menjadi istri yang baik untuk saya." Langkah Prilly terhenti untuk mendengarkan kelanjutan ucapan Ali.

"Karena saya juga tidak akan menjadi suami yang baik untukmu."

"Saya hanya butuh status itu!"

"Jika kamu berminat, datang ke perusahaan saya besok pagi. Saya akan menunggu untuk kerja sama ini." Bukannya Prilly yang meninggalkan Ali malah Ali yang duluan meninggalkan Prilly yang sedang mecerna perkataan yang masuk ketelinganya.

Prilly baru saja mengingat percakapannya dengan Ali malam itu. Dia sedang berpikir keras, harus menerima tawaran itu atau tidak. Dia membutuhkan rumah. Tetapi pernikahan baginya adalah hal yang sakral baginya.

Disatu sisi dia membutuhkan rumah agar ia tidak selalu tinggal disini selamanya. Sampai kapan pun ia tak akan memiliki rumah karena tidak ada uang. Jangankan uang, pekerjaan saja tidak punya dari mana mereka akan datang?

"Prill, kok ngelamun?" Kaget Lastri lalu melanjutkan mencuci piring.

"Em, engga kok buk." Prilly mengelap piring yang disodorkan oleh Lastri.

"Kalau ada apa-apa itu cerita."

Prilly terlihat berpikir sejenak.

"Prilly punya dua impian."

"Tapi cuman bisa pilih satu buat diwujudkan, gimana Buk?"

Lastri tersenyum seraya menggosok kan spons itu di punggung piring.

Sepuluh BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang