FOUR

40.1K 5K 473
                                    

Jaehyun mengambil selembar kertas yang berada di atas meja makan dan membaca kalimat yang tertulis di sana.

Aku harus menyiapkan berkas untuk rapat pagi. Jangan lupa makan sarapanmu.

Pandangan Jaehyun beralih pada segelas kopi dan dua sandwich yang disiapkan Yeorin untuknya. Ia menghela napas panjang kemudian menyimpan kembali kertas tersebut dan melangkah meninggalkan ruang makan. Namun baru saja berjalan empat langkah, Jaehyun kembali ke ruang makan dan meletakkan tas kerjanya di atas meja kemudian mendudukkan dirinya di kursi. Jaehyun memakan sarapan yang disiapkan Yeorin dengan raut datar dan sesekali melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya.


🍑🍑🍑


Yeorin melepas sepatu hak yang dipakainya karena merasakan perih pada ibu jari kakinya. Rapat sudah selesai beberapa menit yang lalu dan semuanya berjalan lancar sesuai rencana.

Yeorin menunduk untuk memperhatikan luka di kakinya. Ia terpaksa harus memakai sepatu hak karena ada dua rapat yang harus ia hadiri. Jika tidak, ia pasti akan mengenakan sandal atau sepatu biasa karena luka di kakinya masih belum sembuh.

"Kau baik-baik saja?" tanya Yena mengikuti arah pandangan Yeorin.

"Iya. Hanya sedikit perih," jawab Yeorin dengan senyuman. "Kau sudah sembuh?" tanyanya mengingat kemarin Yena mengambil cuti karena sakit.

Yena mengangguk. "Jangan mengalihkan pembicaraan," ketusnya. "Kenapa tidak membawa sandal atau sepatu biasa untuk dipakai setelah rapat selesai?"

Yeorin mengulum bibirnya sejenak kemudian menggeleng. "Tidak sempat. Aku buru-buru tadi pagi."

Ya. Dia memang buru-buru karena tadi pagi telat bangun. Belum lagi ia harus menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Jaehyun. Jadi ia sama sekali tidak mempunyai pikiran untuk membawa sepatu ganti ke kantor.

Yena menggelengkan kepalanya mendengar ucapan rekan kerjanya tersebut. "Lagi pula kenapa kau ceroboh sekali," decaknya sebal yang ditanggapi Yeorin dengan kekehan pelan.

Obrolan mereka harus terhenti saat telepon di meja Yeorin berdering. Yeorin mengangkat gagang telepon dan menempelkannya di telinga. "Halo," ucapnya dengan mata menatap Yena yang tengah memperhatikan.

"Datanglah ke ruanganku. Sekarang!"

Belum sempat Yeorin membalas, sambungan telepon sudah diputus oleh seseorang di seberang sana. Ia menghela napas panjang kemudian beranjak dari kursinya.

"Mau ke mana? Siapa yang menelepon?"

"Presdir Jung," jawab Yeorin malas.

"Kenapa dia meneleponmu?" tanya Yena bingung.

Yeorin terdiam beberapa detik kemudian mengedikkan bahunya. "Mungkin ada hal yang ingin dibicarakan soal pekerjaan."

"Pekerjaan yang mana? Kenapa dia menghubungimu secara langsung? Kenapa tidak lewat Direktur Kim?"

Yaeorin mengerjap pelan mendengar ucapan Yena. Benar juga. Kenapa Jaehyun menghubunginya secara langsung? Biasanya pria itu akan menghubungi Mingyu, bukan dia.

"Kita akan tahu setelah aku menemui-nya," kata Yeorin dengan senyuman canggung.

Yena menghela napas pelan. "Aku harap dia tidak memberimu pekerjaan yang membuatmu harus menggerakkan kaki."

Yeorin terkekeh pelan mendengar ucapan Yena. "Aku pergi," pamitnya kemudian melangkah menjauh setelah melihat Yena mengangguk di tempat-nya.

Yeorin melihat ke arah meja Sora dan tidak mendapati wanita itu di sana. Ia berjalan menuju ruangan Jaehyun lalu mengetuk pintunya dengan pelan kemudian melangkah masuk setelah mendengar sahutan dari dalam. Ia melangkah mendekat dan berdiri tiga langkah dari meja Jaehyun. Pria itu terlihat sibuk dengan berkas-berkas yang berada di hadapannya.

Unwanted Wedding ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora