[✓] 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲 ¦¦ draco, cedric.

Chapter 24 : A Pieces Of The Heart.

One day after the tragedy.

(🎶Play : Remember Me Violin ver)

    Hari ini adalah hari pemakaman Cedric. Jean dan Draco sengaja tidak hadir di sekolah karena mereka ingin menghadiri acara pemakaman Cedric. Dimana disitu kedua orang tua Jean serta pihak keluarga Cedric berkumpul bersama untuk terakhir kalinya mengantarkan Cedric ke tempat peristirahatan terakhirnya. Perlahan-lahan, kini tanah tersebut mulai menimbuni peti mati milik Cedric. Jean hanya menatap kosong ke arah makam Cedric, meski perasaannya kini benar-benar sangat hancur. Draco yang berada di sampingnya mengusap bahu Jean, berusaha untuk menguatkan Jean.
Tak lama kemudian, satu per satu orang mulai meninggalkan makam Cedric. "Sayang.. Ibu dan Ayah bakal nungguin kamu di mobil, kalo kamu mau pulangnya bareng Malfoy kasih tau Ibu ya?" Ucap Elena seraya mencium kening putrinya tersebut. Mereka berdua pun meninggalkan Jean dan Draco berdua di samping pusara milik Cedric. Jean pun terduduk lemas di samping pusara tersebut dan mengusap nisan yang bertuliskan nama Cedric. Air matanya kembali jatuh, ia kembali menangis setelah semua orang pergi. "Jean.. Sebenernya Cedric udah tau soal tragedi Triwizard ini sejak dia pulang dari menara Astronomi waktu itu dan ketemu sama Professor Trelawney. Dia sengaja ngorbanin dirinya karena dia tau.. Dibandingkan dirinya, Harry lebih dibutuhin disini. Sehingga gara-gara keputusannya itu, 'Takdir yang belum pasti' itu nunjukin siapa pemilik wajah kematian yang sebenernya. Maafin gue.. Karena ulah Tante gue, lo jadi kehilangan dia.." Ucap Draco. Jean masih terdiam dan tidak menjawab ucapan Draco.

   Draco pun merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak. "Sehabis gue nganterin lo, gue nemuin dia dan awalnya mau ngajak dia ribut. Tapi justru dia cerita yang sebenernya soal ini dan juga.. Ini, dia nitipin ini buat gue kasih ke lo kalo udah waktunya. And I think.. It's the time for me to give it to you." Draco pun menyerahkan sebuah kotak berukuran kecil berwarna hitam yang dihiasi oleh pita yang berwarna silver. Jean pun menerima kotak tersebut dan membukanya. Ia menutup mulutnya ketika ia mendapati sebuah kalung jam yang dulu ia inginkan, ia pun mengeluarkan kalung tersebut dan menggenggamnya dengan erat. Setelah itu, ia pun membuka sebuah surat yang masih berada di dalam kotak tersebut.

───────────────────────────────

    Dear Jean,

Kalo kamu udah baca ini, berarti tandanya aku udah gak ada lagi di samping kamu.

Jean, perlu kamu ketahui bahwa cinta itu berteman dekat dengan perpisahan, patah hati, dan takdir. Dimana jika kamu memutuskan untuk jatuh cinta, maka kamu akan mengalami ketiga hal tersebut. Sama kayak aku, aku udah ngalamin ketiga hal tersebut sekarang.
Setelah aku mutusin buat pisah sama Cho, aku fikir aku gak akan bisa jatuh cinta lagi sama siapapun. Tapi setelah Tuhan takdirin kamu buat hadir di hidup aku, aku semakin percaya bahwa di dunia ini gak ada yang namanya kebetulan. Namun satu penyesalan aku.. Aku kira jatuh cinta itu akan membuat segalanya tampak bahagia, ternyata aku salah. Bahagia ku justru malah bikin kamu terluka.

Jean.. Aku pengen kamu inget satu hal. Seindah-indahnya rencana kamu, masih lebih indah rencana Tuhan. Kamu gak bisa maksain apa yang udah kamu rencanain dan nentang apa yang bakalan terjadi. Aku tau kamu bukan orang yang egois, jangan pernah rubah takdir yang ada ya meski banyak kesempatan buat memperbaiki yang udah terjadi.
Setidaknya aku dengan begitu, aku gak sia-sia buat milih pilihan ini. Aku mungkin gak bisa ngasih kamu dunia aku, tapi aku cuman bisa bawa dan simpen nama kamu di hati aku. Dengan cara ini, aku bisa ngebuktiin sama semesta bahwa aku benar-benar mencintaimu.

Jadilah gadis yang kuat dan tangguh, aku gak bener-bener pergi dari dunia ini. Aku bakal selalu hidup, sebagai sosok kenangan yang bakal terus menyertai setiap langkahmu. Kamu bisa terus nemuin aku di hati kamu.
Temui jalan pulangmu, karena aku bukanlah rumah mu yang sebenarnya.