[38] Prasangka Buruk

463 198 85
                                    

•Happy reading•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading



"Andra jahat," jawab Zena.

Sedetik kemudian alis Devano bertautan mendengar jawaban Zena. "Jahat?" tanya Devano. Akhirnya Zena melepaskan pelukannya. "Duduk sini," kata Devano mengajak Zena duduk di tepi kasur king size nya. Zena duduk menghadap Devano yang juga ikut mendudukkan bokongnya.

"Lo sebenernya kenapa?" tanya Devano lagi. Zena mulai menceritakan apa terjadi antara dia dan Andra.

"Ketika aku udah mulai bisa buka hati dan naruh harapan sama Andra, kenapa justru sekarang jadi kayak gini?" tanya Zena. Sama seperti sebelumnya, tanpa meminta ijin Zena kembali memeluk tubuh Devano, menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Devano. "Emang salah, ya, kalau aku kesel ngelihat mereka deket-deket?"

Ada perasaan kesal melihat gadis itu menangis. Devano pikir Zena tak akan menangis lagi setelah dia bersama Andra. Devano pikir Andra tak akan membuat Zena kecewa seperti apa yang pernah adiknya itu ucapkan.

"Lo gak salah," kata Devano. Tangan kekar Devano tergerak perlahan mengusap punggung Zena. Keduanya saat itu berpelukan dengan posisi duduk di tepi kasur. Sampai ...

"Kalian berdua lagi ngapain?" tanya seseorang yang berdiri di ambang pintu kamar Devano. Mendengar suara seseorang itu dengan cepat Devano dan Zena melepaskan pelukan mereka. Devano yang hanya mengenakan celana jeans pendek selutut dan kaos polos berwarna cokelat tua itu langsung berdiri dari duduknya dikuti Zena.

Seseorang yang ternyata adalah Andra itu berdiri menatap sang kakak dan kekasihnya penuh tanda tanya.

"Lo jangan salah paham," ucap Devano yang paham arti tatapan Andra.

Andra tak mengindahkan ucapan Devano. Andra melangkah masuk lalu menarik lengan Zena, bermaksud ingin membawa gadis itu pergi. Namun  penolakanlah yang dia dapatkan. Zena melepaskan genggaman Andra dengan kasar. "Aku gak mau ketemu sama kamu!" ucap Zena.

"Na, ayo, turun," kata Andra masih terdengar lembut.

"Aku bilang aku gak mau ketemu kamu!" kekeh Zena yang tak mau bergerak dari tempatnya berdiri.

"Aku sama Ane itu gak ada apa-apa. Kamu tahu kan aku cuma sayang sama kamu," kata Andra berusaha kembali menjelaskan. "Kamu gak perlu cemburu kayak gini," lanjutnya.

"Aku capek gak pa-pa terus, Ndra," kata Zena.

Andra melirik sekilas ke arah Devano yang masih berdiri di tempatnya. "Kita turun. Ini masalah kita, kita omongin ini berdua," kata Andra tak ingin Devano ikut campur. Melihat mereka berpelukan tadi membuat Andra sedikit kesal.

"Aku gak mau ngomong apa-apa lagi sama kamu," tolak Zena. Zena justru melepaskan tangan Andra lalu mendekati Devano. "Dev, anterin aku pulang," pinta Zena tak memperdulikan Andra.

ABSQUATULATE (TERBIT)Where stories live. Discover now