[5] Ulah Johan

859 421 35
                                    

"Udah hatinya sakit, eh, fisiknya juga ikut sakit. Lengkap banget, ya, sakitnya."

—Alibram Devano Adinata—

—Alibram Devano Adinata—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Happy reading•



Andra sampai di rumah pukul empat sore, saat laki-laki itu baru saja masuk ke dalam rumah dia berpapasan dengan Devano yang tampaknya akan pergi. Andra sengaja berdiri tepat di hadapan Devano, menghalangi langkah kakaknya.

Devano menatap malas ke arah Andra. Tak berniat mengeluarkan sepatah kata pun Devano melangkah ke sisi lain untuk pergi, tetapi Andra menghalanginya lagi. Hal itu berhasil membuat Devano kesal. "Minggir," ketus Devano.

"Lo mau ke mana lagi, Bang?"

"Bukan urusan lo."

Andra berdecak. "Ck. Lo—."

"Gue udah bilang sama lo. Gak usah pengen tahu urusan gue," potong Devano. Setelah itu Devano langsung pergi meninggalkan Andra. Andra hanya bisa menatap lelah kepergian Devano. Berharap semoga hari ini kakaknya tidak membuat masalah lagi.

•••

Sesuai dengan janji Andra tadi pagi, Andra akan mengajak Zena jalan-jalan lagi. Sekitar pukul lima sore Andra terlihat sudah berada di ruang tamu rumah keluarga Zatama. Laki-laki itu duduk dengan ponsel di tangannya, menunggu Zena yang sedang mengambil tas di kamar.

"Ayo, Ndra," ajak Zena yang baru sjaa turun.

Andra bangkit dari duduknya. Menyimpan ponsel miliknya di saku jaket. Untuk beberapa detik Andra asyik memandangi Zena, membuat Zena ikut menatap dirinya sendiri. "Kenapa, Ndra? Jelek, ya?" tanya gadis itu. Dia berpikir penampilan kurang baik, sehingga Andra memandangi dirinya.

Gelengan kepala Andra menjawab pertanyaan Zena. "Engga. Cantik, kok," kata Andra memuji Zena.

"Makasih, lho, dibilang cantik," kata Zena menanggapi.

"Ayo," ajak Andra yang langsung menggandeng tangan Zena.

Dua remaja yang terpaut usia satu tahun itu jalan-jalan sore dengan motor Andra. Andra membawa Zena memutari sisi kota yang kemarin sore belum sempat mereka lewati. Sepanjang perjalanan Zena terus berbicara, menceritakan banyak hal yang dia lakukan selama tinggal di Australia. Andra sama sekali tak bosan mendengar suara Zena, laki-laki dengan senang hati menjadi pendengar yang baik.

Lagipula sudah satu tahun Andra tak mendengar suara Zena secara langsung. Selama Zena di Autralia mereka memang selalu berkabar dan tak jarang melakukan panggilan telepon dan panggilan video, tapi memang Andra tak pernah merasa puas. Dia selalu merengek kepada Zena, meminta gadis itu untuk pulang ke Indonesia. Makamnya setelah Zena benar-benar pulang ke Indonesia, ingin rasanya Andra terus bersama Zena sebagai penebus rindunya selama satu tahun kemarin.

ABSQUATULATE (TERBIT)Where stories live. Discover now