[11] Tidak Ingin Bersaing

601 316 30
                                    

•Happy reading•

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

•Happy reading•



Bosan. Itu yang Devano rasakan seharian ini. Dia hanya berada di kamar dan pekerjaanya hanya tidur-bangun, bermain ponsel untuk menjelajahi media sosial, dan bermain game. Baru kali ini Devano merasakan bosan ketika tidak berangkat sekolah, Mungkin Devano merasakan bosan, karena biasanya ketika dia bolos dia selalu bersama tiga curut sehingga dia tidak sendirian. Saat Devano masih berada di atas kasur empuknya terdengar suara ketukan pintu.

Tok ... tok ... tok ...

Ceklek!

Tanpa menunggu si empu kamar membukakan pintu, seseorang yang mengetuk pintu itu langsung membuka sendiri pintu kamar Devano dan langsung masuk begitu saja. Atensi Devano otomatis tertuju pada seseorang itu. Raut wajah kesal pun tercetak di wajah tampan Devano ketika dia melihat sang adik masuk ke kamarnya tanpa permisi. Tak memperdulikan tatapan kesal Devano, Andra yang hanya memakai celana panjang dan kaos polos berwarna cokelat tua itu mendaratkan pantatnya di tepi kasur Devano.

"Siapa yang ngijinin lo masuk?" tanya Devano menatap Andra dengan tatapan kesal. Devano memang paling tidak suka jika ada orang yang masuk ke kamarnya tanpa permisi.

Andra tak menjawab pertanyaan Devano dia justru bertanya hal lain. "Gimana, Bang, udah baikan, kan, kondisi lo?"

Bola mata Devano berputar malas. Dia memang tak pernah bersemangat untuk mengobrol dengan Andra. Laki-laki itu pun mencoba mengusir Andra keluar dari kamarnya. "Keluar, gue mau istirahat."

"Gak mau."

"Kel—."

"Zena satu sekolah lagi sama kita," cerita Andra emoting ucapan Devano. Andra memperhatikan sang kakak, tapi tak ada respon apapun. Devano hanya diam dengan memasang wajah datar.

Andra yang merasa diabaikan berdecak. "Ck. Gue lagi ngomong sama tembok kali, ya?"

"Gue udah nyuruh lo keluar."

"Ya udah, lo gak ngomong juga gak papa. Gue mau di sini," jawab Andra keras kepala.

Devano yang sudah malas ribut dengan Andra memilih membiarkan anak itu tetap di kamarnya, namun Devano juga memilih bermain ponsel, bertingkah seolah taka da siapapun di kamarnya.

Sempat terjadi keheningan di antara mereka, sampai Andra kembali bicara. "Oh iya. Kak Irine tu baik, ya, Bang?" tanya Andra meminta pengakuan dari Devano, tapi masih taka da respon dari Devano. "Lo gak mau buka hati gitu buat Kak Irine? Dia tu, udah baik, pinter, cantik, dan dia juga suka sama lo. Kalau—."

"Apa yang lo omongin itu sama sekali gak penting. Daripada lo ganggu gue mending lo keluar sekarang," potong Devano dengan tatapan kesal dan malas. Rasanya Devano ingin sekali menedang Andra saat itu.

ABSQUATULATE (TERBIT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt