[8] Menjadi Siswi SMA Adijaya

693 359 22
                                    

"Menyebalkan memang, karena entah kenapa terkadang hal yang sedang coba dihindari justru lebih sering muncul tiba-tiba."

—Alibram Devano Adinata—

—Alibram Devano Adinata—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Happy reading•



Wajah Zena bersinar tak kalah cerah dari matahari pagi itu. Gadis yang sudah rapi dengan seragam abu-abu putih dan rambut panjang yang sengaja dia biarkan tergerai itu tampak sedang memandangi pantulan dirinya di cermin besar yanga ada di kamarnya. Dia berdiri di depan cermin itu sudah hampir sepuluh menit lamanya. Tangan mungilnya terus merapikan rambut panjangnya dan seragam yang dia kenakan. Badannya terus berputar memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna.

"Zena! Ayo, turun sarapan dulu!" panggil Vivi sedikit berteriak, karena anak gadisnya itu tidak segera turun padahal dirinya sudah memanggil Zena untuk yang ketiga kalinya.

"Iya, Ma!" sahut Zena. Sekali lagi gadis itu memandangi pantulan dirinya di cermin. Memastikan tidak ada sesuatu yang kurang.

"Cantik!" kata gadis itu memuji dirinya sendiri.

Dengan semangat dia berlari menuruni anak tangga, tangannya menenteng tas berwarna peach dengan beberapa gantungan kunci berbentuk benda-benda langit. Zena menghampiri Papanya yang sudah duduk di kursi meja makan.

"Pagi, Pa!" sapa Zena lalu duduk di kursinya.

"Pagi, anak gadis Papa," balas Jordhi. "Kelihatan semangat banget anak Papa ini. Mana cantik banget," ucap Jordhi sambil memandangi putrinya itu.

"Cantik, dong, kan, Mamanya juga cantik," sahut Vivi yang berjalan dari arah dapur. Jordhi tersenyum manis mentap dua perempuan kesayangannya itu. Memang benar, cantiknya Zena sangat mirip dengan cantiknya sang istri.

"Zena, janji, ya, belajarnya yang tekun. Papa udah nurutin kemauan kamu lagi, lho," ucap Jordhi.

Zena mengangguk. "Iya, Pa. Aku janji. Makasih, ya, udah urusin kepindahan Zena ke sekolah yang baru."

"Iya."

"Oh, iya. Kamu udah ngasih tahu Devano sama Andra belum kalau kamu satu sekolah sama mereka?" tanya Vivi di sela kegiatannya menuangkan minum untuk Jordhi.

"Belum. Aku sengaja mau ngasih kejutan mereka," jawab Zena.

"Kamu itu kebiasaan."

"Papa udah minta tolong Om Fahresa, semuanya udah beres. Nanti kamu langsung ke ruang TU aja, tanya kamu masuk di kelas mana," kata Jordhi.

"Oke, Pa!"

•••

Devano yang sudah diizinkan pulang oleh dokter terlihat menuruni tangga menuju meja makan. Laki-laki itu sudah sengaja keluar dari kamar setelah semua anggota keluarganya selesai sarapan. Devano pikir di meja makan sudah tidak ada siapapun, tapi ternyata saat Devano sampai di meja makan, di sana masih ada Fahresa dan Fina.

ABSQUATULATE (TERBIT)Where stories live. Discover now