[23] Malam Balas Dendam-2

430 232 38
                                    

•Happy reading••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Happy reading•


"Diem!" bentak Geo sambil mendudukkan Zena di atas kasur berwarna hitam. Geo masih mengikat tangan Zena, bahkan saat itu Geo mutup mulut Zena dengan lakban hitam.

Laki-laki itu sama sekali tak merasa kasihan pada Zena yang sudah ketakutan dan merasakan sakit di pergelangan tangan, karena ikatan tali Geo. Geo justru tampak senang melihat wajah kesakitan dan ketakutan Zena.

Zena yang sejak tadi terus memberontak sudah kehabisan tenaga. Sekarang Zena hanya berharap semoga ada yang datang menolongnya. Kalaupun memang tidak ada Zena sudah pasrah jika Geo benar-benar akan menghabisi nyawanya nanti.

Geo berdiri di depan Zena, memandangi wajah Zena yang sudah penuh keringat. "Lo tahu gak, Na? Gue itu dulu seneng punya temen kayak Devano, tapi sekarang gue benci sama dia," kata Geo sambil menyentuh wajah Zena dengan tangannya. Zena menggerakan membuang muka untuk menyingkirkan tangan Geo yang menyentuh wajahnya.

"Gue benci, karena dia udah ngekhianatin gue," lanjutnya.

"Dan sekarang gue pengen dia ngerasain gimana rasanya kehilangan orang yang dia sayang," ucap Geo menyeringai. Geo semakin maju mendekati Zena.

Kemudian laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari saku celana jeans yang dia pakai. Zena membelalakkan matanya ketika sebuah pistol kini terarah tepat di depan kepalanya.

"Lo nurut aja, ya, sama gue daripada nanti peluru ini nyakitin lo."

Zena menggeleng ketakutan. Berusaha memohon untuk menjauhkan pistol itu dari kepalanya.

Prang!

"Ck! Apaan apalagi, sih?! Tu anak nyusahin terus," kesal Geo ketika dia mendengar ada suara benda jatuh dari kamar sebelah. Geo memasukkan kembali pistol tadi ke dalam sakunya. "Bentar, ya," kata Geo sambil menepuk pipi Zena dua kali. Laki-laki itu keluar dan menutup pintu kamar tempat dia menyekap Zena.

Zena sedikit bisa bernapas lega. Tak mau melewatkan kesempatan itu Zena berusaha berdiri dan berjalan ke arah nakas yang ada di kamar itu. Dia berusaha mencari benda tajam untuk membantunya melepaskan tali yang mengikat tangannya.

Dengan tangan yang terikat ke belakang dan tak lagi peduli dengan sakit di pergelangan tangannya, Zena mengobrak-abrik laci nakas. Yah, keberuntungan berpihak pada Zena, karena di laci nakas ada sebuah cuter. Setidaknya ada harapan untuk dia bisa bebas.

Saat Zena sibuk berusaha mengambil cuter itu tiba-tiba pintu terbuka. Zena lansung panik bukan main, cuter yang sudah berada di tangannya itu langsung terjatuh ke lantai. Gadis itu memundurkan tubuhnya hingga membentur meja nakas. Meskipun Zena tahu orang yang masuk itu bukan Geo, tapi Zena tetap takut, karena Zena pikir itu anak buah Geo, yang sudah pasti sama jahatnya dengan Geo.

Orang itu melangkah semakin dekat dengan Zena. Zena sekarang benar-benar pasrah, dia menundukkan kepalanya. Awalnya Zena pikir orang itu akan berbuat kasar padanya, tapi Zena tak merasakan apa-apa. Yang terjadi justru tangannya yang sedari tadi terikat oleh tali sudah terlepas.

ABSQUATULATE (TERBIT)Where stories live. Discover now