[16] Geo Kakak Irine

491 262 22
                                    

•Happy reading••

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Happy reading


Suasana jam istirahat di SMA Adijaya selalu sama seperti hari-hari biasanya. Semua murid disibukkan dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang memilih pergi ke kantin untuk memanjakan cacing-cacing di perut mereka, ada yang ke perpustakan untuk membaca atau hanya sekedar menyejukkan badannya di bawah AC dan ada yang memilih tinggal di kelas untuk bergosip.

Dan terlihat di depan ruang kelas XII IPA 2 empat curut Adijaya sedang bersenda gurau. Sesekali Bian dan Dio sengaja menggoda para siswi yang lewat di depan mereka. Sean yang memang mahir memainkan alat musik saat itu asyik memainkan gitar di tangannya, Bian dan Dio dengan percaya diri bernyanyi dengan suara yang cukup keras, padahal sebenarnya suara mereka pas-pasan. Sedangkan Devano hanya duduk menyandarkan punggungnya pada dinding kelas sembari memainkan ponsel.

"CANTIK! INGIN RASA HATI BERBISIK UNTUK MELEPAS KERESAHAN DIRIMU!"

"OO CANTIK!"

"Lu salah nada!" semprot Sean pada Dio yang sedang asyik bernyanyi.

"Lo aja yang gak bisa mengimbangi ciri khas suara gue," omel Dio tak terima.

"Ciri khas pala lo!" maki Sean tak mau mengalah.

Devano yang melihat keributan itu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. "Sini pinjem, lo aja yang nyanyi," kata Devano meminta gitar yang tadi Sean mainkan. Sean pun memberikan gitarnya pada Devano.

"Gue juga mau nyanyi," sahut Dio.

"Gak usah, gue takut ni sekolah roboh," ucap Sean.

"Anjir lo."

"Udah biarin. Kita mah cuci mata aja, tu lu lihat banyak cewek kelas sepuluh mau lewat, bening-bening lagi," kata Bian sambil menunjuk segerombolan siswi yang berjalan ke arah mereka.

"Buruan nyanyi!" kata Dio memerintah Sean. "Lagu yang tadi aja," tambahnya.

Perlahan Devano memetik senar gitar itu dan Sean mulai bernyanyi dengan suaranya yang memang bagus tidak seperti Dio dan Bian tadi. Terdengar sesekali Devano ikut bernyanyi sampai ketika mereka asyik bernyanyi tampak Zena dan teman-temannya berjalan ke arah mereka.

"Eh, Zena!" ucap Dio yang melihat Zena akan melewati mereka.

"Sungguh aku sayang kamu," itu suara Devano. Tanpa Devano sadari dia menyanyikan lirik itu tepat saat Zena berdiri di hadapannya.

Seketika Devano terdiam, dia baru menyadari bahwa Dio tadi menyebut nama Zena.

"Ahay! Ada yang sayang Zena," sahut Bian.

"Aduh, Bang," timpal Dio dengan nada manja.

Zena hanya tersenyum tipis menyapa Bian, Dio, dan Sean lalu segera menarik lengan teman-temannya untuk meninggalkan koridor. Gadis itu sama sekali tak melirik Devano. Sedangkan Devano sempat melirik Zena, Devano tahu kalau sepertinya gadis itu sudah malas melihatanya.

ABSQUATULATE (TERBIT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن