[10] Mantan-Mantan Devano

608 316 20
                                    

"Sudah tahu sakit, kenapa masih tidak mau berhenti?"

-Alibram Devano Adinata-

-Alibram Devano Adinata-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading



Setelah semua mata pelajaran di hari itu selesai dipelajari, terdengar suara bel pulang sekolah yang menggema ke setiap sudut SMA Adijaya. Para guru segera menutup kelas dan satu-persatu murid mulai berhamburan keluar kelas, termasuk Zena. Zena berhenti di depan kelas bersama Irine, Tiara, dan Meisya.

"Gue pulang duluan, ya. Udah di jemput supir," kata Meisya berpamitan pada Irine, Tiara, dan Zena.

"Gue juga duluan, ya," sahut Tiara.

"Daaa!" dua gadis itu melambaikan tangan kepada Irine dan Zena lalu pergi.

Tersisalah Zena dan Irine di sana. Irine yang mencoba menjauhi Zena berniat langsung pamit. "Gue duluan, ya, Na."

"Ehm, Irine tunggu!" cegah Zena. Irine pun tak jadi melangkah pergi.

"Kamu ada acara gak sekarang? Aku pengen ngobrol sama kamu."

"Gue harus gimana ini? Gue udah janji sama Devano buat ngejahuin Zena," -batin Irine.

Zena masih diam menunggu jawaban Irine. "Gimana, Ne?" tanya Zena lagi.

"Mau ngobrol di mana?" tanya Irine yang akhirnya mau. Dia masih ingat janjinya dengan Devano, tapi melihat situasi sekarang, sepertinya akan sangat sulit. Bagaimana caranya dia bisa menjauhi Zena kalau mereka saja satu kelas? -pikir Irine.

Mungkin dia memang perlu berbicara dengan Zena untuk menyelesaikan masalah yang belum selesai di antara mereka.

"Di kafe yang deket sekolah aja gimana?

"Ya udah, ayo."

Saat mereka baru akan melangkah, sudah ada Andra yang datang dan langsung menggandeng tangan Zena. "Ayo, pulang," ajak Andra.

Zena tak bergerak, dia menatap Andra yang juga menatapnya. "Aku mau pulang bareng Irine. Kamu duluan aja."

"Emang kalian mau ke mana?"

"Cuma ke kafe depan," jawab Zena.

"Hmm, tapi pulangnya jangan malem-malem," pesan Andra yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Zena. Laki-laki terlihat sangat sayang dan peduli dengan Zena. Sebelum pergi Andra mengacak rambut Zena pelan.

"Duluan, Kak," pamit Andra pada Irine.

"Iya, Ndra."

Andra pulang terlebih dahulu. Zena dan Irine juga langsung beranjak. Mereka berdua berjalan bersama dari koridor sampai di gerbang sekolah. Tanpa mereka sadari ternyata ada tiga laki-laki yang sedang memperhatikan mereka dari belakang. Siapa lagi kalau bukan tiga curut Adijaya. Ketiganya terus memperhatikan Zena dan Irine sampai dua gadis itu pergi dari area SMA Adijaya.

ABSQUATULATE (TERBIT)Where stories live. Discover now