Prolog

3.5K 545 8
                                    

This is my first story. Maybe, there are still many shortcomings. But I hope this can be an interesting story to read.

•••

KEPADA SIAPAPUN SAYA PERINGATKAN UNTUK TIDAK MENJIPLAK ATAU MEYALIN KARYA SAYA SEDIKIT PUN, KARENA MENULIS TIDAK HANYA SEBATAS MERANGKAI HURUF, TETAPI JUGA TENTANG BAGAIMANA MERANGKAI KATA MENJADI CERITA YANG BERKESAN BAGI PEMBACA DAN ITU BUKANLAH HAL YANG MUDAH. HARGAI KARYA ORANG LAIN DENGAN TIDAK MENGAMBIL APA YANG BUKAN MILIKMU!

•••

Selamat datang di cerita ABSQUATULATE di mana ini adalah cerita yang sangat panjang dan mungkin terkesan familiar untuk kalian.

Sederhananya ini hanya sebuah cerita yang mengisahkan pengorbanan kakak untuk adiknya dan kisah cinta anak remaja yang mungkin aja udah sering kalian jumpai.

Tokoh-tokohnya pun mungkin juga sering kalian jumpai di banyak cerita yang ber-genre sama. Namun, perihal kesamamaan nama, karakter, itu tentu tidak disengaja, karena sebuah kebetulan tentu akan terjadi apalagi di wattpad cerita semacam ini tidak hanya satu atau dua. Yang jelas ini adalah murni karya aku dan sudah diterbitkan di LovRinz Publishing.

Tapi, meskipun cerita ini familiar, akan aku pastikan ada kejutan untuk kalian jika kalian benar-benar membaca cerita ini dari awal sampai akhir tanpa melompati satu bab pun.

Silakan baca dan jangan lupa tinggalin jejak.

Silakan baca dan jangan lupa tinggalin jejak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Happy reading•


[Sepuluh tahun yang lalu]

“Abang!”

“Abang Devano!” teriak seorang bocah laki-laki berusia 6 tahun. Bocah berkaos biru itu berteriak dan berlari masuk ke dalam kamar kakaknya tanpa memperdulikan sang kakak yang sedang tidur siang.

Suara nyaring anak berkaos biru itu pun berhasil membangunkan Devano. Bocah itu menatap sang adik yang berdiri di samping tempat tidurnya dengan raut wajah kesal. “Apa, sih, Ndra?” tanya Devano menatap sang adik yang tampak seperti ingin menangis.

“Aku dimarahin Mamanya Andi, karena dikira aku mukul Andi,” anak bernama Andra itu mengadu kepada Devano. Matanya berkaca-kaca dan bibirnya bergetar menahan tangis.

Devano mengubah posisinya menjadi duduk dengan kaki menggantung di tepi kasur. Anak dengan garis wajah tegas itu menatap sang adik. “Tapi kamu mukul Andi gak?”

Kepala Andra menggeleng cepat. “Gak. Aku gak mukul Andi. Andi yang ngarang cerita, gara-gara tadi aku gak kasih dia pinjem mainan yang dibeliin Papa kemarin,” anak itu menjeda ceritanya sebentar. “Abang tahu, kan, Andi selalu ngerusakin mainan aku. Aku gak mau dia ngerusak mainan yang aku bawa tadi, soalnya itu mainan punya abang.”

ABSQUATULATE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang