[33] Telepon dari Seseorang

447 206 61
                                    

•Happy reading••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading


Jumat sore sepulang sekolah terlihat motor Devano melaju menuju tempat pertandingan futsal dengan seorang gadis berambut panjang yang membonceng di jok belakang. Siapa lagi kalau bukan Zena. Walaupun kemarin laki-laki itu bersikeras menolak, tetapi akhirnya sore ini Devano tetap menbawa Zena bersamanya.

Selama di perjalanan keduanya sama-sama diam. Sama sekali tak ada pembicaraan di antara keduanya. Sampai akhirnya setelah beberapa menit keduanya sampai di tempat pertandingan. Devano memarkirkan motornya di samping motor teman-temannya yang lebih dulu sampai.

Saat keduanya sudah turun dan akan masuk menghampiri teman-teman mereka di tribun penonton ponsel di saku celana Devano berdering. Dengan cepat Devano merogoh sakunya dan melihat siapa yang menghubunginya.

"Lo masuk duluan aja, nanti gue nyusul" kata Devano menyuruh Zena.

"Oke. Aku masuk duluan, ya," kata Zena patuh. Gadis itu melangkah meninggalkan Devano.

Setelah Devano memastikan Zena sudah masuk baru Devano berjalan mencari tempat yang sepi untuk mengangkat telepon itu. Devano mengambil napas panjang lalu membuangnya. Baru akhirnya dia mengangkat telepon yang entah dari siapa itu.

"Sore, Dev?" sapa seseorang dari seberang telepon.

"Sore."

"Kamu di mana, kenapa belum datang? Sudah saya sudah menunggu kamu dari tadi."

"Saya gak bisa dateng. Saya ada urusan."

"Urusan apa? Sebaiknya kamu segera ke sini."

"Apa gak bisa besok?"

"Kamu jangan bercanda. Mana bisa diundur."

"Tapi saya udah pergi. Lagian sekarang semua baik-baik aja."

"Kamu sudah ada janji dengan saya. Kamu harus datang sekarang."

"Tapi saya beneran gak bisa ke sana. Kalau ada yang gak beres, nanti saya pasti ke sana."

"Kamu tidak bisa menyepelekan masalah ini, Dev. Akibatnya bisa fatal."

"Saya tahu."

"Kalau kamu tahu, kenapa kamu masih bandel. Seenggak kita harus berusaha."

"Udah gak ada harapan lagi."

"Kamu jangan berbicara seperti itu. Saya minta sekarang kamu dateng ke sini. Saya tidak mau—."

"Saya minta maaf. Hari ini saya gak bisa dateng. Dan kemungkinan besok Minggu sore saya juga gak bisa," potong Devano.

"Kalau seperti itu kita ubah saja—."

ABSQUATULATE (TERBIT)Where stories live. Discover now