Epilog

1.2K 162 134
                                    

•Happy Reading•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Happy Reading•



Seorang pria berbahu tegap dengan setelan jaz berwarna cokelat berdiri di sebuah kamar bernuansa abu-abu putih. Pria itu memandangi sebuah bingkai foto berukuran sedang yang berada di atas meja. Tatapannya tampak sedih dan tanpa pria itu sadari matanya berkaca-kaca, tetapi sebelum air matanya jatuh pria itu menyekanya.

"Dev, kamu lulus. Dan kamu lulus sebagai siswa yang berprestasi, karena selama sekolah nilai kamu selalu bagus," ucap Fahresa dengan sebuah buku raport yang dia bawa sejak tadi.

Fahresa memang baru saja kembali dari acara wisuda siswa-siswi SMA Adijaya angkatan 2021. Rasanya sudah pasti sedih, karena putranya tak bisa hadir. Dia dan Fina lah yang harus hadir dengan membawa foto Devano. Suasana di sana tadi pun menjadi haru. Namun, Fahresa menjadi tahu bahwa ada banyak yang menyayangi putra sulungnya selepas dari bagaimana Devano dulu.

Saat Fahresa masih betah memandangi foto Devano, Fina yang masih terlihat cantik dengan pakaiannya berjalan perlahan menghampiri sang suami. Fina mengalungkan tangannya di lengan kiri Fahresa dan mengusapnya lembut. Raut wajah sedih masih terlihat di wajah Fina meskipun sudah satu bulan Devano pergi meninggalkan mereka.

"Devano pernah bilang sama Mama, kalau dia akan berubah, dia akan fokus sama masa depannya, karena dia pengen denger Papa bilang, Papa bangga sama dia," kata Fina mengingat ucapan Devano di sore hari sebelum Devano pergi.

Mata Fahresa terasa perih setelah mendengar apa yang dikatakan Fina. Tatapan matanya ke arah foto Devano di depannya semakin dalam.

"Mama tahu Papa itu sayang banget sama Devano dan Mama tahu apapun yang dulu Devano lakuin gak pernah ngurangin kasih sayang Papa ke Devano."

"Tapi, karena sifat kalian itu sama, ada banyak salah paham yang sering terjadi di antara kalian. Kalian sama-sama keras, kalian adalah tipe orang yang gak bisa mengungkapkan kasih sayang lewat kata-kata dan gak bisa secara langsung nunjukin perasaan sayang kalian, tapi yang sebenernya kalian itu punya kasih sayang dan rasa cinta yang luar biasa untuk orang-orang yang kalian sayangi."

"Saking sayangnya dia sama kita, sampai akhirnya dia pergi pun dia masih memilih untuk menyembunyikan kondisinya, karena dia gak mau ngerepotin orang-orang yang dia sayang."

Air mata Fina berhasil jatuh. Sejak Devano pergi setiap melihat Devano melalui foto yang Fina bayangkan hanyalah senyum tipis putra sulungnya. Fina sempat merasa gagal menjadi rumah untuk putranya, karena ternyata dibalik senyum mahal putranya ada banyak yang dia sembunyikan.

Fahresa menaruh raport milik Devano di samping bingkai foto Devano kemudian tangannya bergerak mengusap air mata istrinya. "Mama gak boleh sedih terus. Devano pasti akan sedih kalau ngelihat Mamanya nangis," kata Fahresa.

Pria yang memiliki sorot mata sama persis dengan Devano itu kembali menatap foto Devano. "Papa minta maaf kalau Papa belum bisa jadi Papa yang terbaik buat kamu bahkan sampai kamu pergi. Tapi yang perlu kamu tahu, Papa sayang sama kamu dan Papa bangga sama kamu, Dev," ucap Fahresa.

ABSQUATULATE (TERBIT)Where stories live. Discover now