[17] Gara-Gara Sintia

456 258 19
                                    

•Happy reading•

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Happy reading



Keberuntungan sedang berpihak pada Devano, karena hari Minggu itu Fahresa dan Fina masih berada di luar kota dan Andra sudah pergi entah ke mana. Sekitar pukul setengah tiga sore Devano terlihat menuruni tangga dengan penampilan siap pergi. Meskipun Devano tahu, ada cctv di rumahnya, tetapi Devano berniat akan kabur sore itu. Yah, kalau tidak ngeyel bukan Devano namanya.

Sebelum laki-laki berkulit putih itu pergi, dia mencoba menghubungi Sean untuk menanyakan keberadaan teman-temannya. Tak lama menunggu, panggilan telepon yang Devano lakukan terhubung.

"Ada apa, Dev?" tanya Sean dari seberang telepon.

"Di mana?"

"Biasanya."

"Eh, lo—."

Tut...tut...

Dan terjadi lagi, Devano mematikan sambungan teleponnya dengan Sean secara sepihak. Sudah bisa ditebak Sean pasti mengomel di sana.

Kemudian Devano segera memesan ojek online untuk membawanya menuju warung Mbak Nunik. Setelah berhasil mendapatkan ojek online Devano keluar dari rumah dengan mudah, karena rumah tidak ada siapapun, Bi Mar saja sore itu tidak ada di rumah. Tak begitu lama menunggu di luar, akhirnya motor nmax berhenti di depan rumah Devano. Lalu motor itu membawa Devano menuju warung Mbak Nunik.

Hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit motor nmax yang tadi membawa Devano terlihat sudah berhenti tepat di tempat tujuan Devano, karena sudah membayar secara online Devano segera turun lalu mengembalikan helm abang ojol itu.

Belum ada yang menyadari kedatangan Devano, karena teman-temannya duduk memunggi jalan. Devano yang melihat punggung Dio dengan sengaja duduk di samping laki-laki itu dengan menyenggol bahu Dio. Dio yang tadinya baru akan memakan pisang goreng terkejut, hingga pisang goreng yang sudah siap masuk ke mulutnya terjun bebas ke tanah.

"Ah, kan. Anjir, pisang goreng gue jatuh!" gerutu Dio yang kemudian menatap siapa orang yang berani membuat pisang goreng kesukaannya jatuh.

Melihat Devano sudah duduk di sampingnya tanpa raut wajah bersalah, Dio mengomeli laki-laki itu. "Kutu curut! Sembarangan aja, lihat tu gorengan gue jatuh," katanya.

"Cuma gorengan aja ribet, tinggal ambil lagi," jawab Devano.

Sean yang sadar kalau itu Devano, tampak sedikit terkejut. "Weh, Dev? Kok lo bisa di sini?" tanyanya. Sean bertanya, karena seingat dia Devano masih dalam masa hukuman Fahresa.

"Lah, iya. Kok lo boleh keluar? Udah dimaafin Om Fahresa?" tanya Bian yang juga penasaran.

Devano mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya. "Kabur lah, mumpung gak ada orang," jawab Devano sambil mengambil satu batang rokok dari bungkus tadi. "Mbak kopi satu!" kata Devano memesan.

ABSQUATULATE (TERBIT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora