Kebetulan

170 18 0
                                    

“ Kalo lo percaya sama yang namanya kebetulan terus apa lo pacaran sama dia juga termasuk kebetulan? ”

❇Adena Grizelle Vincent

|*|
|*|
|*|

Cella keluar dari mall dengan hati senang sambil berceloteh menceritakan segalanya pada Darel dengan riang. Darel di sampingnya hanya bergumam dan mengiyakan saja sambil repot membawa beberapa kantung belanja berisi bervariasi cake basah dan beberapa bahan dapur.

“ EL! ” Cella menoleh kesal tidak diperhatikan cowok itu. Ia merebut beberapa kantung plastik dari Darel dengan paksa dan mata melotot. “ Ihh kamu nyebelin! Masa bawa gini aja butuh bantuanku! ” kesalnya.

Darel meringis malu, “ Ya, maaf, deh. Kamunya juga tadi belinya kebanyakan kan tangan aku cuma dua jadi ya nggak muatlah. ” keluhnya nyaris bergumam di akhir kalimat.

Cella mendelik, “ Jadi aku yang salah?! ” tanyanya tajam.

Darel buru-buru memggelengkan kepalanya, “ Nggak-nggak, kamu nggak salah, aku yang salah. ” sambarnya cepat.

Cella mengangguk puas, lanjut berjalan. “ Bagus kalo kamu tau. ”

Darel hanya mengangguk-angguk dengan patuh, berjalan lurus mengikuti di sampingnya. Tapi ia tak memprediksi Cella akan berhenti tiba-tiba hingga ia nyaris saja berjalan terus.

“ Kenapa Grace—— ” ucapannya terpotong oleh teriakan Cella.

“ HEI!! LARAS!! ” Cella melambai pada cewek berambut sebahu dengan dress mini di tubuh semampainya.

Laras juga melambai dan berlari kecil mendekati mereka. “ Eh, lo. Gue kira siapa manggil-manggil nama gue. ” kekehnya sambil tertawa.

Cella nyengir. Ia memandang Laras dari atas ke bawah lalu berdecak, “ Ck. Ck. Gue kira lo gak suka pake rok, tapi lo cantik, kok. ” ia memberi Laras jempol.

Laras terkekeh. “ Gue juga cewek kali. Eh, btw siapa nih? ” matanya memandang Darel penasaran membuat yang ditatap tidak nyaman tapi berusaha biasa-biasa saja.

Cella menepuk dahinya, “ O iya gue lupa. ” Dia menarik Darel lebih dekat, “ Ini Darel, pacar gue. ”

“ Oohhh pacar looo, hmm... Gue Laras, ” ia menodorkan tangannya ke depan.

Darel hanya menatap tangan itu tak berniat membalas. Cella menyikut lengannya dan tertawa meminta maaf, “ Maaf ya, dia emang nggak suka disentuh sama sembarang orang. ”

Laras menarik tangannya lagi dan tertawa canggung, “ O-oh gitu haha gue gak tau, sorry, ya. ”

“ Hm. ” jawab Darel dingin.

Cella menjentikkan jarinya memecah kecanggungan, “ Kita ngobrol di cafe bentar, yuk? Mumpung gue bisa keluar nih. ” ajaknya.

Laras tertawa, mencuri pandang Darel sesekali dengan malu-malu. “ Gue mau sih, tapi apa pacar lo ngebolehin kita, ”

Cella mendongak menatap Darel dengan puppy eyesnya memohon agar diijinkan.

Darel menghela napas ringan, mengangguk. “ Up to you, baby. ” desahnya pasrah.

Cella tersenyum sumringah. Ia bergegas meraih tangan Laras dan menariknya lebih dulu dan memimpim jalan ke cafe terdekat.

Darel menyalakan earphone di telinganya. “ Kamu saya beri tugas baru... ”

Cella dan Laras duduk bersama di meja tiga kursi sambil bergosip.

“ Oh, ya? Tapi gue pikir dia yang bego loh, padahal udah sering diboongin pacarnya tapi dimaafin terus. ” omel Cella.

My Daisy ✔Where stories live. Discover now