Bantuan

237 19 0
                                    

“ Manusia itu makhluk sosial jadi wajar kalo saling tolong menolong. Yang nggak wajar itu kalo keseringan minta tolong tapi gamau nolongin balik. ”

❇Freya Kalila Pradipta

|*|
|*|
|*|

Pagi hari di rumah keluarga Pradipta adalah pagi yang sangat hening sampai burung-burung enggan berkicau. Hal ini disebabkan oleh nyonya rumah yang berada dalam kondisi badmood karena putri sematawayangnya yang baru bangun ketika matahari sudah membumbung cukup tinggi.

Reno Pradipta, ayah Freya, dibuat kelabakan menenangkan istrinya yang ngambek sendiri sedangkan yang berulah malah enak-enakan melahap nasi goreng dan susu.

“ Udahlah, Ma, jangan ngambek gitu, yang penting kan Freya uda bangun. Ayo senyum dong, hari ini kan kamu mau ambil raport anak kita. ” bujuk Reno pada Aisa.

Aisa masih murung, menatap suaminya dengan keluhan, “ Ya tapi Freya uda kelwatan, Pa, masa anak gadis baru bangun jam delapan. ” ucapnya cemberut.

Reno memijat pelipisnya sejenak mendengar perkataan dan keluhan yang sama setiap pagi. Ah, tidak, seharusnya tiap akhir pekan atau waktu libur panjang saja, tapi entah kenapa hari ini Freya bangun lebih lambat dari biasanya.

Reno menarik tangan Ais ke dalam genggamannya. “ Udahan marahnya ya, Ma? Mungkin aja semalem Freya gabisa tidur gara-gara mikirin cowok yang kata kamu nganterin dia pulang itu, bisa jadi kan? ”

Ais sedikit tergerak, menoleh menatap Freya yang sepertinya memerah tanpa disadarinya dan itu membuat kekesalannya agak pudar. “ Oh iya, bisa jadi. Kan Freya juga uda gede uda tau pacaran ya, Pa. ” Mama memandang Papa sesekali melirik Freya untuk mengamati responnya.

Benar saja. Freya di kursinya bergerak gelisah. Pegangannya pada sendok longgar dan keras di lain waktu. Bibir kecilnya digigit tanpa sadar seakan mengekspresikan kegelisahan dan rasa malu di hatinya.

Papa tidak merasa ada yang salah dan bertanya ringan pada Mama karena merasakan suasana mencekam agak pudar. “ Iya. Terus siapa namanya itu? Papa lupa, Ma. ”

“ Devan, Pa. ” jawab Mama lugas dengan nada halus yang tanpa sadar membuat Freya makin kalang kabut di hatinya.

Freya mendorong kursinya ke belakang dengan tergesa-gesa, “ Anu... Itu... Frey mau berangkat duluan... Ma-mama nanti sama Papa aja, oke? Assalamualaikum! ” ucapnya tergagap saat orangtuanya menatapnya kaget. Dengan terburu dan malu Freya maju mencium punggung tangan Papa dan Mamanya serta kedua pipi sang Mama sebelum kabur begitu saja meninggalkan Mama yang tertawa terpingkal-pingkal.

Freya masuk ke dalam mobil lalu mendesah lega. Mengatur napasnya dengan baik sebelum memasukkan kunci mobil ke lubang kunci lalu menyalakan mesin. Setelah mesin menyala Freya segera mengemudikannya keluar dari pekarangan rumah.

Beda rumah tentu beda juga pengalaman paginya. Di rumah keluarga Baylor, Cella dan Zelline masih asyik menonton film animasi sambil menunggu Alen, Papa Cella yang katanya akan mengantar mereka ke sekolah sekalian mengambil raport. Rosa selaku Mama Zelline juga sudah berangkat bersama suaminya ke sekolah sejak beberapa menit lalu.

“ Kalian udah siap? Ayo kita berangkat. ” Alen melihat jam tangannya sembari menuruni anak tangga.

Cella dengan sigap mematikan tv lalu mengikuti papanya keluar bersama Zelline. “ Pa, kita mampir ke supermarket dulu ya beli coklat. ” pinta Cella.

My Daisy ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz