Usaha

547 34 2
                                    

“ Setiap usaha pasti membuahkan hasil yang senilai dengan seberapa keras ia mencoba dan seberapa kuat tekadnya untuk mencapai mimpi. ”

❇Darel Ivander Gerald

|*|
|*|
|*|

Darel, Deon, dan Andra berdiri di depan bangunan dua tingkat sederhana di pusat kota. Arsitektur bangunan ini sangat menarik yang dijadikan toko kue dua tingkat sebelumnya. Saat ini kondisi masih sangat bagus hanya saja agak berdebu karena sudah ditinggalkan sejak dua bulan yang lalu tanpa ada petugas bersih-bersih.

Ketiganya disambut seorang wanita tiga puluhan dengan baju non-formalnya. “ Hallo, saya Likda, apakah kalian yang memiliki janji temu dengan saya untuk membeli bangunan ini? ” sapanya ramah dengan senyum standar di bibirnya.

Darel mengangguk, “ Saya yang akan membelinya. ”

Wanita itu tercengang melihat tampilannya yang masih tampak seperti remaja SMA.

“ Ah, baik. Kalau begitu apa anda ingin berkeliling lebih dulu untuk mengetahui lebih jauh interior bangunan? ”

Darel mengangguk.

“ Mari. ” wanita itu berjalan di depan sebagai pemandu. Bangunan itu tidak berbelit dan hanya memiliki dua ruang di lantai satu dan dua. Satu untuk dapur dan yang lainnya bisa diletakkan meja kursi. Selain itu kasir berbentuk seperti pantry dengan rak tanam dari kaca hitam anti peluru. Lalu di lantai dua juga sama hanya dibedakan oleh pagar pembatas unik di depan pintu kaca. Lalu di bagian atap disediakan lahan seperti taman kecil di tengah sementara sekitarnya sangat luas dan lapang.

Darel mengangguk puas begitu secercah cahaya jingga meniup wajahnya. Sangat indah bila menghabiskan akhir hari disini. Ah, tentu saja ini pilihan yang sangat tepat untuk membeli bangunan ini.

Darel menoleh, “ Saya akan membeli tempat ini. Apakah kita bisa melakukan transaksi saat ini juga? Berapa nomor rekening anda? ” ia merogoh saku celana mengeluarkan ponselnya.

Linda tersenyum sopan seraya menyebutkan nomor rekeningnya dengan cermat. Ia membuka tas kerjanya, mengeluarkan berkas dan pena. Ponselnya bergetar, ia memeriksanya sebentar sebelum memberikan berkas di tangannya pada Darel. “ Anda bisa tanda tangan disini dan lahan serta bangunan ini menjadi milik anda pribadi. ”

Darel membuka berkas, membaca kata demi kata dengan teliti lalu membubuhkan tanda tangan di atas materai yang sudah ia tempelkan lebih dulu.

“ Senang berbisnis dengan anda, ” ucap Darel berjabat tangan dengan Linda.

Wanita itu mengangguk, melepas jabat tangan. “ Jika tidak ada masalah lain saya pamit undur diri. ”

“ Ya. ”

Linda balas mengangguk lalu berbalik pergi.

“ Lega? ” tanya Deon begitu Linda sudah tidak ada disana.

Darel menggeleng, “ Belom, bang. Ini baru aja mulai, belom ngatur dekorasi sama menunya. ”

Andra berdehem mengalihkan perhatian kedua cowok di depannya. “ Bagian gue udah selese jadi sekarang gue mo langsung cabut, tunangan gue nelponin terus nih, ” katanya sambil meringis malu.

Deon tertawa, menepuk-nepuk punggung Andra sambil mengangguk-angguk, “ Ya, ya, sana cabut, keburu nyonya rumah ngamuk. ”

“ Lo mah doanya ga pernah bener, yodah gue balik dulu, baek-baek kalian. ” Andra bertos ala-ala cowok dengan Deon dan Darel.

My Daisy ✔Where stories live. Discover now