Jauh tapi Dekat

656 40 2
                                    

“ Posisi fisik tidak menentukan jauh atau dekatnya tempatmu di hatinya begitu pun sebaliknya. ”

❇Gracella Fawnia Baylor

|*|
|*|
|*|


Hawa dingin menyapu lembut pipi Cella membuat si pemilik menggigil kedinginan. Tapi ia tak mau menyerah begitu saja. Apalagi pagi ini dia harus benar-benar menemukan ruang TO nya.

“ Eh, gue ruang berapa, si? ” gumam Cella bingung sendiri. Ia mengambil kartu TO nya disusul membuka ponsel untuk mengecek kelas mana yang akan ia tempati selama empat hari ini.

Cella memasukkan kembali ponsel dan kartunya ke dalam saku setelah mengetahui dimana letak ruangannya. Raut wajahnya tampak kesal dengan bibir sedikit mengkerucut dan mencibir, “ Fuck! Kok kelas yang ada di paling ujung sih?! Nggak sekalian di pucuk gunung berapi gitu?! ” dumel Cella pelan.

Dengan hati tidak ikhlas dia berjalan menuju ruang 1. Di sepanjang koridor ia terus mendumel bahkan naik tangga pun ada yang dia marahi.

Dena dan Freya yang kebetulan berjalan di belakangnya hanya bisa membatin. Tak ada yang berniat menghampiri karena tentu saja takut kena semprot di pagi hari yang dingin ini.

Cella masuk ke dalam ruang melihat Darel sudah ada di dalamnya dengan Talia yang duduk di sebelahnya manja. Raut wajahnya semakin kesal ditambah kilat dingin samar melintasi matanya. Ia segera duduk di tempatnya dengan acuh tak acuh diikuti kedua sahabatnya.

Dena memutar kursi menghadap belakang sementara Freya harus menyeret kursi lain ke meja Cella. Dena dan Freya saling tatap melihat Cella yang tidak mood pagi ini.

Freya menyenggol lengan Cella, “ Lo ngapa heh, diem mulu. ” herannya.

Cella menggeleng pelan, “ Gue capek banget Frey, ” bibirnya kembali mengerucut, “ Dari kemaren gue marah-marah mulu masa. Kan capek bibir gue. ” lanjutnya mengadu pada Freya.

Dena mengetuk kepala Cella tak berperasaan dengan pena kesayangyannya, “ Salah lo ndiri kan marah-marah. Emang punya dendam apa lo sampe marah-marah sama tempat sampah, tangga, dan lain sebagainya tadi? ”

Cella berdecak sebal, “ Ya... Ya gak gitu juga kok! ” sangkalnya.

Dena menaikkan salah satu alisnya, “ So? ”

“ Gue tadi marah sama tong sampah gegara ditaro tengah jalan, kan gue mau lewat, terus pas naik tangga tadi masa iya lantainya licin banget, kalo gue jatoh gimana. Terus—— ”

Stop. ” potong Dena cepat sebelum Cella berkisah lebih lanjut yang akan menarik minat tidur Freya. “ Lo ke sekolah sama siapa tadi? ”

Begitu mendengar pertanyaan Dena ia jadi semakin cemberut sambil menatap kedua sahabat di depannya kesal seolah metekalah yang membuatnya marah.

Cella menggertakkan giginya, “ Alvaro. ” jawabnya ogah-ogahan.

“ Terus? ”

“ Ihhh masa kalian gak tau kebiasaan tuyul satu itu, sih! Masa ya tadi pagi kan gue baru bangun, masih belom mandi, plus masih setengah sadar dia uda nyelonong masuk aja terus bilang gini, ‘ Cell gantungan kunci pikachu gue ketinggalan disini nggak? ’ kan gila, emang gue emaknya gitu sampe ditanyain hal-hal remeh ma dia? Mana Bang Deon juga ngebolehin dia masuk gitu aja. Kalo bukan abang gue uda gue sate kali ya tu orang! ” cerita Cella menggebu-gebu. “ Terus ni ya, si Varo itu minta banget gue kandangin sumpah, masa cuma gegara gantungan kuncinya gak ada di kamar gue dia ngambek gamau nebengin, malah ditinggal guenya. Gila kali ya dia! Mana pas gue bilang gabawa duit buat bayar bus eh dia malah nyuruh gue jalan ke sekolah, kenapa gak sekalian ngesot aja si—— ”

My Daisy ✔Where stories live. Discover now