Berpikir Bersama

324 23 0
                                    

“ Kalo sendiri suka nggak nemu jawaban yang sreg di hati bisa nyusahin orang lain buat ikut mikir itu lebih bagus karena nanti susahnya nggak sendirian. ”

❇Aarav Brian Kusuma

|*|
|*|
|*|

Cella dan Darel duduk saling berhadap-hadapan di meja makan sementara Deon ada di samping Cella dan Papa di kepala meja memakan makanan di piringnya tanpa suara. Meja makan sangat sunyi hanya denting sendok beradu dengan piring yang terdengar.

Papa dan Deon yang pertama selesai meminum seteguk teh lemon lalu diam menunggu Cella dan Darel selesai. Tak lama kemudian mereka juga menyelesaikan makan malamnya.

“ Jadi, kalian mau ikut berpartisipasi di acara akhir taun sekolah? ” tanya Papa membuka pembicaraan.

Cella mengangguk. Ia dan Darel sudah mendiskusikannya bersama setelah sholat. “ Iya Pa, boleh kan? ” ucapnya diikuti anggukan Darel.

Papa tidak banyak berkomentar mau pun melarang. “ Boleh aja lagian kan itu terserah kamu Papa nggak perlu ngasih tau atau ngelarang kan kamu pasti tau kemampuan kamu buat ujian nantinya. ” jelas Papa tidak merasa ada masalah.

Cella tersenyum penuh sukacita. “ Makasih, Pa! ” ia beralih pada Deon yang masih diam.

Deon balas menatap adiknya lalu menghembuskan napas panjang. “ Terserah lo yang penting gak malu-maluin. ” ucapnya pada akhirnya setelah melihat tatapan penuh harap Cella.

Cella membuat pose hormat dengan posisi duduk, “ Siap bos! ” lantas ia terkekeh senang.

Papa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah putrinya. “ Papa sama Mama kamu apa kabar, Rel? ” tanya Papa pada Darel.

Darel yang ditanyai tersenyum sopan, “ Papa sama Mama baik Om. Malah sekarang mereka lagi liburan di Paris. ” jawabnya tanpa sadar dengan nada merajuk yang tidak bisa ditahan lagi.

Alen tertawa, “ Hus kamu itu kayak anak kecil aja. Sudah-sudah, mumpung Ayah sama Mamamu lagi honeymoon mending kamu berdoa aja biar Mamamu cepet hamil lagi biar nggak liburan terus. ”

Wajah Darel malah semakin masam. “ Kalo Mama beneran hamil nanti Darel nggak bisa tenang di rumah. Pasti ada aja permintaan Mama yang aneh-aneh kayak pas hamil Darel dulu. ” keluhnya.

Deon tertawa tanpa bisa ditahan, “ Hahaha kok lo tau? ”

“ Ya taulah kan Papa gue suka pamer gitu ke anak-anaknya gimana Mama dulu ngidamnya. Mana yang paling gue inget tuh pas Mama hamil gue Mama pernah ngerengek ke Papa buat melihara anak macan, makanya di kebun belakang ada sangkar macan bekasnya anak macan Mama yang mati kelaperan gara-gara ditinggal liburan ke Lombok waktu gue masih umur tuju taun. ” jelas Darel.

Deon semakin terpingkal-pingkal jadinya membayangkan bagaimana Mama Darel dulu meminta anak macan. Bahkan Cella menunduk dengan bahu gemetar menahan tawa. Darel melihatnya menjadi sedikit tidak kesal lagi malah ikut teesenyum tipis.

“ Oh iya, kata Bang Deon, Om mau ngasih investasi lagi ke beberapa pengusaha kecil. Apa Darel boleh ngajuin juga? ” tanya Darel begitu teringat sesuatu.

Alen mengangguk, “ Deon udah cerita sama Om kalo kamu mau bikin usaha sendiri. Nanti kamu siapin aja proposal kerja samanya. Nggak usah buru-buru soalnya saya bakal disini sampe bulan Februari karena ada beberapa urusan. ”

My Daisy ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora