Bukit

220 20 0
                                    

" Sedikit demi sedikit lama-lama jadi abis! "

❇Freya Kalila Pradipta

|*|
|*|
|*|

" Gimana? " tanya Dena pada keempat cowok yang duduk di depannya. Zelline dan Freya juga menatap mereka.

Kenzo mendesah, " Udah dapet bukti pembunuhan abangnya Laras tiga taun lalu tapi sayangnya kurang lengkap. " ungkapnya tanpa ekspresi meski masih terdengar ia cukup kecewa dengan hasil ini.

Devan menegakkan punggungnya, " Gue udah punya banyak rekaman yang bisa bikin Cella nggak percaya lagi sama Laras tinggal nunggu bukti tambahan Rav sama Darel. " ia menoleh menatap kedua cowok yang disebut.

" Hm. Gue sama Darel udah dapet bukti lengkap. " ucap Rav.

Zelline mendesah lega, " Hahh berarti sekarang kurang bukti yang dicari Kenzo doang kan? " tanyanya dibalas anggukan oleh ketiganya. " Mmm gimana kalo minta bantuan Theo? " sarannya.

Ruangan jadi hening.

Zelline merasakan atmosfer tak menyenangkan keluar dari Rav dan buru-buru menjelaskan maksudnya, " Gue bukannya ngeremehin kemampuan kalian, cuma ini udah hampir satu bulan dan kita masih stuck disini. Kalo minta bantuan Theo kan bisa bikin operasi kita cepet selese. Kalo kelamaan juga bisa bikin Cella curiga kan? "

Kenzo berdehem, " Terserah sih asalkan dia mau diajak kerja sama aja. "

Dena mengangguk, " Lo coba tanya dia dulu nanti biar ketemu sama Kenzo buat kelanjutannya. " katanya meluruskan opini Kenzo.

Zelline melirik Rav ragu-ragu sebelum mengangguk, " Oke. "

" Terus selama kita belom punya bukti lengkap Darel masih harus pura-pura pacaran sama Laras? " Freya yang sejak tadi tidak bersuara kini mendongak menatap lurus pada Darel.

Darel mendesah jijik, " Mau gimana lagi? " jawabnya tak bersemangat.

Freya terdiam.

Dena menepuk punggung Freya lembut, " Nggak papa, kita kan lagi usaha sekarang, nanti kalo udah selese baru kita cerita ke Cella. Kalo sekarang kita bilangnya bisa aja Cella jadi malah musuhin Darel sebelum tau kebenaran di baliknya dan juga bakal benci sama kita kalo seumpama dia pikir kita jelek-jelekin Laras. " hiburnya.

Freya mengangguk lemah.

❇❇❇

Jam dinding menunjukkan pukul dua belas siang saat pintu kamar digedor-gedor seperti gempa.

" CELLA BANGUN!! ELLEN UDAH ADA DI RUANG TAMU!! " teriak Deon dari luar sambil memasang dasinya dengan tergesa.

Jangan ditanya, dia bangun kesiangan padahal ada rapat penting jam satu nanti. Deon kembali menggedor pintu kamar adiknya yang belum terbuka sejak lima belas menit lalu. " CELLA BANGUN! JANGAN NGEBO TERUS LO!! GUE UDAH MAU KE PERUSAHAAN! CELL- "

Cklek.

" Apa si, Bang, rame bener kek nyamuk. " Cella keluar dengan piyama beruang putih dan rambut berantakan seperti sarang burung.

Deon memelototi adik satu-satunya itu, " Lo ada janji sama Ellen, kan? " todongnya segera.

Cella mengingat-ingat sejenak lalu mengangguk, " Iya, tapi masi nanti jam setengah dua belas kok. " jawabnya kalem.

Deon tersenyum tapi tidak tersenyum, " Lo kira sekarang jam berapa? Uda jam dua belas Cella, JAM DUA BELAS! " ucap Deon gemas karena ucapan tak berdosa Cella. " Lo ngapain aja si semalem sampe bangun siang gini? "

My Daisy ✔Where stories live. Discover now